Tidak terasa sudah sepuluh hari Cette, dalam hal ini adalah Jia, berada dalam tubuh orang lain di dunia yang asing.Kini Cette sudah mulai bisa berjalan dengan kembali. Selama satu minggu penuh Lillian rutin membantunya dalam berlatih. Walaupun Cette masih hanya mampu menjangkau jarak yang dekat di sekitar kamarnya saja. Tapi ia sudah mulai terbiasa berada di tubuh tersebut.Banyak tamu yang datang ke kediaman Luvena dengan dalih hendak berkunjung dan menjenguk Cette. Tapi ia meminta ayahnya untuk menolak semua kunjungan tersebut.Hanya hadiah dan surat-surat berisi ucapan selamat saja yang sampai ke kediaman Luvena. Ia meminta ayahnya untuk membatasi tamu-tamu yang datang demi membantunya pulih seperti sediakala kembali. Cette bahkan menolak kunjungan dari Davlin tunangannya.Malam harinya, Cette duduk di sebuah kursi yang sengaja diletakkan di depan jendela kamarnya.Malam itu cahaya rembulan terlihat sangat memanjakan mata. Sulit bagi Cette untuk melewatkan momen yang sangat indah
Cashel baru saja berteleportasi ke kamar Cette. Ia yang panik karena melihat Cette sedang bermimpi buruk, buru-buru langsung membangunkannya.Cette perlahan-lahan kembali kepada kesadarannya. Begitu membuka mata, ia mengeluarkan banyak-banyak napas berat. Seluruh tubuhnya dibasahi oleh keringat.“Hei, Bulan Biru!” seru Cashel dengan sepelan mungkin, agar tidak ada yang mendengarnya.Cette melihat Pangeran Cashel sudah berada di sebelah ranjangnya. Raut wajahnya terlihat khawatir dan gelisah.“Hei, kenapa kau tidak menjawabku?!” serbu Cashel lagi karena Cette masih diam. Ia jadi semakin khawatir karenanya.“Saya baik-baik saja, Yang Mulia!” jawab Cette akhirnya.Cette mencoba bangkit dari posisinya. Ia bermaksud turun dari atas kasur miliknya, agar Cashel tidak menyinggung lagi soal Cette yang duduk di atas kasur empuk dan dirinya hanya berdiri saja. Tapi ….“Sudahlah kau di situ saja!” seru Cashel dengan cepat.Cette kembali duduk di atas kasur. “Kapan Anda datang?” tanya Cette kepada
"Ada hubungan apa antara kau dan Grand Duke Glenn?" tanya Cashel dengan penuh penekanan pada kata-katanya.Cette tidak langsung menjawab pertanyaan Cashel. Ia sedang menerka-nerka berita apa gerangan yang telah didengar oleh Cashel itu.Kabar simpang siur? Cette menduga mungkin yang dimaksud Cashel adalah berita tentang Morgan yang datang ke kediaman Luvena di hari ia siuman. Karena menurut Cette, mustahil Cashel sudah mengetahui perihal pembicaraannya dan Morgan mengenai pertunangan itu. Sudah jelas Morgan tidak akan mungkin menemui Cashel dengan kedua kakinya sendiri dan membicarakan soal itu.Namun, hal itu menjadi mungkin bila target Morgan adalah Cashel dan takhta Raja. Begitulah yang dipikirkan oleh Cette saat ini.Cette tidak mau salah langkah. Saat ini tidak ada orang yang benar-benar bisa ia percaya. Jadi, ia ingin berhati-hati seperti yang diucapkan oleh Cette asli di Kastil Emas waktu itu.“Maksud Anda perihal Lord Morgan yang datang ke kediaman ini di hari saya siuman?” ta
“Apa kau sudah siap?” tanya Cashel kepada Cette.“Siap untuk apa Yang Mulia?” Cette bingung mendengar pertanyaan Cashel."Bertemu lagi dengan Pasukan Dragon!”***Di ceritakan, saat kecil Raja Calliope sempat memerintahkan seorang kesatria pedang yang berpengalaman untuk menjadi guru pedang Cashel.Ratu Engrasia yang tidak mau kemampuan berpedang Cashel meningkat lebih cepat dan membuat Mana pedangnya muncul lebih dulu dibandingkan putranya. Akhirnya, Ratu Engrasia membunuh kesatria tersebut dan menggantinya dengan kesatria pilihannya.Tentu saja kesatria yang dibayar oleh Ratu Engrasia tersebut tidak mengajari Cashel dengan benar. Cashel yang sadar akan hal tersebut, setiap kali les pelajaran berpedang tiba –ia selalu kabur dan pergi ke luar Istana secara diam-diam.Cashel memutuskan untuk mencari guru berpedangnya sendiri, seseorang yang bisa ia percaya.Lalu saat berkeliaran di luar istana, seolah seperti takdir, Cashel bertemu dengan seorang pria pengelana yang sangat ahli dalam m
“Sudah sampai!” seru Cashel kepada Cette yang masih diam sambil menutup matanya.Mereka baru saja melakukan teleportasiuntuk menemui anggota Dragon yang lain. Cette membuka matanya perlahan. Ia melihat bahwa mereka seperti berada di sebuah gua yang ada di dalam hutan.Jia yang ada di tubuh Cette merasa takjub karena baru pertama kali melakukan teleportasi. Ia memandang ke sekeliling tempat itu, tapi lupa bahwa saat ini ia masih memegangi tubuh Cashel. Apalagi suasana di sana sangat gelap dan dingin membuatnya sedikit cemas.“Aku masih tidak bisa terbiasa dan menganggap situasiku ini sebagai hal yang nyata. Aku baru saja berpindah tempat melalui teleportasi? Ini benar-benar tidak masuk akal,” batin Jia yang berada di dalam tubuh Cette.“Mau sampai kapan kau akan memelukku?” tanya Cashel dengan gerakan canggung karena Cette masih memeganginya.“Tapi Yang Mulia, kita sebenarnya berada di mana?” tanya Cette bingung karena merasa lokasi itu tidak familiar.“Apa kau takut?” canda Cashel se
Kenan yang pendiam bertemu dengan Cette yang juga pendiam karena baru saja kehilangan ibunya. Sempat membuat Cashel dan tiga anggota Dragon yang lain menjadi cemas.Mereka tidak bisa memprediksikan akan bagaimana nantinya hubungan Cette dan Kenan sebagai murid dan guru dalam hal berpedang.Namun, tidak ada yang menyangka kalau latihan tersebut malah lebih cepat menunjukkan kemajuan yang pesat.Andai teknik berpedang memiliki levelnya masing-masing, maka sword master berada di level yang tak terbatas dalam hal penggunaan pedang dan juga Mana.Cashel dan Kenan tentu saja berada di level pertama setelah sword master. Dax, Ian, Clo berada di level dua. Lalu Cette akan berada satu tingkat di bawah itu, yaitu level tiga.Level tiga penggunaan pedang biasanya sudah setaraf dengan kesatria pelindung biasa atau kesatria kerajaan.Level tiga itu masih masuk dalam kategori level yang tinggi dan biasanya memerlukan waktu sekitar lima tahun untuk bisa berada di level itu. Sementara tanpa diduga, h
Adney mulai mengecek tubuh serta aliran Mana milik Cette dengan sihir yang ia miliki.Saat Adney sibuk mengalirkan Mana sihir miliknya, Cette sedikit terpegun karena merasakan ada yang begejolak dalam tubuhnya. Untuk pertama kalinya Cette merasakan pergerakan pada aliran Mana miliknya, terutama pada Root Chakra-nya.Root Chakra itu berwarna merah dengan elemen tanahnya dan terletak di perut bagian bawah. Ini merupakan chakra paling dasar. Bila seseorang sudah mampu menguasai root chakra, maka orang itu akan semakin cepat menstabilkan seluruh chakra dalam tubuhnya."Aku tidak bisa mendeteksi apakah lingkaran yang memblokir aliran Mana milikmu ini dibuat oleh penyihir atau bukan. Tapi aku jelas bisa merasakan ada lebih dari satu blocking-an yang berbeda dalam tubuhmu," jelas Adney dengan posisi di mana ia masih mengecek tubuh Cette sambil memegang kedua tangannya."Ada dua?!" sentak Cette tidak habis pikir. "Apa Anda tidak bisa mendeteksi siapa orangnya melalui warna dari kedua Mana yan
Saat ini Cette dengan sangat jelas merasakan seseorang sedang berdiri di belakangnya."Siapa orang yang ada di belakangku ini? Kapan dia masuk? Kenapa aku tidak bisa merasakan aura kedatangannya?" batin Cette dengan perasaan cemas."Apa mungkin Pangeran Cashel kembali? Tidak! Itu tidak mungkin. Karena kalau benar Cashel yang datang, aku pasti bisa merasakannya. Mungkinkah dia pembunuh bayaran yang dikirimkan oleh Davlin ataukah Ratu?" batin Cette lagi dalam kegalauannya itu.Cette merasa tegang. Tapi ia berusaha untuk tetap terlihat tenang. "Apa yang harus aku lakukan?" batin Cette lagi masih belum berani melihat ke arah belakangnya. Tapi ...."Hei, Putri Luvena!" bisik orang itu tepat di telinga Cette.Sontak Cette dengan cepat berbalik ke arah orang yang baru saja berbisik itu. Bersikap pura-pura tidak tahu –pun sudah tidak ada gunanya. Karena orang itu sudah memberikan stimulus langsung melalui bisikannya yang barusan itu.Awalnya, Cette tidak bisa melihat wajah orang yang kini bera
Davlin saat ini berada di kereta kuda yang akan membawanya ke kediamannya setelah berbincang dengan Ratu Engrasia.“Seenaknya saja Ratu sialan itu memintaku melakukan ini dan itu,” gumam Davlin sibuk ngedumel di dalam kereta kuda yang sedang membawanya. “Dulu dia yang memintaku untuk melamarnya, sekarang dia memintaku untuk membatalkannya. Dia juga yang menyuruhku untuk mencelakai Cette. Setelah rencana itu gagal, dia malah lepas tangan dan melemparkan semua tanggung jawabnya kepadaku,” lanjut Davlin terus menggerutu tiada henti.Davlin tiba-tiba teringat dengan Morgan. “Grand Duke Glenn, Morrigan Cavelio Glenn!” gumam Davlin menyebut nama lengkap Morgan. “Apa sebenarnya motif orang itu mulai mendekati Cette? Apa benar alasannya karena kemampuan Cette? Memangnya kemampuan apa yang Cette miliki sampai si Morrigan itu tertarik untuk menguasainya?” batin Davlin mulai penasaran dengan motif Morgan.“Hah! Apa pun motifnya, pasti ini semua merupakan rencana Ratu yang licik itu. Mau sehebat a
“Apa kamu pernah melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Putri Sulung Luvena itu sebelum dia tidak sadarkan diri?” tanya Ratu Engrasia melanjutkan perbincangannya dengan Davlin di Istana Rose.“Maksud Anda gelagat yang bagaimana?” tanya Davlin sedikit bingung atas pertanyaan yang Engrasia ajukan.“Yang mencurigakan atau yang tidak biasa,” balas Engrasia menjawab kebingungan Davlin.“Yang mencurigakan ....” Davlin mulai memikirkan sejenak pertanyaan Engrasia. “Saya memang merasa sedikit janggal mengenai sesuatu hal. Waktu itu usia pertunangan kami baru menginjak satu bulan,” jelas Davlin mengenai hal yang membuatnya curiga.“Apa itu?” tanya Engrasia mulai penasaran tentang hal tersebut.“Tiap satu minggu atau dua minggu sekali, Cette akan bangun lebih siang dari biasanya!” ungkap Davlin dengan sangat yakin.“Memang apa yang aneh dengan itu?” tanya Engrasia malah melihat Davlin dengan tatapan skeptis. Ia tidak menemukan keanehan dari ucapan Davlin tersebut.“Saya pernah datang ke Ked
Istana Rose sore itu. Davlin dan Ratu Engrasia sudah duduk di sofa empuk yang biasa Engrasia gunakan untuk menyambut para tamunya. Baik itu tamu penting, tamu yang tidak terlalu penting, maupun tamu yang bisa diperalatnya.“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu?” tanya Engrasia kepada Davlin yang duduk di sebelahnya.“Hubungan kami baik-baik saja, Yang Mulia. Dua minggu yang lalu saya berkunjung ke kediaman Luvena untuk melihat keadaannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dan semua baik-baik saja,” jelas Davlin dengan cukup percaya diri kepada Engrasia.“Apa setelah itu kalian tidak pernah bertemu lagi?” tanya Engrasia lagi.“Saya memang pernah bermaksud untuk berkunjung lagi ke kediaman Luvena untuk melihat perkembangan tentang amnesianya. Tapi saya mendengar dari ajudan saya bahwa Tuan Count menolak adanya kunjungan dengan alasan pemulihan Cette. Jadi, saya mengurungkan niat saya sementara waktu untuk berkunjung ke sana,” tutur Davlin panjang lebar menjelaskan situasinya kepad
"Tuan Marley ada di mana saat Anda hampir mati waktu itu? Kenapa malah saya yang menemukan Anda? Bukannya Anda bersama dengan tunangan Anda?" tanya Morgan bertubi-tubi sengaja dengan suara yang lantang, agar para tamu yang hadir bisa mendengarnya."Wah! Dia benar-benar orang yang tidak waras. Bagaimana mungkin dia dengan sangat percaya diri mengatakan itu?" batin Cette kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Morgan yang bertubi-tubu itu."Tuan Grand Duke, kenapa Anda membuat spekulasi yang mungkin saja bisa menjadikannya sebagai gosip yang tidak benar?" tukas Gitte dengan tiba-tiba menghampiri Morgan dan Cette. Ia bermaksud untuk menghentikan Morgan untuk terus membuat onar dan menyelesaikan pembicaraan Morgan yang mulai tidak jelas arahnya."Begitukah?" balas Morgan sedikit tidak menduga bahwa Gitte akan menghentikannya. "Kalau Lady berkata seperti itu, artinya saya harus meminta maaf. Mungkin itu hanya anggapan keliru saya saja. Saya hanya penasaran. Tidak ada kesan lain yang i
“Nona Cette, selamat atas kesembuhan Anda!” seru seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna merah dan memakai gaun mengembang dengan warna yang sama dengan rambutnya. Nama Lady itu adalah RUWEINA, ia berasal dari keluarga Baron Clare.“Terima kasih, Nona …?” balas Cette dengan senyuman. Walaupun di bagian nama si Nona, ia sengaja menghentikan kata-katanya. Saat ini peran Cette masih sama, yaitu menjadi Putri Bangsawan yang baru sadar dari koma dan mengalami amnesia.“Saya Ruweina dari keluarga Baron Clare,” tutur Ruweina menyebutkan namanya dengan lengkap.“Ah, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Nona Ruweina Clare. Saya juga ingin meminta maaf atas keterbatasan ini, hingga melupakan nama Anda. Senang bertemu dengan Anda, Nona!” sambung Cette dengan senyuman tulus di wajahnya. Walaupun ada sedikit kebohongan dari kata-katanya.“Kemarin saya mengirimkan hadiah untuk Nona. Apakah Anda sudah menerimanya?” tanya Ruweina dengan raut wajah berbinar berharap dirinya di
Kini, Lillian membantu Cette untuk memakai gaun mewah yang sudah dipersiapkan satu minggu sebelumnya untuk menyambut perjamuan hari itu.Warna biru tua adalah warna yang dipilih oleh Lillian untuk dikenakan oleh Cette. Karena saking banyaknya gaun di dalam katalog, Cette sampai bingung harus memilih warna dan akhinya Cette memercayakannya kepada Lillian. Padahal saat menjadi Jia dulu, itu saat ia masih bekerja sebagai desainer pemula, Cette berpikir bahwa ia akan memakai semua warna yang ada di katalog.Rambut Cette yang panjang dan ikal digelung ke belakang, agar kelihatan lebih rapi.Aksesori mahal turut membalut seluruh tubuhnya ; permata, kalung, gelang, anting, bahkan sepatunya juga mewah. Untungnya, waktu itu Cette tidak memilih gaun yang terlalu mengembang, melainkan gaun yang mengikuti lekukan tubuhnya. Ya, walaupun Cette sedikit merasa tersiksa karena harus memakai korset, agar tubuhnya terlihat lebih ramping.Saat Lillian tengah sibuk dalam mendandani Nonanya, seseorang menge
Keesokan harinya, seperti biasa Lillian datang untuk membangunkan Cette di kamarnya.“Selamat pagi, Nona!” seru Lillian sambil membuka tirai jendela yang ada di kamar itu. “Apa istirahat Anda menyenangkan?”Cette membuka paksa kedua matanya karena mendengar sapaan dari Lillian. Mata dengan lingkaran hitam yang mencolok karena kurang tidur tertampil dari kedua mata berwarna peridoth milik Cette.Cette hanya berbaring sambil terbengong membayangkan apa yang sudah terjadi padanya tadi malam.“Apa aku semalam bermimpi?” batin Cette tidak tahu harus memercayai yang mana. Ia bahkan tidak tahu situasi yang ia hadapi malam itu adalah kenyataan atau hanya mimpi.“Nona, lingkar mata Anda menghitam. Apa Anda tidak bisa tidur tadi malam?” tanya Lillian saat menyadari ada yang berbeda dengan penampilan Cette.“Tolong jangan tanyakan apa yang terjadi tadi malam, Lillian. Aku tidak ingin mengingatnya,” jawab Cette masih dengan raut wajah bengong yang belum diubahnya.“Apa Anda baik-baik saja? Kenapa
Masih di pembicaraan antara Cette dan Morgan. Setelah Morgan menjelaskan mengenai situasi yang sedang dihadapi oleh adik Cette yang ternyata seorang pengguna Mana Sihir dan membutuhkan bantuan dari penyihir. Akhirnya, Cette mulai paham kenapa Morgan menargetkan dirinya.Intinya, kalau Cette mau menjadi tunangannya, maka Morgan akan membantu Cette dalam mengurus penyihir untuk membantu Gitte.Namun, di satu sisi Cette belum menemukan keuntungan yang akan didapatkan oleh Morgan bila mereka melakukan pertunangan kontrak. Walaupun sebelumnya Morgan telah mengatakan bahwa ia membutuhkannya. Tapi Morgan belum menjelaskan secara detail apa yang ia butuhkan dari Cette.“Lalu, apa keuntungan pertunangan kontrak ini untuk Anda?” tanya Cette akhirnya.“Aku membutuhkan seorang tunangan, agar Ratu tidak menjodohkanku dengan wanita yang dipilihnya melalui pernikahan politik,” jawab Morgan atas pertanyaan Cette.“Memang apa yang salah dengan itu? Bukannya itu jauh lebih mudah untuk Anda lakukan, dar
"Kenapa saya harus menerima tawaran Anda?" tanya Cette kepada Morgan. "Saya tidak melihat bahwa saya akan mendapatkan keuntungan dari pertunangan ini."Bukannya menjawab pertanyaan Cette, Morgan malah tertawa kecil. Hal tersebut justru semakin membuat Cette geram."Putri Luvena, sepertinya kamu benar-benar tidak mengetahui apa-apa ya?" tanya Morgan bersamaan dengan tawa kecilnya itu."Apa maksud Anda?!" Cette semakin kesal."Adik Anda!" seru Morgan singkat."Adikku? Kenapa Anda tiba-tiba membahas Gitte? Apa yang hendak Anda lakukan kepadanya? Saya peringatkan Anda, jangan pernah berani-beraninya Anda menyentuh adik saya!" seru Cette memberikan peringatan kepada Morgan.Melihat Cette yang sudah dipenuhi dengan luapan amarah itu, reaksi Morgan bukannya marah. Ia malah memasang ekspresi bingung sambil mengerutkan dahinya."Apa Anda tidak tahu tentang adik Anda yang mendapatkan bantuan dari para penyihir untuk tetap hidup?" tanya Morgan dengan tidak yakin kepada Cette. Karena menurutnya,