"Mama cuma khawatir saja, tapi semoga tidak ada hal buruk yang terjadi. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu." Hera memeluk tubuh Nadira. "Terima kasih, Ma. Do'a Mama memang selalu Nadira butuhkan." Nadira senang karena masih memiliki orang tua yang begitu baik serta perhatian padanya. "Oya, Davin sudah berangkat ke sini belum?" tanya Hera melepaskan pelukan."Belum ada kabar lagi, Ma. Ya sudah aku tunggu dulu, siapa tahu saja nanti dia datang." Nadira mengajak sang Mama ke ruang tamu. Hera tidak keberatan menemani Nadira untuk menunggu calon suaminya yang akan menjemputnya. Mereka berdua saling berbicara sembari bertukar pendapat. "Menurut Mama, apa yang seharusnya Nadira lakukan kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi?" tanya Nadira sedang memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada hubungan pertunangan dengan Davin."Kita sebagai manusia cuma bisa ikhlas atas semuanya, Nad." Hanya itu yang Hera katakan karena tidak ada jawaban yang lebih tepat perihal masalah d
Kedua sahabatnya juga terlihat panik, penasaran dengan keadaan sang sahabat yang baru dua puluh menit lalu menghubungi mereka. Mereka berdua akan pergi ke rumah Nadira besok pagi, sebab saat ini malam sudah semakin larut. Sedangkan di kediaman keluarga Nadira, kedua orang tuanya belum bisa tidur sebelum ada kabar dari putrinya. Padahal mereka sudah berkeliling mencari keberadaan wanita cantik yang memiliki lesung pipi itu, tapi belum ditemukan jejaknya. "Maaf, Om. Semua ini kesalahanku, andai saja aku mengantarkannya pulang. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini," ujar Davin merasa bersalah. Pria itu memang segera ke rumah Nadira saat mendengar kabar hilangnya wanita yang dicintainya. "Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, Vin. Mungkin semua terjadi memang sudah jalannya. Om dan Tante cuma berharap Nadira bisa ditemukan secepatnya dalam keadaan selamat." Restu menjelaskan panjang lebar. Kalau boleh jujur, memang ada rasa kecewa dalam hatinya. Namun, dia memilih untuk memaafka
Nadira ketakutan melihat pria yang memiliki aura jahat di depannya. "Siapa, kamu? Di mana aku?" tanya Nadira sembari melihat ke sekeliling."Kamu tenang saja, cantik. Aku tidak akan berbuat jahat padamu," ujar pria yang terlihat seperti preman itu tertawa. "Lepaskan aku!" teriak Nadira berusaha untuk membuka ikatannya."Lepaskan saja sendiri kalau kamu bisa." Pria jahat itu mulai tertawa lepas. Nadira sadar kalau dirinya tidak akan bisa lepas begitu saja, jadi dia pun memiliki inisiatif agar preman itu mau melepaskan ikatannya. Dia mulai mencari alasan untuk ke kamar mandi agar bisa terlepas dan kabur dari sana. Namun, semua tidak semudah yang dia bayangkan. Ternyata preman itu tidak mau membukakan ikatannya."Kamu kira aku gampang dikelabui? Oh, tidak segampang itu." Preman itu akan terus menjaga ketat Nadira agar tidak pergi dari gubuk tersebut. 'Aku harus cari cara lain agar dia mau melepaskan ku.' Nadira bergumam. Belum mendapatkan cara, jadi wanita berlesung pipi itu pun pur
Sudah tidak mungkin Nadira kembali setelah bersusah payah untuk pergi. Dia merasa iba pada Abian, tapi tidak bisa berbuat apa pun untuk pria itu. Setelah wanita berlesung pipi itu berlari jauh dari preman, sebuah mobil yang familiar datang menghampirinya. Dia pun segera masuk ke dalam mobil setelah kendaraan roda empat itu berhenti di sampingnya."Terima kasih, Kak Davin. Sudah datang untuk menyelamatkanku." Nadira langsung memasang sabuk pengaman."Sama-sama. Kamu gapapa 'kan?" tanya Davin yang menyimpan perasaan khawatir sejak wanita yang dicintainya hilang."Aku gapapa, tapi kita harus memastikan Abian selamat. Kamu mau 'kan, jalan lurus ke depan untuk menemui Abian?" tanya Nadira memastikan kalau Davin akan setuju."Abian?" Bukan menjawab, Davin justru fokus pada nama pria yang pernah menyakiti hati Nadira."Iya, dia yang sudah membantuku." "Membantu? Bagaimana ceritanya?" tanya Davin penasaran."Ceritanya panjang, nanti aku akan ceritakan detailnya. Yang terpenting saat ini kit
Melihat wanita yang dicintainya tidak diperlakukan dengan baik, Davin pun langsung menghardik Cindy. "Kamu apa-apaan sih, Cin?" hardik Davin kesal."Aku hanya memberikan pelajaran kepada wanita yang tidak tahu diri ini!" Cindy berbicara ketus."Kamu yang gak tahu diri," ujar Davin. Kemudian pria itu mengajak Nadira untuk pergi dari hadapan wanita yang tergila-gila padanya."Kamu mau ke mana, Vin? Tunggu aku! Seharusnya kamu tidak usah menghiraukan wanita itu!" teriak Cindy hingga menjadi pusat perhatian netra pengunjung yang lain. Kakinya mulai melompat-lompat seperti anak kecil ketika ngambek, lalu mengejar Davin yang sudah menjadi tunangannya.Dia semakin mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan Davin, beruntung pria itu masih ada di parkiran."Tunggu, Vin. Tidak seharusnya kamu bersikap begini padaku, aku ini tunanganmu!" cecar Cindy merengek seperti anak kecil."Pria mana yang mau sama kamu, jika sifatmu seperti itu. Sampai kapan pun aku juga tidak akan menerimamu kalau kam
Amarah Restu tidak bisa ditahan lagi, meskipun Nadira sudah mengatakan untuk tidak membalas apa pun pada pria yang sudah menjebaknya. Pucuk dicinta ulampun tiba, Abian justru masuk ke kandang macan yang baru saja bangun dari tidurnya. Pria itu datang dengan membawa buah, tapi justru buah yang dibawanya dilempar oleh Restu."Masih berani kamu ya, ke rumah ini? Setelah apa yang kamu lakukan!" hardik Restu dengan wajah memerah."Ada apa, Om? Aku yang sudah menyelamatkan Nadira tadi malam, makanya aku datang untuk memastikan keadaan dia. Kalau Om gak percaya, tanya saja sama Nadira." Abian menjelaskan panjang lebar."Gak usah banyak bicara! Om tahu semuanya, bahkan Nadira juga tahu." Restu sudah tidak sabar membuat wajah Abian penuh lebam. Namun, kedatangan istrinya membuat pria setengah paruh baya itu mengurungkan niatnya."Sudah, Pa. Gak usah diperpanjang lagi, kalau dia nanti berani macam-macam kembali. Kita tinggal laporkan saja ke polisi." Hera mencegah terjadinya keributan."Lebih
"Mama!" teriak Nadira histeris. Mendengar sahabatnya berteriak, Ghea dan Denia pun melangkahkan kaki ke arah dapur untuk memastikan apa yang terjadi. Mereka berdua terkejut saat melihat Hera sudah tidak sadarkan diri di atas lantai."Kenapa bisa begini, Nad?" tanya Ghea bingung."Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja Mama pingsan." Nadira ikut bingung. Mereka pun menggotong Hera ke kamar tidurnya, lalu mengoleskan minyak kayu putih di beberapa bagian tubuh wanita setengah paruh baya itu."Ma, bangun." Nadira berusaha untuk membangunkan sang Mama. Akan tetapi, tidak ada respon apa pun. "Kamu sudah menghubungi papamu, Nad?" tanya Denia sembari memijit telapak kaki Hera. Nadira hampir saja lupa, beruntung diingatkan oleh sahabatnya. Dia pun segera menghubungi Restu agar segera pulang. Lima belas menit berlalu, Hera sudah membuka mata. Juga Restu datang di waktu itu juga, sedangkan kedua sahabat Nadira pamit pulang karena merasa tidak nyaman berada di sana terlalu lama."Mama lain kal
"Kalian jangan lupa datang ke pernikahanku, juga membawa kado yang bagus," ujar Cindy jumawa. Undangan yang diberikan memang ada tiga, otomatis wanita cantik itu tidak diundang seorang diri oleh wanita seksi itu."Kamu tenang saja, kita pasti datang kok." Ghea menjawab dengan lantang."Dan untukmu, Nadira. Jangan berkecil hati ya, jangan putus asa juga." Cindy terlihat menghina wanita cantik berlesung pipi itu.Nadira mengabaikan apa pun yang dikatakan oleh wanita yang sudah membuat pertunangannya batal. Setelah selesai menyombongkan diri, wanita seksi itu pun pergi dari hadapan Ghea, Denia dan Nadira."Ingin rasanya aku jitak saja sih kepala tuh orang!" cetus Denia kesal."Iya, aku juga gregetan sama dia. Kenapa sih, ada wanita macam sepertinya!" cetus Ghea gak kalah kesalnya."Kalian harus tenang dan sabar ya, jangan tersulut emosi." Nadira memberikan nasihat. Keduanya mulai protes pada sahabatnya yang bisa terlihat biasa berhadapan dengan wanita menyebalkan seperti Cindy. "Apa ka