Victoria Anne duduk diam.James Coleman mengangkat alisnya dengan mesum. "Kenapa, ingin mandi bersama?"Victoria Anne segera bangkit dan pergi....Di kamar tidur utama, pelayan mempersiapkan air susu mawar, lalu meletakkan piyama di keranjang bambu. "Nyonya, Anda bisa mandi sekarang."Victoria Anne meliriknya, piyama sutra merah, dengan lipitan emas di pinggirnya, terlihat sangat indah."Baik."Pelayan itu pergi.Victoria Anne menanggalkan pakaiannya dan masuk ke bak mandi, membenamkan tubuhnya dalam air hangat dan memejamkan matanya sebentar, lalu bangkit.Setelah mengeringkan badannya, dia mengenakan piyama sutra dan keluar.Dia berdiri di depan meja rias dan mengeringkan rambut panjangnya dengan pengering rambut.Pada saat itu terdengar suara pelayan di luar, "Tuan."James Coleman sudah datang.Detik berikutnya, pintu kamar dibuka, James Coleman masuk ke ruangan.Dia baru selesai mandi di kamar sebelah. Sekarang dia mengenakan piyama sutra hitam dengan lipitan emas di pinggirnya.
"James Coleman, kedua permintaan ini sama sekali tidak berlebihan, bukan?"James Coleman tahu kedua permintaan ini sama sekali tidak berlebihan, tetapi ...James Coleman menatapnya dan tidak berbicara.Victoria Anne mulai merasa kecewa setelah menunggu lama. Ini seperti cara dia mencintainya, dari menunggu hingga menjadi kecewa.Victoria Anne tersenyum ringan, lalu perlahan memejamkan matanya. Tiba-tiba dia menyadari James Coleman mencintainya atau tidak sudah tidak penting lagi.Jika dia mencintainya, maka cintanya hanya sebesar ini.Melihat senyumnya, hati James Coleman semakin merasa kosong. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya dengan lembut.Kali ini dia menciumnya dengan sangat lembut dan penuh perasaan, seolah-olah takut menyakitinya."James Coleman, lepaskan aku. Karena pernikahan kita adalah kesepakatan, mari kita bicarakan kesepakatan itu sekarang. Bawa aku temui kakakku dulu sebelum aku membiarkanmu menyentuhku!""Tidak bisa," James Coleman langsung menolak, "Kau ti
Saat Victoria Anne bangun, James Coleman sudah pergi ke kantor.Tubuhnya masih terasa sakit, tetapi James Coleman sudah memberinya obat untuk mengurangi rasa sakitnya.Victoria Anne merasa sesuatu mengalir dari kakinya. Bagaimanapun, tubuhnya sudah rusak dan dia tidak bisa hamil, jadi dia tidak mengkhawatirkannya.Victoria Anne mengangkat ponsel dan menelepon James Coleman.Ponsel diangkat, bukan oleh James Coleman, tetapi sekretaris pribadinya. "Nyonya, apakah Anda mencari CEO?""Ya, dia ada di mana?""Nyonya, CEO sedang rapat yang sangat penting, jadi agak sibuk ...""Jadi, dia tidak punya waktu untuk menjawab ponselku?""Ya..."Victoria Anne langsung menutup telepon....Kantor Grup Coleman.Di kantor CEO, James Coleman duduk di kursi dan menatap sekretaris pribadinya. Sekretaris pribadi menunjuk ke nada sibuk dalam ponsel dengan canggung dan berbisik, "CEO, Nyonya sepertinya marah."“Aku tahu.”"CEO, lalu kita sekarang ..."“Ayo, kita rapat.” James Coleman berjalan menuju ruang ra
Victoria Anne duduk di kursi CEO, James Coleman berdiri di sampingnya. Mendengarnya sambil menopang pada meja dengan satu tangan, dia membungkukkan badan dan mencium keningnya. "Nyonya Coleman, kau suka bercanda."Victoria Anne cemberut. "Aku mengatakan yang sebenarnya. Semua pria sama saja. Tidak menghargai setelah mendapatkannya dan segera merasa bosan. Bunga-bunga liar di luar berangsur-angsur menjadi menarik, apalagi CEO Coleman suka berselingkuh."Dia suka berselingkuh?James Coleman tersenyum. "Nyonya Coleman, kau jangan suka memfitnah. Aku bertanya kapan aku berselingkuh?""Apa kau tidak melihat dada dan pantat wanita itu?"Yang ini...James Coleman benar-benar tidak bisa membantahnya, karena dia memang melihatnya.Dia tidak perlu menyangkal. Dia meremas rahang Victoria Anne dan berkata, "Nyonya Coleman, aku tidak buta. Dia sengaja mencondongkan tubuhnya ke depanku, jika tidak melihatnya malah menunjukkan aku munafik. Setelah melihatnya, aku merasa dia tidak secantik kau. Nyo
Victoria Anne sebenarnya sangat mengenal Joyce. Joyce adalah wanita yang menyedihkan dan penuh kebencian. Setelah kebenaran terungkap, dia mungkin merasa lelah, tetapi dia akan menjadi orang baik-baik.Jadi ketika Joyce mengatakan dia mengakuinya sebagai menantu, Victoria Anne menunggu langkah selanjutnya. Joyce memang tidak mengecewakannya. Joyce berkata—dia ingin menggendong cucu.James Coleman menatap sekilas ibunya. "Bu, aku tidak suka anak, Vic dan aku tidak berencana untuk punya anak."Joyce menepuk pahanya dengan kencang dan emosinya mulai bergejolak lagi. "Tidak bisa, James, kau tidak boleh memutuskan garis keturunan!”"Ibu tidak meminta apa pun sekarang, terserah kalian, kalian sudah menikah, aku juga tidak akan mengatakan apa-apa. Aku mengakui Victoria Anne sebagai menantumu, apa lagi yang kau inginkan dari Ibumu?""Ibu hanya ada satu permintaan. Ibu ingin menggendong cucu. Sebelum menutup mata, Ibu harus menggendong cucu!"Melihat Joyce yang membuat keributan, Victoria Ann
James Coleman tiba-tiba merasa sakit hati. Dia melangkah maju, berjongkok dengan satu lutut, lalu perlahan-lahan menyentuh wajah Victoria Anne.Victoria Anne seperti dapat merasakan kehadirannya, dia menggerakkan alisnya, dan menghindar.Dia menghindari sentuhannya dan menekan tubuhnya ke pintu bangsal, seolah-olah bangsal ini bisa memberinya rasa aman."Kakak..." Dia menggumamkan kata ini dalam tidurnya.Dia biasa memanggilnya Kakak, tetapi kali ini James Coleman tahu dia sedang memanggil Geoffrey Grant.Jari-jari James Coleman membeku di udara. Dia melirik ke pintu bangsal yang tertutup, dia bahkan tidak tahu bahwa di dalam itu bukan Geoffrey Grant.Pada saat ini, dokter bergegas datang dan berbisik, "CEO Coleman, Nyonya Coleman hanya bisa melihat dari jendela, tetapi tidak bisa masuk. Kami sangat berhati-hati. Nyonya Coleman tidak curiga bahwa orang di dalamnya palsu saat ini."James Coleman mengangguk. "Jika dia curiga, rumah sakit ini tidak memerlukan dokter sepertimu, mengerti m
James Coleman mengulurkan tangannya dan menariknya ke dalam pelukan. "Aku tidak bisa menyentuhmu sekarang, kau merasa gatal lagi, ya?"Victoria Anne mengangkat alisnya. "Tampaknya CEO Coleman tidak berencana untuk menerima Daisy, bagaimana dengan ibumu? Jika terjadi sesuatu pada ibumu, maka kau akan menjadi anak yang tidak berbakti."James Coleman mencium pipinya. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan ibuku dan Daisy, aku akan mengusirnya beberapa hari lagi. Daripada menghabiskan waktumu untuk wanita lain, lebih baik memperhatikan suamimu."Victoria Anne tidak berbicara. Kali ini, ketukan di pintu terdengar lagi. Daisy berkata, "Tuan, Nyonya, apakah kalian sudah bangun?"Victoria Anne mendorong James Coleman. "Aku sudah lapar, mau sarapan dulu."Victoria Anne membuka pintu kamar. Daisy di luar pintu mengenakan seragam pelayan. Dia tampak polos dan cantik. Melihat pintu masih tidak terbuka, dia agak cemas. Dia mengulurkan tangannya dan ingin terus mengetuk.Ketika Victoria Anne membuka p
“Kalau itu yang dipikirkan Victoria Anne, apa yang kau tunggu lagi, segera berikan aku seorang cucu yang gemuk!” Joyce mendesak.Kesabaran James Coleman sudah habis. "Bu, ada yang harus aku lakukan, jadi aku akan menutup telepon dulu."Dia langsung menutup telepon....Saat James Coleman turun, dia melihat Victoria Anne berdiri di dekat jendela, dia memegang sebuah paket, entah apa yang dia pikirkan.James Coleman berjalan mendekat dan memeluknya dari belakang. "Ada isi paket itu?"Victoria Anne memeluk paketnya erat-erat, "Paket ini dikirimkan Charlotte untukku, apa urusanmu?"James Coleman mencibir, "Menurutku, kalian bukan sahabat, tetapi pacar."Dia bahkan curiga dia punya hubungan dengan Charlotte?Victoria Anne merasa sifat posesifnya sangat menakutkan dan dia sangat pencemburu, tidak peduli pria atau wanita. Terakhir kali pria itu menyindir dia dan kakaknya, sekarang dia mencurigai hubungannya dan Charlotte, tidak bisa ada orang yang bernapas di dekatnya.“Ibumu tidak menelepo
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan