Keesokan harinya.Mark Lewis tahu dia telah melakukan kesalahan karena Sophia Lowry tidak menghiraukannya lagi setelah keluar dari kamar mandi semalam, juga tidak mau berbicara dengannya.Ketika menuju ke lantai bawah, Mark Lewis mendengar tawa Sophia Lowry dan Ibunya dari kejauhan. Entah apa yang mereka bicarakan. Sophia Lowry membuat Ibunya tertawa terbahak-bahak.Sophia Lowry memiliki mulut yang manis dan sikap yang sopan, memang menantu idaman para tetua.Pada saat itu, Nyonya Lewis melihatnya. "Mark, kau sudah bangun?"Mark Lewis menatap tajam pada Sophia Lowry, Sophia Lowry juga melihatnya. Kedua pasang mata saling berhadapan, Sophia Lowry langsung membuang muka. "Bu, aku akan pergi ke dapur untuk melihat apakah sarapan sudah siap."Sophia Lowry membalikkan badan dan pergi.Dia masih marah karena pria itu tidak menepati kesepakatan mereka.Mark Lewis mengerutkan alisnya, lalu berjalan ke bawah, "Bu, selamat pagi."Nyonya Lewis menghampiri dan bertanya dengan suara pelan, "Mark,
Mark Lewis meliriknya, lalu membuka mulutnya dan memakan anggur yang dia suapi.“Manis?” Sophia Lowry bertanya.Mark Lewis mengangguk. "Ya."Kedua nyonya tua itu berteriak "Aduh, CEO Lewis, kau harus memikirkan keberadaan kami, usia kami sudah tua, tidak bisa menanggung kadar gula yang terlalu tinggi. Apakah kau dan Fia ingin membunuh kami?""Aku tidak tahan lagi. Hari ini sudah kehilangan uang, masih harus melihat pemandangan ini. Kami tidak mau main lagi, pulang dulu."Kedua nyonya tua itu meninggalkan meja mahjong, lalu pergi.Nyonya Lewis segera mengantar para tamu dengan antusias. "Cathy, Martha, kita main lagi besok."Kedua nyonya tua itu pergi, Mark Lewis merasa anggur yang dia makan sangat manis. Dia tidak pernah makan anggur yang semanis ini."Anggurnya enak," lanjut Mark Lewis mengisyaratkan.Sophia Lowry mengulurkan tangannya dan mengantarkan sepiring anggur tepat di depannya. Dia memelototinya, "Ini dia, makan sendiri!"Mark Lewis menyadari sekarang sudah tidak ada orang
Saat itu, Mark Lewis melirik ke ponsel pemuda itu sekilas. Wanita di dalam ponsel sangat jelek, membuatnya merasa muak.Mungkin sejak saat itu, dia menjadi trauma dan tidak ingin disentuh wanita selama bertahun-tahun.Sampai pada saat itu, dia muncul.Dia adalah pengecualian dalam hidupnya.Ibunya sangat cemas dan selalu menyodorkan wanita padanya."Sophia Lowry, jika kau bersikeras mengatakan aku pernah melihatnya, maka aku pernah melihat adegan yang kau perankan.""..."Sophia Lowry melihat wajah tampannya.Sulit membayangkan bahwa pria seperti ini memiliki hati yang begitu murni, belum ada wanita lain dalam hidupnya selama bertahun-tahun ini.Semua kecurigaan nyonya tua itu masuk akal, dia juga akan curiga ada masalah fisik dengan pria ini.Namun Mark Lewis sebenarnya sangat sehat!"CEO Lewis," Sophia Lowry menatapnya, "Aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan, apakah kau ... menyukaiku?"Mark Lewis membeku, "Apa katamu?""Konon pria tidak bisa melupakan wanita pertama mereka, apalagi
Mark Lewis berjalan ke dekat meja dan mengambil beberapa lembar tisu untuk menutupi hidungnya. Dia merasa sangat malu.Sophia Lowry tidak menyangka pria ini akan mimisan. Dia melihat pakaian yang dia kenakan tidak terlalu terbuka. Sekarang dia percaya dengan yang dikatakan nyonya tua itu. Pria ini tidak pernah menyentuh wanita selama bertahun-tahun!"CEO Lewis," Sophia Lowry memanggilnya.Mark Lewis kembali menatapnya. "Ada apa?"Sophia Lowry, "CEO Lewis, kau tampaknya... kurang pergaulan.""..." Mark Lewis menatapnya dengan galak dan tidak mengatakan apa pun.Dia langsung masuk ke kamar mandi.Sophia Lowry merasa pria ini yang terlihat agak canggung sekarang, sangat ... menggemaskan....Mark Lewis mandi air dingin dan Sophia Lowry telah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur biasa. Sekarang dia bersandar di kepala tempat tidur dan sedang membaca.Sophia Lowry menutupi setengah wajahnya dengan sebuah buku dan hanya memperlihatkan sepasang mata, melihat pria yang canggung itu. Dia gem
“Ya?” Sophia Lowry mengangkat kepalanya, menatapnya dengan polos, kemudian mengangguk, “Aku bisa, CEO Lewis, apakah kau tidak bisa menulis kata malu, aku dapat mengajarimu.”Mark Lewis hampir muntah darah. Dia mengulurkan telapak tangannya dan ingin mengambil kembali buku itu. "Tidak boleh lihat, aku akan menghancurkannya sekarang!"Apa?Menghancurkan buku rahasia dunia persilatan?Apakah otaknya korslet? Tidak bisa menghargai barang sebagus ini!"Tidak boleh! Jangan sentuh buku rahasia dunia persilatanku!" Sophia Lowry segera mengangkat tangannya, tidak membiarkan dia mengambilnya.Mark Lewis menyandarkan tubuhnya, satu tangan meremas pergelangan tangannya, dan tangan lainnya merebut buku itu dengan mudah.Tidak disangka pria ini ternyata begitu kuat, Sophia Lowry tidak berdaya. Buku itu segera berpindah tangan.Bagaimana ini?Sophia Lowry punya ide, dia segera memasukkan buku itu ke dalam gaun tidurnya, "Ayo ambil, jika kau bisa."Dia memasukkan buku itu ke dadanya!“Mark Lewis, kena
Dia mengenakan jas hitam, mengambil kunci mobil dan pergi ke toko obat terdekat....Mark Lewis pergi ke toko obat untuk membeli obat. Ketika kembali, dia melangkah ke samping mobil mewahnya dan merokok.Angin dingin yang bertiup ke wajahnya, membuat dirinya terjaga.Dia lepas kendali malam ini.Orang-orang yang berlalu lalang, berhenti dan melihatnya. Ada banyak gadis muda yang cantik-cantik berjalan di sana, mereka diam-diam melirik Mark Lewis.Mark Lewis masih sangat muda, baru empat puluh tahun lebih. Pria kelas atas yang matang dan sukses ini memang sangat mempesona. Mark Lewis keluar dengan tergesa-gesa, jadi dia tidak mengganti pakaiannya. Dia hanya memakai jas hitam. Sekarang dia bersandar di badan mobil dan samar-samar terlihat piyama sutra hitam di dalamnya.Selain itu, dia hanya mengenakan sepasang sandal.Siapa yang menduga Mark Lewis, Putra Kota Regalsen, akan keluar untuk membeli obat di tengah malam dengan mengenakan sandal?Gadis-gadis muda dan cantik menatapnya, jantu
Mobil mewah Aston Martin ini terlihat sangat mencolok. Sekarang mobil mewah itu perlahan-lahan berhenti dan jendela mobil meluncur ke bawah, menampakkan wajah tampan James Coleman.Victoria Anne meraih tangan Charlotte Shimon dan berteriak, "Kakak."Hari ini James Coleman mengenakan setelan hitam, wajahnya terlihat acuh tak acuh dan dingin, sulit untuk mengetahui yang dia pikirkan.Sekarang matanya tertuju pada wajah Victoria Anne. "Kalian mau pergi ke mana? Aku akan mengantar kalian."Saat itu, terdengar suara seorang wanita dari dalam mobil, "James, siapa itu?"Ada seseorang di kursi penumpang, Vicky Davis, wanita yang akan menikah dengan James Coleman.Vicky Davis adalah seorang wanita yang cantik dan tinggi, sekarang dia membungkuk dan memandang Victoria Anne dan Charlotte Shimon.James Coleman berkata dengan datar, "Adikku."Dia berkata Victoria Anne adalah adiknya.“Oh, aku sudah lama mendengar bahwa kau memiliki seorang adik, dia adalah Victoria Anne, bintang terpopuler dalam
Tidur bersama...Apakah dia telah tidur bersamanya?Mengapa dia tidak tahu?Jelas, dia tidak melakukannya.Mereka jarang bercumbu, dia menolaknya.Dia sedang tertawa, bahkan tertawa... sinis. Vicky Davis sangat peka, dia dapat merasakan keanehan dalam hubungan kakak adik ini. Vicky Davis tiba-tiba merasa terancam, namun wajahnya tetap tersenyum. "James, Adik Vic masih muda, aku benar-benar khawatir dia akan tersesat. Bagaimanapun, gadis cantik sekarang biasanya akan merayu pria agar bisa mendapatkan cara pintas untuk hidup senang..."“Apa yang ingin kau katakan?” James Coleman tiba-tiba menyela.Vicky Davis menoleh, sekarang pria itu menatapnya.Wajahnya sangat suram. Tatapannya tenang tetapi sangat menakutkan, seperti ada dua jurang kecil yang setiap saat dapat menyedot orang ke dalamnya."Aku...""Nona Davis, ibuku sangat menyukaimu dan aku bersedia menikahimu. Selama kau diam dan tidak membuat masalah serta menjaga sikapmu, maka kau bisa menjadi Nyonya Coleman. Jadi, kelak gunakan
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan