Apakah pria itu keberatan dengan ucapannya ini?Apakah ucapannya salah?Sejak kehilangan ingatan, pria itu selalu menghina, mengejek, acuh tak acuh dan kejam terhadapnya. Yanny memang menindasnya, tetapi orang yang lebih menindasnya adalah Hugh Randall!Awalnya, Brenda Wright mengira dia akan memberinya pelajaran ketika kembali, tetapi dia malah membantunya mengusir Yanny. Ini membuat Brenda Wright sangat terkejut."Tuan Muda, apakah kau ingin mengurus urusanku?" Brenda Wright menatapnya dengan curiga, "Tuan Muda, sejak kapan kau berubah? Apakah … kau melindungiku tadi?"Wajah Hugh Randall menjadi suram. Dia segera mengerutkan bibirnya dan tertawa menghina. "Brenda Wright, aku tidak melindungimu. Kau adalah istriku di atas kertas sekarang. Kau ditindas seperti ini sama seperti mempermalukan aku. Aku tidak mengizinkan orang lain menginjak-injak aku!"Sambil berbicara, mulutnya mencibir. "Brenda Wright, kau berpikir terlalu banyak. Apakah kau pikir aku kembali karenamu dan aku sudah ja
Apa maksudnya?Brenda Wright sedikit bingung.Hugh Randall menyodorkan buah murbei padanya. "Kenapa melamun?""Tidak … apakah ini untukku?""Aku melihatnya saat menjalankan tugas di pegunungan semalam. Jadi, aku memetiknya untuk Joan."Ternyata begitu.Dia yang memetik sendiri buah murbei segar ini. Dia bisa dianggap sebagai ayah yang baik, masih teringat memetik buah untuk Joan ketika bertugas.“Kalau begitu, aku akan memberikannya kepada Joan.” Brenda Wright ingin bangkit.Namun, Hugh Randall mengulurkan tangan untuk memegang pundaknya dan tidak membiarkannya bangkit. Dia mengambil sebutir murbei besar dan lalu menyodorkan ke bibir Brenda Wright. "Kau makan dulu."Kenapa?"Uji racun."Brenda Wright sudah tahu bahwa dia tidak akan begitu baik hati. Jadi, Brenda Wright menatapnya dengan tajam, lalu membuka mulutnya dan memakan buah murbei yang dia sodorkan.Bibir lembut wanita itu berwarna merah dan terasa seperti agar-agar yang lembut ketika tersentuh ujung jarinya. Jakun Hugh Randa
”Menggodamu? Kapan aku menggodamu?" Brenda Wright yang dituduh, menatapnya dengan kaget.Brenda Wright tampak sangat polos.Hugh Randall tidak mengatakan apa-apa dan kembali ke pengemudi. "Kencangkan sabuk pengamanmu.""Oke."Brenda Wright ingin menarik sabuk pengaman, tetapi tidak bisa ditarik. Dia menariknya dengan kencang beberapa kali, tetapi masih tidak bergerak. Dia curiga apakah mobil ini dendam terhadapnya.Bukan hanya pemilik mobil, bahkan mobil pun merundungnya.“Apakah kau bodoh?” Pada saat ini, Hugh Randall mencondongkan tubuhnya dan mengulurkan tangan untuk meraih sabuk pengaman Brenda Wright, lalu mengencangkannya."Aku tidak bodoh," balas Brenda Wright sambil menoleh untuk menatapnya.Detik berikutnya, sesuatu yang lembut dan dingin menempel pada bibir merahnya. Brenda Wright membelalakkan matanya dan segera melihat wajah tampan Hugh Randall yang keji itu di hadapannya.Bibir mereka tidak sengaja bersentuhan. Brenda Wright tidak menduga Hugh Randall akan begitu dekat. S
Brenda Wright melihat Joan yang cantik dan melambaikan tangan dengan senang. "Joan, Mommy datang menjemputmu.""Mommy, Ayah, asyik! Hari ini Ayah dan Mommy datang menjemputku," kata Joan.Teman-teman Joan di sekitar menoleh. Mereka semua sangat menyukai mommy Joan, karena mommy Joan sangat cantik.Ketika melihat Hugh Randall, mata mereka makin berbinar-binar."Wow Joan, apakah itu ayahmu?Mengapa ayahmu begitu tinggi dan tampan?""Joan, mommy dan ayahmu sangat serasi. Aku sangat iri padamu."Mendengar ucapan kagum semua orang, Joan merasa sangat bangga dan bahagia. Hari ini adalah pertama kalinya Ayah dan Mommy datang ke Taman Kanak-kanak bersama untuk menjemputnya.Hugh Randall dan Brenda Wright berjalan ke arah Guru Eva. Guru Eva memperhatikan Hugh Randall dan berkata, "Ibu Joan, apakah ini ayah Joan? Aku selalu mendengar Joan berkata betapa tampan dan hebat ayahnya. Setelah melihatnya langsung hari ini, aku baru tahu anak itu memang tidak berbohong."Brenda Wright menatap pria kejam
Brenda Wright tertarik pada satu set pakaian olahraga orang tua-anak berwarna merah, Hugh Randall mengangguk dan berkata, "Boleh."Pemandu belanja berkata dengan antusias, "Nona, aku akan ambilkan satu set pakaian ini untukmu. Kalian sekeluarga bisa mencobanya.""Oke, terima kasih."Brenda Wright membawa Joan ke kamar ganti untuk berganti pakaian. Joan yang lembut dan cantik, terlihat cocok dengan pakaian apa pun.Mereka berjalan keluar setelah berganti pakaian. Pada saat ini, Hugh Randall juga berjalan keluar dari kamar ganti pria di sebelah.Tinggi badan Hugh Randall hampir 1,9 meter. Pria yang tampan dan kokoh itu jarang memakai pakaian warna merah cerah seperti ini. Pakaian ini membuatnya makin mencolok.“Wow, Ayah sangat tampan!” Joan bersorak.Brenda Wright menatap Hugh Randall dan menunjuk ke kerahnya, "Rapikan kerahnya."Hugh Randall melirik. "Bantu aku merapikannya."Dasar tuan muda yang manja, melakukan apa pun selalu ingin dilayani.Brenda Wright hanya bisa berjalan ke arah
"Ayah menyuapi Mommy," Joan berseru dengan gembira.Hugh Randall menatapnya dan bertanya, "Enak?""Tidak enak!"Brenda Wright sebenarnya berbohong. Daging kepiting yang dia suapi sangat manis. Entah mengapa makin dikunyah makin manis.Brenda Wright pernah makan daging kepiting sebelumnya, tetapi tidak pernah semanis ini.Brenda Wright merasa wajah mungilnya merah dan panas.Pada saat ini, Joan berkata, "Ibu, Ayah telah menyuapimu, sekarang gantian Mommy yang menyuapi Ayah."Apa?Menyuapinya?Brenda Wright menatap Joan, yang berarti --- Joan, jangan mengerjai aku lagi.Joan mengedipkan matanya dengan polos, "Mommy, bukankah kamu yang mengajariku jika seseorang memperlakukan kita dengan baik, kita harus membalasnya? Ini namanya sopan santun. Apakah Mommy ingin menjadi orang yang tidak sopan?""Aku ..."Hugh Randall duduk di seberangnya dan menatap Brenda Wright dengan penuh minat. Brenda Wright tampak kewalahan menghadapi anaknya. Dia mengambil sepotong kue dengan sendok kecil, lalu meny
Dalam foto itu, Brenda Wright dan Joan sedang duduk di korsel. Joan tertawa terbahak-bahak dengan gembira, sedangkan Brenda Wright menatap putrinya sambil tersenyum. Angin sepoi-sepoi bertiup. Pemandangan indah ini sudah diabadikan.Hugh Randall mengulurkan tangan dan menjadikan foto ini sebagai screensaver-nya.Setelah mereka turun dari korsel, Hugh Randall mengajak mereka bermain-main lagi. Waktu berlalu dengan cepat dan sudah jam tujuh malam."Joan, ini sudah larut, kamu masih harus sekolah besok pagi. Ayo, kita pulang," kata Brenda Wright.Joan mengangguk. "Oke, Ayah, Mommy, ayo kita pulang bersama."Mereka keluar dari taman bermain dan berjalan di jalan besar. Joan menghentikan langkahnya saat melihat penjual es krim."Joan, apakah kamu ingin makan es krim?""Ya.""Kalau begitu, Mommy akan membelinya untukmu." Brenda Wright akan membeli es krim.Namun, Hugh Randall meraihnya dan berkata, "Kalian tunggu di sini, jangan ke mana-mana. Aku akan membelinya."Setelah itu, dia pergi mem
Mereka sekeluarga masuk ke jip. Hugh Randall mengemudi di depan, Brenda Wright dan putrinya Joan duduk di belakang sambil makan es krim.Es krim ini terlalu besar, jadi Brenda Wright tidak bisa menghabiskannya. Perut Brenda Wright terasa kurang nyaman karena dia sedang datang bulan. Setelah makan es krim, perutnya makin tidak nyaman.“Mommy, kenapa tidak makan lagi?” tanya Joan dengan lembut."Mommy tidak bisa menghabiskannya," kata Brenda Wright.“Jadi bagaimana? O, iya, berikan sisa es krim pada Ayah saja.” Joan yang cerdas segera mendapatkan ide bagus.Diberikan padanya?"Ini ... kurang baik ...""Apakah Mommy akan membuang es krimnya? Mommy, tidak boleh membuang makanan."Brenda Wright menatap pria di kursi pengemudi. Kedua tangan besarnya diletakkan di kemudi. Setelah mendengarnya, Hugh Randall menatapnya melalui kaca spion.Meskipun mereka berdua baru saling menyuapi tadi, dia seharusnya tidak akan makan sisa es krimnya, kan?Brenda Wright bertanya dengan basa-basi, "Eh, apakah
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan