Brenda Wright merasa tubuhnya terangkat lagi. Dia masih trauma dengan kejadian akan dilemparkan dari jendela. Entah apa yang akan dilakukan pria tiran amnesia ini untuk membunuhnya.Pak Tua Randall menghalangi Hugh Randall. "Hugh, berhenti. Jika kau berani menyentuh Brenda, langkahi mayatku dulu!"Pak Tua Randall menghentakkan tongkatnya ke lantai dengan kencang.Dada Hugh Randall bergerak naik turun. Dia segera duduk di kursi rotan, dan menyandarkan punggungnya yang kekar, sehingga membuat kursi rotan mengeluarkan suara berderit, seolah-olah tidak bisa menahan tubuh kekarnya."Aku tidak akan menikahi wanita itu!""Lalu siapa yang ingin kau nikahi?""Aku tidak ingin menikah dengan siapa pun. Apakah aku harus menikah? Aku ingin mati sendirian. Oh, tidak, aku sudah punya seorang putri. Pak Tua, mengapa kau masih mencampuri urusanku?"Pak Tua Randall juga marah, dia melihat penampilan acuh tak acuh Hugh Randall. Anak ini benar-benar tidak ingin menikah selama hidupnya."Oke, jika kau tid
Brenda Wright menoleh ke jalan di belakangnya. Dia masih sempat jika menyesalinya sekarang, kan?Pada saat ini, terdengar suara bising. Ternyata Hugh Randall sedang bertengkar dengan seorang pria yang sedang mengantri untuk menikah. Pria itu tidak sengaja menabrak Hugh Randall dan terus-meminta maaf, "Maaf, maaf, aku tidak sengaja."Hugh Randall yang bertubuh tinggi besar, terlihat sangat mencolok di sini. Dia menatap pria dengan sinis dan kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. "Jika minta maaf berguna, apa gunanya polisi? Apakah matamu bukan untuk melihat jalan?"Pria itu tercengang setelah mendengarnya. "Maaf, maaf ..."Tunangan pria itu datang dan berkata dengan kesal, "Bukankah pacarku sudah meminta maaf, apa lagi yang kau inginkan? Tidak perlu begitu kasar, kan?"Hugh Randall berkata, "Kalau begitu aku akan menabraknya lalu meminta maaf?""..."Brenda Wright buru-buru berlari dan meraih Hugh Randall sambil tersenyum, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Ayo, kita pergi."Hugh Rand
Pada saat ini, terdengar suara cibiran. Ternyata Hugh Randall yang sedang mencibir di samping."Hei, kau seharusnya tidak bertanya padanya, tapi bertanya padaku. Aku tidak ingin menikahinya sama sekali. Jika bukan karena Pak Tua memaksaku, aku tidak mau menikahinya!"Brenda Wright sangat marah dan segera mengulurkan tangan untuk menutupi mulut Hugh Randall—Tuan Muda, bisakah kau tutup mulut?Brenda Wright menatap staf dengan perasaan bersalah, "Ya, ya, aku menikah secara sukarela. Aku sudah memikirkannya, aku mau menikah dengannya!"Staf menyerahkan pena. "Oke, kalau begitu silakan tanda tangan di sini."Brenda Wright langsung mengambil pena dan membubuhkan tanda tangannya. Lalu, dia menyerahkan pena itu kepada Hugh Randall. "Sekarang giliranmu untuk tanda tangan."Tuan Muda, mari segera tandatangani dokumennya dan jangan buat masalah lagi, oke?Hugh Randall melirik Brenda Wright, lalu mengambil pena dengan enggan dan membubuhkan tanda tangannya.Staf memberikan stempel pada akta. "
Seorang desainer segera datang untuk mengukur badan Brenda Wright, tetapi Brenda Wright menolaknya, "Tidak perlu, tidak perlu, aku pakai seadanya saja."Beberapa desainer sibuk mengukur Brenda Wright. "Pengantin wanita, kau harus memakai pakaian pernikahan tradisional di hari pernikahanmu, bagaimana bisa mengenakan seadanya?"Semua orang mengeluarkan peralatannya masing-masing.Brenda Wright sendiri adalah seorang kepala desainer. Dia selalu merancang pakaian untuk orang lain, tak disangka sekarang giliran orang lain yang merancang pakaian untuknya.Yang paling senang adalah Joan Kecil. Dia menari dan bertepuk tangan. "Asyik, Mommy, kau harus mengenakan baju baru yang diberikan Ayah pada hari pernikahanmu."Melihat senyum bahagia Joan, Brenda Wright tidak tahu harus berkata apa.Ketika Brenda Wright berjalan keluar, dia melihat bahwa seluruh rumah Keluarga Randall didekorasi dengan meriah dan semua orang mulai mendekorasi kamar pengantin dengan pernak-pernik berwarna merah terang.Br
Ini adalah kepercayaan kuno, sama seperti menyuruh seorang anak laki-laki tidur di atas tempat tidur agar melahirkan seorang anak laki-laki. Sekarang semua orang menertawakan Brenda Wright.Apa yang bisa dikatakan Brenda Wright, dia hanya bisa tersenyum.Chelsea mengulurkan tangan untuk memeluk Brenda Wright. "Kak, di hari yang bahagia ini, aku tidak akan menanyakan apakah kau benar-benar ingin menikah. Julius dan aku menghormati setiap keputusanmu. Selama kau dan Joan merasa senang, kami akan selalu mendukungmu."Hati Brenda Wright terasa sangat hangat. Di dunia ini ada anggota keluarga yang selalu menyayanginya, ini sudah cukup."Terima kasih, Chelsea."Chelsea menyerahkan buket bunga segar pada Brenda Wright. "Kak, selamat, ya."Brenda Wright tersenyum."Oke, pengantin wanita telah selesai merias wajahnya dan bisa memakai pakaian pengantin."Sekelompok orang mendorong Brenda Wright ke ruang ganti dan membantunya mengganti pakaian."Wah, pakaian pengantin ini sangat indah. Aku tel
Chelsea berjalan ke samping Julius Hill dan bertanya dengan suara pelan. "Bagaimana menurutmu, apakah Laksamana Hugh benar-benar amnesia atau hanya pura-pura?"Julius Hill menatap punggung Hugh Randall dan tidak berbicara.Ada banyak orang yang mengerumuni Hugh Randall dan tertawa. "Pengantin pria, kita sudah minum banyak malam ini. Sekarang saatnya bagian yang paling menarik, mari kita bermain di kamar pengantin!""Laksamana, kau tidak setuju dengan pernikahan sebelumnya. Kami semua berpikir tidak ada yang bisa menjinakkan kuda liar sepertimu. Kami sudah lama ingin melihat seperti apa pengantin wanita yang mampu menjinakkanmu ini.""Pengantin wanitanya pasti sangat cantik, hahaha."Hugh Randall sama seperti biasanya. Wajahnya tetap dingin dan tidak ada ekspresi sama sekali. Dia melirik orang-orang yang ingin bermain-main di kamar pengantin dan memaki, "Untuk apa pergi ke kamar pengantin? Apa yang bisa dilihat dari pengantin wanita? Sana, sana, main di sana saja."Semua orang bersike
Brenda Wright membuka mulutnya karena kaget. Dia menatap Hugh Randall dengan bingung—mengapa mereka mau bermain-main di sini, bukankah kita hanya berpura-pura menikah?Hugh Randall mengangkat dagunya, tatapannya yang dingin dan arogan sepertinya berkata—Apa kau pikir aku menginginkan ini? Apa kau tidak bisa melihat mereka yang memaksa?Brenda Wright terdiam."Ayo, ayo, pengantin pria dan pengantin wanita makan apel merah besar bersama-sama. Kehidupan pernikahan kalian akan harmonis dan bahagia kelak."Seseorang membawakan apel merah besar dan mengikatnya dengan tali merah agar Hugh Randall dan Brenda Wright bisa menggigitnya."Kedua pengantin, kalian harus menggigitnya, jangan sampai tidak menggigitnya."Brenda Wright tidak ingin bermain permainan ini sama sekali, tetapi semua orang mendesaknya, dan tidak akan pernah menyerah jika dia tidak menggigit apel. Brenda Wright hanya bisa tersenyum canggung dan menggigit apel merah.Namun, begitu membuka mulutnya, apel merah itu bergerak dan t
Ternyata itulah maksud pertanyaan "asam atau tidak". Apel yang merah dan besar ini sengaja disiapkan untuk menggoda pengantin.Brenda Wright yang baru mengetahuinya langsung tercengang. Dia tidak tahu harus memakan apel di mulutnya atau tidak. Dia menatap Hugh Randall di depannya.Hugh Randall bersandar di kepala tempat tidur dengan malas sambil mengunyah apel dengan santai. Tatapannya tertuju ke wajah Brenda Wright sambil tersenyum tipis, seolah-olah sedang menertawakannya.Brenda Wright terdiam."Oke, mari kita mainkan sebuah permainan kecil lagi. Semua orang tahu laksamana kita sangat kuat. Mari kita minta pengantin pria push-up seribu kali.""Oke! Oke, oke!" Semua orang langsung setuju.Brenda Wright juga ingin bertepuk tangan, biarkan dia push-up seribu kali agar dia kelelahan.Sekarang sudah bukan urusannya, dia bisa menonton dengan tenang."Pengantin wanita, berbaringlah di atas selimut dan biarkan pengantin pria melakukan push-up di atasmu. Kamu bantu hitung pengantin pria meng
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan