"Hugh Randall!""Ayah!"Brenda Wright dan Joan Kecil mengerumuni Hugh Randall.Hugh Randall terluka parah. Dia bertahan dengan tekadnya yang kuat tadi, tetapi dia pertahanannya sudah mencapai batas. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Joan Kecil. "Joan, panggil lagi."Joan Kecil berteriak dengan suara kekanak-kanakkan, "Ayah! Ayah!"Hugh Randall merasa sangat senang. Dia selalu bermimpi ingin mendengar Joan memanggilnya, kemudian dia menatap Brenda Wright lagi. "Brenda, jika ... jika aku bisa bertahan kali ini, apakah kau bisa ... memberiku sebuah kesempatan lagi?"Beri dia kesempatan lagi?Brenda Wright sangat bingung sekarang, dia belum memikirkan hal ini. "Hugh, dokter segera tiba, kau harus bertahan."Hugh Randall menertawakan dirinya sendiri. "Brenda, kau masih tidak bisa memaafkanku, kan?"Brenda Wright tidak tahu harus berkata apa.Hugh Randall mengulurkan tangan untuk memegang tangan kecilnya yang dingin, lalu meletakkannya di hatinya. "Brenda Wright, jatuh cinta
Brenda Wright tidak suka berurusan dengan orang seperti itu."Pak Tua, Laksamana masih menjalani operasi. Operasinya sangat berisiko ..." kata penanggung jawab rumah sakit dengan ragu-ragu.Pak Tua Randall menghantam tongkat ke tanah dan menimbulkan suara kencang. Dia melirik penanggung jawab rumah sakit dan berkata dengan suara berat. “Jika terjadi sesuatu pada cucuku, rumah sakit tidak perlu ada lagi. Mengerti maksudku?"Penanggung jawab rumah sakit sudah berkeringat dingin. Keluarga Randall sangat kuat dan berkuasa, sangat mudah bagi mereka menutup sebuah rumah sakit. Dia mengangguk, dan membungkuk sambil berkata, "Mengerti, Pak Tua. Kita pasti akan berusaha sekuat tenaga. Anda tidak perlu khawatir."Pak Tua Randall masih sangat khawatir dan menatap pintu ruang operasi yang tertutup. Cucu ini sangat penting baginya.Pada saat ini, Kepala Pelayan Keluarga Randall datang dan berbisik di telinga Pak Tua Randall. Kemudian, Pak Tua Randall menoleh ke Brenda Wright dan akhirnya tatapanny
Pak Tua Randall adalah orang yang sangat pintar. Pisau Wenda ditikamkan pada bagian paling rentan Hugh Randall, yang berkaitan dengan kesinambungan garis keturunan Keluarga Randall.Selama tiga tahun terakhir, Hugh Randall dan Wenda hanya berpura-pura menikah. Dia juga tidak punya wanita di luar, sehingga belum menghasilkan keturunan untuk Keluarga Randall sama sekli. Pak Tua Randall sangat mementingkan urusan garis keturunan mereka.Dokter berbisik, "Pak Tua, meskipun kami sudah berusaha keras menyelamatkan nyawa Laksamana. Luka Laksamana terlalu parah, sehingga bisa mempengaruhi kehidupan pribadi Laksamana dan kelangsungan ahli waris di masa depan."Pak Tua Randall merasa sangat kecewa ketika mendengarnya. Hal yang paling dia khawatirkan akhirnya terjadi juga.Pak Tua Randall berpikir sejenak lalu berkata, "Aku mengerti. Aku tidak ingin ada orang ketiga yang mengetahui hal ini, mengerti?"Dokter itu buru-buru mengangguk. "Aku mengerti, Pak Tua."Pak Tua Randall melambaikan tangannya
Kepala Pelayan Keluarga Randall mengeluarkan sebuah cek lalu menyerahkannya kepada Brenda Wright.Brenda Wright mengambilnya lalu melihatnya. Ada angka 0 yang tak terhitung jumlahnya di cek itu. Nilai cek itu sangat besar.Brenda Wright merobek cek itu lalu berkata dengan sinis, "Apakah kalian ingin menggunakan uang ini untuk membeli putriku? Maaf, aku tidak menjualnya. Joan tak ternilai harganya dalam hatiku. Dia adalah nyawaku, cepat kembalikan Joan padaku!""Nona Brenda, Nona Kecil sudah dibawa pergi. Meskipun Anda tidak menerima cek ini, Anda juga tidak akan bisa melihat Nona Kecil lagi. Selamat tinggal."Kepala Pelayan berbalik dan pergi.Brenda Wright sangat marah. Dia tidak menyangka Keluarga Randall begitu biadab dan merampas Joan-nya diam-diam.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Pada saat ini, Julius Hill dan Chelsea bergegas datang setelah mendengar kabar itu. "Kak, kudengar terjadi sesuatu padamu, apakah kau baik-baik saja?"Brenda Wright segera meraih tangan Julius Hill.
Joan tidak pernah terpisah darinya. Ini adalah pertama kalinya. Brenda Wright memeluk putrinya dan menciumnya dengan keras. "Joan, apakah kau bermain dengan senang di sini?""Ya!" Joan mengangguk. "Mommy, semua orang di sini sangat baik padaku, terutama kakek buyutku. Dia membelikan banyak mainan untukku, juga menyiapkan kamar tuan putri yang sangat cantik untukku. Satu-satunya kekurangan adalah aku tidak bisa melihat Mommy. Aku sangat merindukan Mommy."Brenda Wright menyentuh kepala Joan dengan penuh sayang. Anak itu tidak dibutakan oleh semua barang-barang bagus ini dan masih memikirkan ibunya. Dia memang anak yang sangat perhatian."Aku sudah bilang pada Kakek Buyut bahwa aku sangat merindukan Mommy. Kakek Buyut berkata Mommy segera datang. Benar saja, Kakek Buyut tidak berbohong padaku. Mommy benar-benar sudah datang."Tampaknya Pak Tua Randall sudah menduga dia akan menemukannya. Brenda Wright tidak menyukai perasaan ini dan semakin waspada dengan Pak Tua Randall dalam hatinya.
Brenda Wright terkejut. Dia juga sudah memikirkan hal ini. Dia ada di sana saat Wenda menancapkan pisaunya. Meskipun nyawanya bisa diselamatkan, tubuhnya mungkin ... akan cacat.Sekarang ucapan Pak Tua Randall telah mengkonfirmasi dugaannya, pria itu benar-benar terluka.Ini adalah pukulan besar bagi seorang pria.Pada saat ini, Pak Tua Randall melanjutkan ucapannya, "Sebenarnya, aku tahu Hugh dan Wenda belum punya akta nikah dan dia juga tidak pernah menyentuh Wenda. Aku tidak peduli bagaimana dia bermain di luar, tapi aku punya satu syarat, yaitu berharap dia dapat memberikan banyak keturunan untuk Keluarga Randall dan melahirkan beberapa anak lagi."Setelah berbicara, tatapan Pak Tua Randall tertuju pada wajah Brenda Wright. "Nona Brenda, sekarang kau tahu betapa pentingnya Joan bagiku, Hugh dan seluruh Keluarga Randall. Jika ingin menempuh jalur hukum, dengan kondisi Hugh yang tidak bisa punya anak lagi, hakim pasti akan memberikan hak asuh Joan kepada kami."Brenda Wright menurunk
Apa yang dia katakan?Siapa istrinya?Brenda Wright segera mengerutkan alis. "Kau salah paham, aku bukan istrimu."Hugh Randall meliriknya dari atas ke bawah lagi, kali ini dengan agak jijik. "Oh, jadi kau hanya pacarku.""..."Apakah otaknya korslet?"Sepertinya aku tidak terlalu menyukaimu dulu, bahkan tidak memberimu status. Aku tidak tahu tipuan apa yang kau gunakan sehingga bisa mengandung putriku. Sudahlah, aku tidak peduli dengan urusan masa lalu. Apakah kau pikir bisa membawa putriku pergi dengan sesuka hati?"Brenda Wright, "Aku ..."Pada saat ini, Hugh Randall tidak menatapnya lagi, mungkin merasa dia sangat menjengkelkan. "Cepat pergi. Aku tidak akan memberikan putriku padamu. Kau bisa mencari kepala pelayan untuk mengambil cek, anggap saja itu adalah imbalanmu."Brenda Wright terdiam, tubuh rampingnya mematung, bahkan tangan kecil yang tergantung di sisinya perlahan mengepal, sepertinya pria itu benar-benar amnesia.Sekarang pria itu sudah amnesia, bagaimana dia bisa ber
Brenda Wright menyadari sifat asli pria itu muncul setelah amnesia. Mereka berdua kembali ke titik awal lagi setelah berputar-putar.“Mommy, apakah kau baik-baik saja?” Joan Kecil bergegas memeluk ibunya.Sekarang Joan adalah harapan dia satu-satunya. Agar tidak menakuti putrinya, dia memaksakan diri untuk tersenyum. "Tidak apa-apa Joan, Mommy baik-baik saja."“Joan, ke sini!” Pada saat ini, Hugh Randall melambaikan tangan pada Joan.Joan pergi ke tempat ayahnya. "Ayah, kau tidak boleh bersikap kasar pada Mommy, jika terulang lagi, aku tidak menyukaimu lagi." Joan berkata dengan kekanak-kanakkan.Hugh Randall menyentuh kepala kecil Joan."Joan, Mommy kamu yang menerobos masuk dan berkata ingin membawamu pergi. Cepat suruh Mommy kamu pergi, aku tidak akan menyerahkanmu padanya."Melihat Hugh Randall sangat menyayangi Joan, Brenda Wright menghela napas lega. Tampaknya dia masih sangat mencintai putrinya dan tidak akan memperlakukan putrinya dengan kasar seperti padanya."Joan," Brenda
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan