Brenda Wright mengangkat kepalanya dan langsung melihat wajah tampan Hugh Randall.Kenapa dia ada di sini?Sekarang lengan pria itu sedang merangkul pinggangnya dan kulitnya bersentuhan dengan tubuh atletis pria itu melalui selembar kain tipis. Dia buru-buru ingin berdiri dan menjauh darinya.Namun sayangnya ada air di bawah kakinya, sehingga membuat lantainya agak licin. Dia langsung terpeleset lagi karena bangun terlalu cepat.Aah!Brenda Wright berteriak lagi. Kenapa dia sial sekali hari ini? Siapa lagi selain dia yang bisa terpeleset dua kali dalam sehari?Pada saat ini, Hugh Randall mengulurkan tangan untuk memeluknya dari depan. Tubuh rampingnya langsung jatuh ke dalam pelukan Hugh Randall. Dia bertanya dengan lembut, "Kamu tidak apa-apa?""Tidak apa-apa." Brenda Wright mengangkat kepalanya.Namun, jarak mereka terlalu dekat. Saat Brenda Wright mendongak, Hugh Randall sedang menundukkan kepala, sehingga bibir merahnya secara tidak sengaja bersentuhan dengan pipi pria itu.Brenda
Brenda Wright terdiam."Mommy, semua gadis juga ingin jatuh cinta, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Kau bisa berpacaran dengan tenang. Lagi pula, aku sangat menyukai Paman Hugh."Brenda Wright terkejut, apakah Joan Kecil menyukai Hugh Randall?Sebenarnya, Brenda Wright sudah menyadarinya sejak lama. Joan Kecil masih malu-malu ketika melihat Hugh Randall untuk pertama kalinya di lift. Kemudian, setiap kali melihat Hugh Randall, dia akan tersenyum manis. Terlihat jelas, dia sangat menyukai Hugh Randall.“Joan Kecil, kau sudah bertemu dengan banyak paman, termasuk Paman Josh. Siapa yang paling kau sukai di antara paman-paman ini?” Brenda Wright sengaja mengungkit Josh agar Joan Kecil bisa memilihnya.Joan Kecil berpikir sejenak. "Aku juga sangat menyukai Paman Josh, tetapi dibandingkan dengan Paman Hugh, aku lebih suka dengan Paman Hugh. Aku ingin Paman Hugh menjadi ayahku."Joan Kecil memilih Hugh Randall tanpa ragu.Hm ….Brenda Wright tidak tahu harus berkata apa.Pada saat i
"Wah, kakak iparku bukan hanya cantik, tubuhnya juga sangat bagus."Beberapa orang kepercayaan Hugh Randall menatap Brenda Wright dengan takjub.Pada saat ini, mereka merasakan tatapan tajam. Saat menoleh, mereka segera melihat Hugh Randall sedang menatap mereka dan langsung merinding.“Bos … Bos, kami tidak melihat apa-apa.” Beberapa anak buah segera bergeser sambil menutupi mata mereka.Hugh Randall bersandar di batu besar sendirian.Pada saat ini, Wenda datang. Dia mengulurkan tangan untuk memeluk Hugh Randall, lalu bersandar padanya. "Suamiku."Wenda sengaja menyingkirkan wanita kaya itu agar bisa berduaan dengan Hugh Randall.Ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk membina hubungan, karena hanya ada mereka berdua di sini.Namun, Hugh Randall langsung mengulurkan tangan untuk mendorong Wenda. "Wenda, kebetulan kamu sudah datang. Kita bisa membicarakan hal itu."Dia masih ingin membicarakan hal itu lagi."Suamiku, sudah kubilang aku tidak mau membicarakannya ..."“Wenda, ki
Brenda Wright mengulurkan kedua tangan untuk mendorongnya, tetapi begitu jari-jarinya menyentuh dada pria itu, dia menyusut ketakutan karena pria itu tidak mengenakan pakaian.Pada saat ini, suaranya terdengar lagi, "Brenda Wright, kau menyentuhku?"Brenda Wright terdiam dan menatap wajah tampannya yang jahat dan merasa ingin menghajar orang ini. Dia segera menarik tangan kecilnya. "Laksamana, kau salah paham, aku tidak menyentuhmu."Hugh Randall perlahan menyipitkan matanya dan menatapnya dengan sinis. "Jangan berbohong, kau jelas menyentuhku tadi. Akui saja terus terang, jangan mau kabur setelah menyentuhku. Brenda Wright, apakah kau pikir aku seorang biksu?"Brenda Wright membelalakkan matanya. "Lalu apa maumu?"Hugh Randall melirik ke bawah, tatapannya tertuju pada baju renangnya.Aah!Brenda Wright berteriak kaget dan segera menurunkan tubuhnya dalam pemandian air panas, sehingga hanya memperlihatkan kepalanya.Jubahnya sudah ditarik oleh Chelsea tadi, jadi tidak ada yang bisa
Brenda Wright tidak menyangka dia akan mengatakan ini padanya. Dia ternyata ingin menceraikan Wenda, bahkan belum membuat akta nikah bersama Wenda."Laksamana, ini adalah urusan pribadimu. Tidak perlu memberitahuku apakah kau masih lajang atau sudah menikah dua atau tiga kali. Ini tidak ada hubungannya denganku."Hugh Randall menatapnya, "Brenda Wright, jangan bersama Josh.""Laksamana, kau terlalu banyak ikut campur."“Masa sih? Putrimu juga adalah putriku. Tanpa aku, apakah kau bisa punya seorang putri? Jadi, jangan begitu angkuh di depanku sekarang.” Hugh Randall menyipitkan matanya.Siapa yang angkuh?Dia hanya tidak ingin ada berhubungan dengannya. Hugh Randall sebenarnya tidak perlu memberitahunya semua ini."Laksamana, kau yang mengatakannya sendiri tiga tahun lalu bahwa akan menghilang dari duniaku dan berkata tidak akan mengganggu kehidupanku." Brenda Wright terpaksa mengingatkannya.Hugh Randall mengerutkan bibirnya. "Tapi Brenda, apa boleh buat? Aku sudah menyesalinya sekar
Brenda Wright terkejut, Hugh Randall tidak pernah menyentuh Wenda selama tiga tahun menikah dan alasannya adalah ... kondisi fisiknya.Dia baru berusia tiga puluhan dan dalam masa jayanya, bagaimana dia bisa ...Brenda Wright menghela napas dalam-dalam dalam hatinya.“Nyonya Laksamana, lalu apa rencanamu selanjutnya? Jika Laksamana bersikeras ingin menceraikanmu, apakah kau bersedia?” tanya wanita kaya itu dengan curiga.Brenda Wright tidak bisa mendengar jawaban Wenda lagi karena mereka berdua sudah pergi.Begitu Wenda pergi, Brenda Wright menarik tangannya dari genggaman Hugh Randall dan menjauh darinya. "Laksamana, aku pergi dulu.""Brenda," Hugh Randall segera menghentikannya. "Apakah tidak ada yang ingin kau katakan padaku?""Mengatakan apa?""Kau juga mendengar sendiri percakapan kedua orang itu tadi ..." Hugh Randall mengingatkan.Brenda Wright mengedipkan matanya lalu buru-buru berkata dengan serius, "Laksamana, jangan khawatir, aku tidak mendengar apa pun tadi, juga tidak ak
Wanita kaya itu berjanji. "Nyonya Laksamana, jangan khawatir, cara ini pasti bisa diandalkan."Wenda akhirnya memutuskan untuk mencobanya cara ini nanti malam....Hugh Randall meninggalkan pemandian air panas dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian.Pada saat ini, pintu kamar tiba-tiba dibuka dan ada yang masuk."Siapa?" Hugh Randall menyipitkan matanya dan menoleh ke arah pintu.Wenda masuk.Wenda menatap Hugh Randall. "Suamiku, ini aku."Hugh Randall mengerutkan alis dan berkata dengan kesal, "Kenapa kau datang ke kamarku?""Semua orang tahu kita adalah suami dan istri. Aku adalah Nyonya Laksamana. Saat menemui manajer, dia memberikan kartu tambahan kamarmu, jadi aku menggeseknya tadi."Hugh Randall mengenakan pakaiannya dan berkata, "Wenda, kita sudah bercerai, jadi sebaiknya menjaga jarak. Jangan ulangi lagi."Setelah berbicara, Hugh Randall ingin pergi.Wenda menatap pria yang tidak berperasaan itu dan langsung memeluknya erat-erat dari belakang. "Kakak Hugh, jangan pergi. M
Hugh Randall langsung mengerutkan alis setelah mendengarnya. "Apa yang aneh?"Wenda menatap Hugh Randall yang masih terlihat tenang. Wenda tiba-tiba merasa bingung, kenapa begini?Wanita kaya itu memberinya sesuatu untuk disemprotkan di tubuhnya, tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi Hugh Randall pasti akan bereaksi setelah menciumnya.Wenda sengaja memeluknya tadi, jadi dia pasti sudah menciumnya.Namun, dia tidak ada respons sama sekali.Wenda merasa gelisah dan menatap Hugh Randall dari atas ke bawah.Hugh Randall menyipitkan matanya perlahan dan menatapnya. "Apakah kau telah melakukan sesuatu?""Aku ... tidak, kok!"“Bagus kalau begitu. Wenda, kau sebaiknya jangan menguji kesabaranku.” Setelah berbicara, Hugh Randall pergi.“Jangan pergi!” Wenda mengulurkan tangan untuk meraihnya dan masih ingin menahannya di sini sebentar.Hugh Randall menarik kembali lengan bajunya dengan kejam dan tidak meliriknya sama sekali, lalu buru-buru pergi dari sini.Wenda mematung sendirian, lalu me
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan