Chelsea ingin melepaskan diri darinya. "Julius Hill, aku tidak pernah mengganggumu, tapi kau selalu menggangguku. Apa salahku sebenarnya?"Chelsea sudah menyadari akal bulusnya. Pria ini selalu sengaja mengganggunya, lalu malah memfitnahnya.Julius Hill menatapnya. "Chelsea, apa salahmu? Apa kau tidak mengetahuinya?"Chelsea menggelengkan kepalanya. "Tidak."Julius Hill berbisik di telinganya, "Chelsea, aku membencimu!"Dia berkata --- Chelsea, aku membencimu.Chelsea menatapnya dengan bingung. Dia tidak mengerti mengapa pria ini membencinya.Julius Hill merasa sangat konyol, Chelsea tidak mengerti mengapa dia membencinya? Ternyata hanya dia yang belum bisa merelakannya selama ini."Chelsea, sudah berapa kali kau meninggalkanku? Coba kau hitung sendiri! Aku masih tidak mengerti kau anggap aku ini apa? Kalau kau senang, kau akan mendekatiku, kemudian tiba-tiba meninggalkan aku tanpa alasan yang jelas. Meskipun kau sudah melahirkan Ray, kau tetap bisa meninggalkan kami berdua dengan k
Julius Hill tercengang. Chelsea selalu mengungkit putranya dan tidak peduli dengannya sama sekali. Chelsea bahkan berkata dia berharap pernikahannya bisa bahagia kelak.Julius Hill mendengus, "Chelsea, mengapa aku harus menurutimu? Ray adalah putraku, aku akan punya istri baru, tentu saja Ray harus memanggilnya Ibu."“Tidak bisa!” Chelsea menolak.Julius Hill melepaskannya dan melangkah pergi.Chelsea merasakan firasat yang sangat buruk, jadi dia buru-buru mengejarnya. "Presiden Hill, apa yang ingin kau lakukan. Jangan sakiti putraku!"Julius Hill mengabaikannya dan langsung pergi ke ruang makan. Dia melihat Ray Kecil sedang makan steak dan tiba-tiba berkata, "Ray Kecil, aku akan menikah, kau juga sudah tahu, kan?"Ray Kecil itu mengangkat mata besarnya yang indah dan menatapnya dengan bingung. "Apa, Ayah?"Julius Hill mengulurkan tangan untuk meraih Matilda Lambert di kursi dan langsung menariknya ke dalam pelukan. "Aku akan menikahinya dan dia akan menjadi ibu tirimu kelak."Gerak
Matilda Lambert segera tutup mulut.Julius Hill meliriknya lagi dan berkata dengan kesal, "Mengapa belum pergi? Mengapa kau masih di sini? Apa kau pikir aku benar-benar mengundangmu untuk makan malam?"Matilda Lambert, "..."Julius memang mengundang dia datang untuk makan malam, ternyata dia hanya dimanfaatkan. Matilda Lambert langsung pergi.Julius Hill duduk sendirian di ruang tamu. Ray Kecil menangis dengan sedih di lantai atas, "Ayah, cepat lepaskan aku! Aku mau bertemu dengan ibuku. Huh, kau adalah penjahat besar! Aku tidak menyukaimu lagi!"Di luar, Chelsea mengetuk pintu dengan putus asa. "Julius Hill, buka pintunya! Kenapa kau tidak membiarkan aku melihat putraku?!"Baik ibu dan anak semuanya memaki Julius Hill.Julius Hill mendengus dan tidak memedulikan mereka....Chelsea masih belum pergi. Dia sudah lelah berteriak. Julius Hill tidak membukakan pintu untuknya, jadi dia hanya bisa duduk di tangga.Ray Kecil masih di dalam jadi Chelsea sangat khawatir. Dia tidak sanggup meni
Mengapa?Mengapa dia harus pergi ke kamar Julius Hill?"Apa mau majikan kalian sebenarnya? Apa tidak bisa bicara terus terang saja? Untuk apa berputar-putar seperti ini?"Pelayan itu merasa tidak bersalah. "Nona Chelsea, Anda harus menanyakan ini pada Tuan. Kami para pelayan hanya menuruti perintah. Tolong jangan persulit kami."Chelsea hanya bisa pergi ke kamar Julius Hill. Julius Hill tidak mengunci pintu, jadi Chelsea langsung mendorong pintu dan masuk.Sudah tengah malam, tetapi Julius Hill belum tidur. Dia mengenakan piyama sutra hitam dan berdiri di depan jendela setinggi langit-langit. Ketika melihat Chelsea datang, Julius Hill perlahan berbalik ke satu sisi dan meliriknya. "Sudah datang?"Dia dan putranya sudah setengah mati, tetapi pria ini masih begitu santai di sini. Chelsea menggertakkan giginya dan berkata, "Presiden Hill, apa maumu? Apa sudah puas menyiksaku? Jika tidak senang denganku, hadapi aku saja! Kenapa harus melampiaskan amarah pada Ray?""Oke, aku akan menghada
Julius Hill, yang ditindih, mengangkat alisnya dan menatap wanita di atas tubuhnya. "Apa yang ingin kau lakukan?"Chelsea mengulurkan tangan untuk menyibakkan rambut ikal cokelatnya dan tersenyum lebar, "Julius Hill, mengapa aku membiarkanmu meniduriku? Aku yang akan menidurimu malam ini!"Julius Hill tersenyum tipis, semua kekesalannya selama beberapa waktu ini langsung sirna."Putri Chelsea, kau anggap aku ini apa? Bisa kau tiduri kapan pun kau mau?"Dia bukan lagi Julius Wright muda yang dulu. Dia adalah orang yang berkuasa saat ini dan telah menjadi Presiden pada usia muda.Sambil berbicara, Julius Hill berbalik dan menekan Chelsea di bawahnya. Dia membungkuk dan mengecup bibir merahnya dengan kencang.Kedua tangan mungil Chelsea merangkul lehernya dan membalas ciumannya dengan antusias. Dia tidak akan mengakui kalah.Ketika Chelsea mengaitkan ujung lidahnya, pinggang Julius Hill terasa kebas. Dia merasa jiwanya sudah melayang karena wanita ini.Pada saat ini, Chelsea berbalik lag
Julius Hill tertegun dan menyipitkan matanya. "Lalu apa?"Chelsea segera mendorongnya. "Suruh orang membelikan obat untukku nanti. Aku ingin minum obat.""Minum obat, obat apa?"“Kau benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Tentu saja pil kontrasepsi. Apa kau ingin aku hamil?” kata Chelsea sambil duduk dan mulai berpakaian.Julius Hill menatapnya. "Bukankah aku juga tidak menggunakan pengaman beberapa malam yang lalu, mengapa kau tidak bicara apa-apa saat itu?"Chelsea berkata, "Aku minum pil kontrasepsi setelah pulang."Ternyata dia minum pil kontrasepsi.Wajah tampan Julius Hill menjadi suram. Dia mengenakan celananya dan turun dari tempat tidur. "Jangan khawatir, aku akan menyuruh orang menyiapkan pil kontrasepsi untukmu nanti. Aku tidak ingin kau mengandung anakku. Lagi pula, aku akan menikahi wanita lain."Chelsea menatapnya dengan heran, mengapa dia marah lagi? Pria ini benar-benar tidak jelas.Julius Hill membuka pintu dan berjalan keluar. Dia berpesan pada Sven, "S
Chelsea pulang dengan lelah secara fisik dan mental. Charlotte Shimon sudah menunggunya di rumah.“Ibu, kenapa datang ke sini?” Chelsea berjalan mendekat dan memeluk Charlotte Shimon.Charlotte Shimon dengan sayang menyentuh kepalanya. "Chelsea, aku datang untuk menemui Ray. Kenapa Ray tidak ada di rumah?""Yah, Ray dijemput oleh ayahnya.""Ternyata Presiden Hill telah mengambilnya," kata Charlotte Shimon, menatap wajah lelah Chelsea, "Chelsea, kau tidak pulang semalam, apa kau menginap di tempat Presiden Hill?"Chelsea tidak menyembunyikannya dan mengangguk, "Ya.""Apakah kau berencana rujuk dengan Presiden Hill?"“Dia tidak akan rujuk denganku. Dia akan menikahi Matilda Lambert, dia bahkan berkata sangat membenciku dan tidak akan memaafkanku,” gumam Chelsea.Charlotte Shimon mengerutkan kening. "Apa Presiden Hill melakukan sesuatu untuk menyakitimu?"Chelsea tidak ingin membuat ibunya khawatir, jadi dia tidak menjelaskan lebih jauh. Dia menyangkal, "Tidak, bagaimana mungkin dia mer
Julius Hill langsung menyela, "Chelsea, jika aku menyuruhmu datang, kau harus datang. Apa kau tidak ingin bertemu putramu lagi?"Chelsea yang diancam, "Julius Hill, kau!"“Jika kau tidak datang, jangan harap bisa video chat dengan putramu lagi.” Julius Hill menutup telepon.Nada sibuk telepon segera terdengar dari ujung sana.Apa boleh buat, Chelsea harus bergegas ke Gedung Putih Julius Hill.Lampu Gedung Putih sangat terang, seorang pelayan menunjukkan jalan. "Nona Chelsea, silakan ikut dengan saya. Presiden dan Nona Matilda ada di depan."Chelsea segera melihat Julius Hill dan Matilda Lambert. Julius Hill sedang duduk di sofa sambil membaca koran bisnis. Matilda Lambert sedang memilih gaun pengantin.Gaun pengantin di sini semuanya dibuat secara khusus dan sangat mahal, Matilda Lambert sangat bingung memilihnya dan merasa semua gaun sangat cantik.Dia ingin mendengar pendapat Julius Hill, jadi meraih lengan Julius Hill dan berkata, "Kak Julius, bagaimana menurutmu tentang yang satu