Geoffrey Grant menggertakkan giginya dan mengutuk, "Bajingan, sudah tidak menurut lagi sekarang? Semua orang dengarkan, ini adalah perintah, 12 anggota pasukan Bloodwing berpegangan tangan, segera melapor setelah tiba dengan selamat!""Ketua, kami benar-benar tidak mau pergi, kami mohon.""Ketua, kami tidak ingin meninggalkanmu di sini, kami akan membawamu kembali.""Ketua, kami mohon, kami akan bersujud padamu."Semua pasukan Bloodwing berlutut, dan bersujud pada Geoffrey Grant, berharap dia tidak mengusir mereka.Geoffrey Grant menutup matanya dan membukanya lagi. Matanya memerah. "Berdiri semuanya. Jangan lupa identitas kalian. Kau adalah tentara. Siapa yang berani berbicara omong kosong lagi, segera keluar dari pasukan Bloodwing, kalian tidak layak!"Semua pasukan Bloodwing menangis, mereka perlahan berdiri, bagaimana mungkin mereka tega mengecewakannya?Pembuluh darah biru di kening Felix Popper berdenyut, dan matanya memerah. Prinsip utama seorang tentara adalah menuruti perintah
Dia ingin hidup!Dia ingin hidup dengan baik!Geoffrey Grant melihat pemandangan gelap di atas kepalanya, tekadnya untuk bertahan hidup semakin kuat.Kegelapan sudah datang, apakah fajar masih jauh?Dia tidak ingin hidup dalam kegelapan ini selamanya!Dia ingin pulang!Dia sudah punya istri dan anak, dia punya keluarga. Sial, jika dia mati, istrinya akan diambil pria lain nanti.Jika itu terjadi, dia mungkin akan bangkit dari kubur.Dia ingin kembali!Semangat untuk bertahan hidup berkembang liar dalam hatinya, dia mengangkat telapak tangannya yang berdarah untuk mendorong pohon raksasa dari tubuhnya.Namun, tidak bisa didorong.Tubuh bagian bawahnya ditindih pohon, dan mati rasa.Bagaimana caranya mendorong pohon raksasa ini?Pada saat ini, tornado datang, semua ranting dan kayu yang patah di tanah berguling ke dalam pusaran angin, pohon raksasa di tubuhnya juga bergetar.Bagus!Kesempatan yang ditunggu sudah tiba!Tornado lain bertiup, Geoffrey Grant berusaha duduk dengan susah payah
Lara Moses mengangkat matanya. Emilia Alden memegang sekuntum bunga kamelia. Bunga kamelia itu berlumuran darah.Dia tidak pernah memberinya bunga.Pria ini tidak romantis jadi tidak pernah memberi bunga.Ini adalah pertama kalinya dia memberinya bunga.Lara Moses mengulurkan tangan dan mengambilnya."Lara, maafkan Ibu, semua ini salahku, Ibu yang telah mencelakakan Geoffrey.""Kakak Ipar, Ketua Grant sudah pergi, Ketua Grant kita sudah pergi."Semua orang menangis, semua orang berbicara dengannya, Lara Moses merasa pusing dan kepalanya hampir meledak.Suasananya sangat kacau.“Cukup!” Dia meraung, sambil memegang cincin berlian dan bunga camelia di telapak tangannya.Semua orang membeku, menatap Lara Moses dengan bingung.Lara Moses tidak menangis, tatapannya menyapu semua orang, "Kalau masih hidup, harus melihat orangnya. Kalau sudah mati, harus ketemu mayatnya. Singkirkan air mata kalian, tunggu sampai saat mayatnya ditemukan. Simpan air mata kalian untuk pemakamannya!"Semua orang
"Lara," Emilia Alden berjalan mendekat, "Geoffrey Grant juga berpesan sesuatu. Dia berkata, anak ini ... digugurkan saja."Dia berkata begitu?Lara Moses menyentuh perutnya, bayinya tidak bereaksi sama sekali.Ayah dalam bahaya, bayi juga sangat patuh dan pendiam.Dia sedang menunggu ayahnya bersama Ibu.Dia tersenyum lembut, "Bodoh."Betapa bodohnya dia.Dia mengeluarkan cincin berlian dari sakunya, kemudian perlahan memasukkannya ke jari manis tangan kanannya. "Pernikahan militer tidak dapat diganggu gugat. Apakah Anda masih ingin meninggalkan aku?"“Lara.” Jordan Baxter datang, matanya memerah, dia menatap Lara Moses dengan sangat sedih."Tuan Baxter, kebetulan Anda di sini. Pasukan Bloodwing dapat bersaksi. Aku sudah menerima lamaran Geoffrey. Tolong sampaikan permohonan pada atasan, aku akan menjadi istrinya.""Lara ..." Wajah Emilia Alden penuh air mata.Lara Moses mengusap perutnya yang rata dengan tangan yang mengenakan cincin berlian, "Bodoh, bayiku dan aku tidak serapuh yan
Tidak bisa memulai dari awal lagi, sudah tidak mampu kehilangan.Mimpinya sudah berakar di sini, tetapi dia tidak ada di sini lagi.Dia masih mengembara di luar.Geoffrey Grant, kau ada di mana?Lara Moses perlahan memejamkan matanya dan berkata dalam hati, Geoffrey Grant, aku sangat merindukanmu....Ketika kembali ke rumah, langkah Lara Moses tiba-tiba terhenti karena dia melihat pintu terbuka.Ada seseorang di rumah.Siapa?Pikiran Lara Moses mengembara, apakah... dia sudah kembali?Lara Moses segera berlari, matanya berbinar, "Geoffrey..."Detik berikutnya, senyumnya membeku.Bukan Geoffrey Grant, tapi Derek.Derek membawa sekeranjang sayuran dan buah-buahan yang baru saja dipetik, dia melihat Lara Moses dan berkata, "Kakak Ipar, kau sudah pulang."Lara Moses tersenyum tipis, lalu membawa keranjang ke dapur dan mulai mencuci sayuran, "Derek, hari sudah siang, makanlah di sini."Derek menggaruk kepalanya dengan malu, "Tidak, Kakak Ipar, aku masih ada tugas. Kakak Ipar, aku pergi dul
Lara Moses duduk di halte bus, sambil mengusap perutnya, Geoffrey kecil, apakah kau juga tidak bisa bertahan lagi seperti Ibu?Sebelumnya dia selalu menantikan fajar, tetapi sejak hari ini dia merasa takut dengan setiap fajar.Dunia tanpa Geoffrey Grant, sudah tidak berwarna.Lara Moses perlahan mengangkat matanya.Di depannya, sebuah bus baru berlalu, dia melihat sosok tinggi dan kokoh di seberang jalan.Dia mengedipkan matanya, kemudian menyipitkan matanya.Apa yang dia lihat?Apakah ini mimpi?Orang yang dia impikan siang dan malam berdiri di seberang jalan sekarang.Lara Moses segera berdiri, matanya dipenuhi bayangan orang itu.Jika ini adalah mimpi, dia memilih untuk tidak bangun lagi.Air matanya jatuh, dia menangis dan tertawa, seperti orang bodoh....Di seberangnya, Geoffrey Grant sedang menunggu bus.Dia mengenakan kemeja abu-abu, celana panjang hitam, dan celananya dimasukkan ke dalam sepatu bot hitam, dia masih tinggi dan kokoh.Hanya saja dia sudah lama tidak bercukur, wa
Ketika akan dilemparkan ke tempat tidur, Lara Moses terkejut, dia melingkarkan kedua tangan di lehernya dan berteriak, "Perut! Geoffrey Grant, perutku!"Jangan sampai melukai bayi dalam perutnya.Geoffrey Grant merasa konyol, dia melindungi pinggang gadis itu dengan telapak tangannya, di belakangnya ada selimut lembut, dia tidak akan jatuh.Ada dia di sini.Bagaimana mungkin dia rela membiarkannya jatuh?“Berisik, membuat aku panas saja!” Geoffrey Grant melengkungkan tubuhnya, berusaha tidak menekan perutnya, membenamkan kepala di leher gadis itu dan mengendus dalam-dalam aromanya.Lara Moses merasa lega, tetapi kedua tangannya masih memegang lehernya, dia mencium pipinya dan berkata, "Geoffrey Grant, bertahanlah sebentar lagi."Dia juga mengusap rambut pendeknya.“Lepaskan!” Geoffrey Grant menegakkan badannya dan menegurnya, benar-benar semakin tidak aturan, kenapa menyentuh kepalanya, apakah dia anak anjing?Lara Moses menjulurkan lidahnya.“Sudah berapa lama tidak menyentuhmu?” Ge
Geoffrey Grant selalu hidup menyendiri dalam kesepian. Tak disangka, anggota keluarganya akan berkembang begitu cepat.Geoffrey Grant mengusap kepalanya sendiri, lalu mengangkatnya dan bergegas keluar.Semua tentara di belakang menjadi gempar dan bersorak.Ketika berjalan keluar, dia bertemu dengan Jordan Baxter, Jordan Baxter melihat Geoffrey Grant menggendong Lara Moses keluar dari tempat latihan. Wajahnya sangat suram dan ingin memarahinya.Tetapi Geoffrey Grant bahkan tidak melihatnya dan langsung berlari.Anak ini!Jordan Baxter memasuki tempat pelatihan dan berkata, "Jangan ribut lagi! Kalau ribut lagi, dihukum berlari 20 kilometer dengan membawa beban berat!"Semua tentara berdiri tegak, "Lapor Ketua Baxter, istri Ketua Grant mengandung anak kembar, Ketua Grant sangat senang jadi kabur dengan menggendong istrinya!"Apa?Anak kembar?Hebat, anak ini!Setahu dia, Lara Moses maupun Geoffrey Grant tidak memiliki gen genetik kembar.Wajah serius Jordan Baxter segera menunjukkan senyu
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan