Lara Moses melihat pemandangan di luar jendela. Wajahnya sangat pucat. Dia menatap langit biru yang berawan di kejauhan, seperti sedang merindukan seseorang.Hati Victoria Anne terasa sakit. Dia sudah mengetahui masalah Emilia Alden. Dia bisa memahami betapa sulitnya posisi Lara Moses yang terjebak di antara ibunya dan Kakak. Sedangkan pada saat ini, Kakak tidak bisa menemaninya.Victoria Anne mengangkat tangannya dan mengetuk pintu, "Lara, ini aku."Suara Lara Moses segera terdengar dari dalam, "Kak Vic, masuk saja."Victoria Anne mendorong pintu dan masuk. "Lara, aku membuatkan sup ayam untukmu. Ayo, minum selagi panas."Lara Moses kembali ke tempat tidur dan melengkungkan bibirnya. "Kak Vic, simpan dulu di sana. Aku akan makan saat lapar nanti."Beberapa hari ini, Lara Moses sangat patuh, mendengarkan kata-kata Charlotte Shimon, minum obat dan menerima suntikan dengan teratur, meskipun dia tidak bisa makan banyak.Pada saat ini, ponselnya berbunyi.Lara Moses menekan tombol untuk
James Coleman segera mengaturnya. Victoria Anne pergi ke bangsal, dia mengusap rambut Lara Moses dengan lembut. "Lara, apakah kau ingin bertemu dengan Kakak?"Lara Moses mengedipkan matanya, dia sudah lama tidak bertemu dengannya.Dengan kondisinya saat ini, dia tidak tahu dia masih bisa bertemu dengannya lagi kelak atau tidak.Semangat hidupnya berangsur-angsur redup dalam rumah sakit yang dingin ini. Setiap malam dia menunggu fajar datang dalam kesepian. Terkadang dia berharap saat membuka mata keesokan harinya, pria itu sudah ada di sana dan memeluknya dengan erat, tetapi dia tidak pernah datang.Dia tahu bahwa pria itu sedang menjalankan tugas, jadi meskipun dia sangat merindukannya, dia terpaksa menahan diri dan menanggung penderitaan dalam hening.“Kak Vic, apakah aku… bisa?” Lara Moses bertanya dengan ragu."Tentu saja, Lara. Ayo, kita temui Kakak sekarang!"...Di dalam mobil mewah.Lara Moses melirik ke cermin kecil di tangannya dan bertanya, "Kak Vic, aku menggunakan sedikit
"Bung, kenapa kau begitu percaya diri? Gadis kecil itu pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang, hati-hati dia kabur dengan pria lain."Mendengar ini, Geoffrey Grant mengerutkan alisnya, dia ingat ada Joey Thurman di luar.Tidak hanya Joey Thurman, tetapi ada Joey Thurman No. 1, Joey Thurman No. 2, Joey Thurman No. 3 ... Ada banyak pria yang memikirkannya.Dia baru berusia 21 tahun, seorang gadis dalam masa mekar-mekarnya. Banyak kawanan serigala yang telah berbaris untuk melahapnya.Memikirkan hal ini, Geoffrey Grant merasa agak kesal dan tidak nyaman."Bung, menurutku sikapmu kau terlalu dingin terhadap gadis kecil itu. Ini adalah salahmu. Gadis-gadis kecil sekarang harus dibujuk dengan kata-kata manis dan uang. Sebenarnya dengan kondisi kita sekarang di penjara, tidak mudah meminta seorang wanita menunggumu di luar. Sebenarnya, pikiran wanita sangat sensitif. Dia memerlukan pundak untuk bersandar, memerlukan seseorang yang bisa mereka andalkan, seperti gadis kecil tadi, dia berta
Lara Moses naik taksi dan datang ke villa yang disebut Geoffrey Grant. Pelayan membuka pintu villa, "Nona Moses, selamat datang."Lara Moses melirik villa itu, tetapi tidak melihat orang yang ingin ditemuinya, "Apakah Curtis Wagner sudah pulang?""Bos Wagner belum pulang, tetapi dia akan segera pulang. Nona Moses bisa menunggunya di atas sebentar.""Baik."Lara Moses naik ke lantai atas dan memasuki kamar tidur utama. Sekarang dia yakin Geoffrey Grant benar-benar akan pulang. Ini bukan mimpi, tetapi kenyataan.Dia belum menyiapkan diri."Bolehkah aku mandi?""Tentu saja, Nona Moses, kami akan menyiapkan air mawar untuk Anda sekarang," kata pelayan itu dengan sopan.Pelayan itu segera menyiapkan air mawar. Lara Moses berendam di dalamnya selama satu jam lalu mengeringkan tubuhnya. Dia mengenakan piyama berwarna krem.Dia melihat dirinya di depan cermin. Setelah mandi, wajahnya yang pucat menjadi merona merah. Dia masih muda, kulitnya terlihat segar. Pada saat ini, suara pelayan terdeng
Geoffrey Grant membeku, kemudian mengusap rahangnya di kepala gadis itu. Lengannya ditarik dari saku celananya untuk menekan gadis itu ke dalam pelukannya. Dia berkata dengan lembut, "Benar-benar belum disapih, bahkan menangis?""Aku masih kecil ...."Pria itu menundukkan kepalanya dan langsung menciumnya.Sudah berapa lama tidak berciuman?Pria itu menciumnya dengan ganas, Lara Moses merasa pusing.Kakinya melemas, dia segera meluncur ke tanah.Geoffrey Grant memeluk pinggangnya dan menekan gadis itu ke dinding dengan tubuhnya dan dia mendorongnya ke sudut dan menciumnya dengan liar.Setelah berciuman sebentar, Lara Moses merasa kehabisan napas. Geoffrey Grant melepaskannya dan membiarkannya menghirup udara segar sebentar.Bibirnya sudah bengkak, Geoffrey Grant menyipitkan alisnya dan bertanya, "Tidak ingin sesuatu yang dewasa?"Dewasa?Wajah Lara Moses memerah, dia menatap pria itu, dan tidak menjawab.Geoffrey Grant mencium hidungnya. "Aku merindukanmu... Lara, aku juga sangat mer
"Apa?"Geoffrey Grant menurunkan kelopak matanya dan melihat kondom di tangannya.Dia meremas wajah gadis itu. "Tidak mau hamil?"Lara Moses menepis telapak tangan pria itu. "Aku baru 21 tahun. Aku sendiri masih anak-anak. Bagaimana aku bisa hamil?"Geoffrey Grant mengerutkan bibirnya. "Lalu kapan kau berencana mau hamil?"Dia mungkin tidak memiliki kesempatan untuk hamil."Aku ..." Lara Moses menatap pria itu, "Geoffrey Grant, apakah kau menginginkan seorang anak?"Terakhir kali ketika melihatnya minum obat di Norton, pria itu tampak tidak senang.Geoffrey Grant menatapnya dalam-dalam, "Jika aku mengatakan aku menginginkannya, apakah kau akan memberiku seorang anak?"Jantung Lara Moses berdebar kencang, apa yang dia katakan?Pria ini ingin dia memberinya bayi?Namun, tidak ada gunanya lagi. Dia tahu kondisi tubuhnya saat ini.Lara Moses mendengus, "Aku tidak akan melahirkan bayi untukmu, kecuali ... kau menikahiku!"Dia belum menjadi istrinya, bagaimana bisa hamil di luar nikah?Se
Geoffrey Grant membalikkan badan, berjongkok dan menepuk punggungnya yang kokoh, "Ayo, naik."Lara Moses segera naik ke punggungnya dan memegang lehernya dengan kedua tangan.Geoffrey Grant menopang pantatnya dan membawanya ke meja makan.Lara Moses membenamkan wajahnya di leher pria itu. Dengan pundaknya yang lebar, punggung yang kokoh, dan kaki yang kuat, dia tidak takut jatuh sama sekali.Lara Moses sudah kehilangan ayahnya, dia merindukan pria yang bisa menjadi tempatnya bersandar. Sekarang Geoffrey Grant telah memberikan dia segalanya dan menebus penyesalannya.Geoffrey Grant meletakkannya di kursi makan, lalu menyodorkan semangkuk nasi padanya dan memasukkan sepasang sumpit ke tangan gadis itu. "Habiskan nasinya, tidak boleh sisa."Sebanyak ini?Lara Moses mengangkat alisnya. Karena sedang menjalani pengobatan, nafsu makannya sangat buruk akhir-akhir ini dan makanan yang masuk ke mulutnya seringkali langsung dimuntahkan.Dia tidak ingin makan terlalu banyak.Selain itu, dia juga
“Masih sakit?” Dia bertanya.Lara Moses berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Sakit."Geoffrey Grant berlutut di sampingnya. "Coba aku lihat, apakah salep yang dioleskan semalam tidak berguna?"Dia mengoleskan salep untuk meredakan bengkak dan nyeri padanya setelah mandi semalam.Lara Moses segera meringkuk, pipinya segera merona, "Jangan dilihat, aku baik-baik saja.""Lara," dia memanggilnya, "Menurutlah, biarkan aku melihat apakah terluka."Pria itu memanggil namanya dengan begitu lembut, membuat dia merasa tidak berdaya.Pada saat ini, Lara Moses merasakan cairan panas keluar dari bawahnya, dia menatap pria itu, "Geoffrey Grant, maaf, aku sedang datang bulan."“Ingin menipuku?” Geoffrey Grant tidak mempercayainya, dia membuka ujung roknya dan sekarang dia benar-benar percaya.Dia mengusap keningnya, "Apa yang bisa aku bantu?""Ambilkan pembalut wanita ..."...Lara Moses mengganti pakaiannya dan memakai pembalut wanita, dia merasa sangat lemas dan malas bergerak, hanya berbaring di k
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan