“Kau tidak tahu malu, huh, aku marah!” Victoria Anne segera menggembungkan pipinya untuk menunjukkan dia sangat marah.James Coleman menatapnya pipinya agak menggembung karena marah dan tatapannya sangat dingin.James Coleman sangat menyukai penampilannya saat ini.“Baiklah, aku tidak tahu malu, aku minta maaf. Istriku, jangan marah lagi, maafkan aku.” Dia memeluk tubuhnya lagi, dan meneruskan mencuci sayuran.Victoria Anne masih merasa tidak senang. Pria itu suka mempermainkannya, seolah-olah dia adalah anak kecil. Dia merasa terhina.Dia mengedipkan matanya dan ingin berbicara. Pada saat itu, ada manggis di tangan kanan pria itu dan bibir pria itu seolah-olah tidak sengaja menyentuh lehernya. "Mau makan?"Tanpa sadar Victoria Anne mengecilkan pundaknya, dia tidak mencuci sayuran lagi, meletakkan tangannya di pundaknya, dan menyodorkan manggis ke mulutnya.Dia diam-diam melirik manggis, sepertinya ini adalah manggis kesukaannya.Asam dan manis.“Ya, aku mau makan,” Victoria Anne ber
Dia sama sekali tidak terlihat seperti wanita hamil. Tubuhnya kurus kering dan selera makannya sangat buruk. Hanya minum sedikit sup, mana cukup untuk dibagikan dengan bayinya?Pria itu sangat menyayanginya."Tidak mau, aku benar-benar tidak ingin mau makan..." Victoria Anne merengek sambil memegang lehernya.James Coleman tidak bisa memaksanya lagi. Baik, dia menyerah.Saat ini Victoria Anne berkata dengan lembut, "James Coleman, menurutmu, apakah aku benar-benar bisa melahirkan bayi ini... dengan selamat?"“Ssst, jangan bicara sembarangan!” James Coleman mencium bibirnya dengan lembut, “Kau pasti bisa melahirkan bayi kita dengan selamat. tTidak akan terjadi apa-apa, serahkan semuanya padaku, kita sekeluarga bertiga akan bersama selamanya."“Ya.” Victoria Anne mengangguk, dia memejamkan matanya dan tertidur.James Coleman memeluknya dan duduk sebentar, lalu bangkit dan mengangkatnya ke lantai atas.Mendorong pintu kamar tidur dan menempatkannya di tempat tidur besar yang empuk, lalu
Melihatnya seperti ini, hati James Coleman terasa sangat sakit. Apakah ketika kembali ke Barbara Bay dengan penyakit mentalnya, dia juga sama seperti ini, diam dan tidak berdaya?James Coleman tidak tahu bagaimana cara mencintainya sekarang?Karena tidak peduli yang dia lakukan, masih tidak cukup.James Coleman mendekatinya dan menyelipkan tangan kanannya ke dalam rambutnya. Dia sudah bisa makan sekarang dan rambutnya sudah tidak mudah rontok seperti dulu, tetapi rambutnya sudah lebih tipis.Sambil menggesekkan ujung hidungnya ke hidung gadis itu, dia bertanya dengan lembut, "Ada apa sebenarnya, kenapa tidak senang?"Dia sangat ingin tahu semua suka dan dukanya. Gadis ini telah bersamanya selama lebih dari sepuluh tahun. Dia berangsur-angsur berubah dan perlahan-lahan tumbuh besar, menjadi wanitanya, istrinya, ibu dari anaknya.Melihatnya seperti ini, hatinya sangat sakit dan membuatnya sesak napas.Victoria Anne mendongak, dia perlahan mengulurkan tangannya dan menyentuh wajahnya.Dia
Dorothy Reeds mengikuti pandangannya dan melihat Victoria Anne terbaring di sofa. Dia terbungkus selimut, tetapi wajahnya tampak merona dan lembut.Di sisi lain sofa ada mantel dan sweater Victoria Anne ... Mantel hitam dan rompi pria itu ada di sebelah pakaian wanita itu ...Dorothy Reeds tertegun. Dia bisa menebak yang terjadi di sini tadi. Dia perlahan menatap James Coleman, cahaya ruangan itu redup. Pria itu mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam dan berdiri di dekat jendela. Angin dingin berembus dari luar, membuat kemejanya menggelembung.Dia sama sekali tidak merasa kedinginan. Dia menyelipkan tangan kirinya ke dalam saku celana, berdiri di ambang jendela dengan sebatang rokok di antara jari tangan kanannya. Tiga kancing di kemejanya terbuka, memperlihatkan tulang selangkanya. Dia mengerutkan alis dan merokok, lalu bersandar ke belakang. Dorothy Reeds terdiam beberapa saat. Dia tidak menyangka akan melihat pria itu dengan penampilan seperti ini.Wajahnya yang pucat me
"Istriku, jangan pergi ke mana-mana. Aku segera sembuh. Setelah sembuh, akan memasak untukmu. Sekarang temani aku..." Dia bergumam dan menciumnya dengan lembut, memeluknya erat-erat.Victoria Anne tidak bergerak lagi, dia memejam matanya dan tidur bersamanya sampai dia mendengar suara napasnya. Victoria Anne segera bangkit.Demamnya terlalu tinggi, jadi dia pergi ke kamar mandi dan mengambil handuk hangat untuk mengompres keningnya.Setelah duduk sebentar, Victoria Anne bangkit, mengambil tasnya dan meninggalkan villa....Victoria Anne berjalan ke sebuah supermarket. Dia membeli beberapa buah dan sayuran, untuk membuat pir kukus dan memasak bubur millet untuknya.Selama ini, pria itu yang selalu menyiapkan semua ini untuknya, hari ini dia yang akan mempersiapkannya.Demamnya akan mereda setelah minum obat, tetapi tubuhnya sangat lemah, harus makan makanan bergizi agar bisa segera pulih.Meskipun dia tidak pandai memasak, dia masih bisa menyiapkan masakan sederhana seperti ini.Victori
"Aku pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu dan ingin pulang untuk membuatkan makanan untukmu, tetapi setelah keluar dari supermarket, aku tidak bisa menemukan jalan pulang. Aku sangat takut hingga hampir menangis ... Apakah aku sangat bodoh?"Victoria Anne mendongak dan menatapnya dengan polos.Semua emosi dan kepanikan James Coleman segera diredakan oleh kata-katanya dan tatapan sedihnya, hatinya terenyuh.Dia mengulurkan ibu jarinya dan mengusap wajah gadis itu, lalu tersenyum lembut padanya, "Istriku tidak bodoh, sama sekali tidak bodoh, tetapi bagiku, istri dan anak lebih penting daripada makanan enak, jadi jangan berkeliaran lain kali, jangan tinggalkan aku."“Ya!” Victoria Anne mengangguk dengan penuh semangat.James Coleman mengambil kantong di tanah, lalu memeluk pundaknya dengan tangan lainnya. "Istriku, ayo kita pulang."Freddy Gates menatap punggung James Coleman. James Coleman bahkan tidak melihatnya. Dia bisa merasakan penghinaan James Coleman. Tidak peduli sampai ka
Setelah menangis sebentar, dia mengangkat selimut, mengenakan sandal dan turun dari tempat tidur. Membuka pintu villa, lalu keluar.Saat itu sekitar jam satu pagi dan hujan sedang turun. Lampu jalan kuning redup menyinari jalan yang sepi. Dia berjalan sendirian dengan piyama putih.Seorang bibi berlari menghampirinya dengan membawa payung. "Adik, mengapa berjalan di tengah hujan? Kau bisa masuk angin, cepat pulang,"Victoria Anne tidak mendengarnya dan tetap berjalan dengan linglung.Bibi itu menghela napas dan segera meninggalkannya.Setelah berjalan sebentar, kakinya terkilir karena tersandung sesuatu, tidak bisa berjalan lagi. Dia duduk di tepi kolam di pinggir jalan, perlahan-lahan mengulurkan kedua tangan untuk menutupi wajahnya dengan erat, dia sedang menangis diam-diam.Pada saat itu, sebuah payung hitam menaungi kepalanya, seseorang datang.Dia menarik tangannya, melihat celana panjang hitam, kemeja putih bersih, lalu wajah yang tak dikenal tapi terasa akrab.Dia sudah datang.
James Coleman tidak bergerak dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia membiarkan Victoria Anne menggigitnya.Selama dia tidak melukai dirinya sendiri, dia bersedia melakukan apa saja.Victoria Anne menggigitnya cukup lama, kemudian melepaskannya. Setelah emosinya terlampiaskan, dia perlahan terbangun dari mimpi buruk dan membuka matanya.Victoria Anne bangun."Kau terluka! Aku menggigitmu sampai berdarah!" Victoria Anne melihat bekas gigitan di lengannya. Dia menggigitnya sampai dalam, sampai berdarah, jantungnya langsung berdetak kencang.Victoria Anne segera menyibak selimut dan bangkit dari tempat tidur. "Aku akan mengambil kotak obat untuk mengobatimu."Victoria Anne membawa kotak obat, dan membersihkan lukanya dengan alkohol. "Suamiku, sakit tidak?"Dia menatapnya dan bertanya dengan lembut.James Coleman mengusap kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya dengan lembut. "Tidak sakit, sama sekali tidak sakit."Dia tidak berbohong, dia tidak merasa sakit sama sekali.“Aku akan
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan