POV TsaniaAmbyar! Gue kesiangan. Buru-buru gue parkirkan si Minie--sepeda motor warisan Ibu sembarangan ketika sudah sampai di parkiran sekolah.Super sial. Pagi ini gue benar-benar lupa kalau di sekolah bakal kedatangan kepala sekolah baru, berhubung pengumumannya mendadak jadi gue gak siapin apa-apa.Cuman menurut slentingan yang gue dengar kepala sekolah itu supertampan, superjutek dan superdisiplin. Katanya juga dia merupakan anak kepala yayasan yang diminta menggantikan peran kepala sekolah sementara karena kepsek sebelumnya gak bener, jadi dia kepaksa ngambil tugas ini karena permintaan orang tuanya. Pokoknya kata gosip intinya kepsek baru ini termasuk serbuk berlian banget, sakin pinternya pernah ada gosip dia gelarnya banyak.Ajegile. Apa gak stres otaknya? Pasti laki kayak gini ngebosenin.Khawatir kesiangan, gue kuatkan kaki buat terus berlari menyusuri lorong dengan kekuatan yang tersisa. Untunglah gak perlu butuh waktu lama, akhirnya badan ini sampai di ruang guru dan tern
Gue tahu terkadang karma itu datangnya cepat banget. Dulu, gue pernah menghina kedua Abang gue yang mau-maunya dijodohin sama cewek pilihan Ibu, sekarang gue yang malah kena batunya. Gue kira setelah menolak lamaran via Ibu, semua akan selesai tapi ternyata ini masih berlanjut.Alaaamaak!Jujur, detik ini juga rasanya mulut gue udah gatal banget ingin memberikan segala sumpah serapah sama makhluk yang ada di depan gue. Siapa lagi kalau bukan Pak Zian yang sedang duduk anteng, kalem dan tanpa dosa di samping bapak dan ibunya. Siapa sangka, tanpa sepengetahuan gue, Ibu dan Ayah hari ini menerima kunjungan dari keluarga Pak Zian.Pantas tuh si duda gak ada di tempat pas gue kasih laporan, ternyata dia tiba-tiba nongol di saat gue sama Reyhan lagi ngobrol. Sepertinya dia udah dari sebelumnya menguping. Terus sialnya, setelah dia membuat Reyhan salah paham dan pergi bersama kemarahan, dengan cueknya dia menjawab pertanyaan Ibu sementara gue hanya bisa memasang wajah bete selama acara maka
Inilah harinya. Hari yang bakal jadi pertarungan bagi gue yaitu mendatangi kondangan Reyhan dan Livi. Memandangi janur kuning yang melengkung di depan pintu masuk, gak kerasa bikin air mata merembes kembali, untungnya siang ini gue dempul muka gue se-ciamik mungkin dan maskaranya waterproof.Gak sia-sia sebelum ke sini gue sempat ke salon buat memilih make up yang tahan air mata dan flaw less karena hasilnya bagus. Kayaknya sekali pun gue nangis Bombay, gue rasa muka gue bakal tetap cantik kayak Anjelina Jolie-lah.Pret!Honestly. Gue juga gak paham kenapa gue bisa mendadak semellow ini pas nyampe tempat acara padahal dari rumah udah berusaha buat kuat. Mungkin ini terjadi karena otak gue secara otomatis membayangkan masa-masa main sama Reyhan dan Livi yang gak bisa terulang lagi karena keduanya kini sudah beda sikap. Terutama, sikap Livi sama gue udah beda, entah apa alasannya. Dia juga bahkan gak jadiin gue bridesmaid. Apa dia tahu ya Reyhan suka sama gue? Jadi dia bersikap gini? A
Gue benar-benar gak nyangka bermula dari sebuah sandiwara kecil karena ingin terbebas dari pertanyaan Reyhan dan tidak mau mengecewakan orang tua, gue harus berakhir dengan menjadi istri seorang dokter senga yang punya pekerjaan sampingan jadi kepsek. Percayalah, selama gue hidup baru kali ini gue mempertanyakan, kenapa dari milyaran manusia yang ada di dunia harus Zian Putra Alamsyah orangnya? Kenapa dari semua cowok yang gue kenal, harus dia yang jadi suami gue? Tetapi, bagai bertanya sama rumput yang bergoyang sampai kapan pun gue gak dapat jawabannya. Oh, Tuhan, mau kabur aja rasanya. Namun, mengingat kebaya modern yang gue pake ini seharga motor jadi jadi gue urungkan niat gue buat kabur. Gue takut ini kebaya sobek, entar Ibu harus ganti. Kasian dahlah.Gue menatap nanar suasana akad nikah gue yang jadinya diadakan di rumah karena permintaan gue. Berhubung gue sama Pak Zian satu kerjaan, gue mau pernikahan kami ini bersifat privat tak banyak orang yang tahu dan dirahasiakan ter
Gue pandangi wajah gue di cermin dengan pasrah. Pagi ini gue gak sangka, muka gue udah berubah kayak panda baru lahiran. Bulat, belo dan ada lingkaran hitam di sekitar matanya pokoknya gak banget. Bisa jadi inilah hasil dari malam pertama yang memalukan. Cuman gara-gara cicak, gue harus merelakan sebagian tubuh gue kelihatan oleh Pak Zian. Jika memikirkan kejadian semalam, ingin rasanya gue punya jurus menghilang. 'Eh, tapi kan halal Tsan?' 'Iya, sih halal tapi kan antara kami udah ada kesepakatan.''Ya elah anggap aja bonus.''Kalau bonus, gue juga sah dong lihat dada dia? Eh, astaghfirullah!'Gue mengetuk-ngetuk kepala sendiri untuk menghentikan pembicaraan batin gue yang mulai ngelantur. Jujur saja, akibat insiden 'handuk' kemarin malam gue lagi-lagi terserang insomnia. Gue gak bisa tidur karena trauma dan terbayang di mana gue hanya pakai handuk sambil digendong sama Pak Zian. Mungkin bagi sebagian orang yang pasangannya menikah dengan normal didasarkan cinta, peristiwa itu a
Pemandangan yang kulihat di lorong sekolah menjadi buah pikiran gue sampai malam harinya. Akibat itu gue tidak terlalu konsen melakukan apa pun bahkan memutuskan untuk gak datang ke pembukaan klinik. Gue memutuskan pulang karena otak dan hati gue lagi gak sinkron.Malam ini, sekali lagi gue memeriksa pintu kamar dengan rapat bagai orang bodoh. Kali ini gue gak mau berbicara apa pun dan dengan siapa pun, apalagi jika yang mengajak mengobrol itu adalah Pak Zian.Entah kenapa, semenjak gue melihat dia bersama Alina--mantan istrinya di lorong rasanya gue jadi malas bertemu dengan lelaki itu. Padahal gue sendiri gak tahu alasannya, pokoknya gak suka aja. Titik.Gue bawa tubuh ini buat berbaring miring di atas ranjang, penat rasanya memikirkan semua keraguan gue, bahkan saking gak enak hatinya, nafsu makan gue pun jadi ikutan tiarap. Gak lama gue membaringkan tubuh, gue dengar derap langkah seseorang membuka pintu rumah, sepertinya itu Pak Zian. Kami memang memiliki kunci rumah masing-masi
Seumur-umur, baru kali ini gue ngerasa hati gue dibuat mendadak dangdut sama cowok sampai pagi. Padahal seingat gue, perasaan waktu suka sama Reyhan gak sampai kayak orang gak waras kayak gini. Sumpah gue gak nyangka, hanya karena sebiji nasi hati gue yang tandus mendadak berbunga.Dengan konyolnya, gue tersenyum sendiri bak orang gila mengingat kejadian semalam di mana dengan manisnya Pak Zian mengambil satu biji nasi dari sisi bibir gue.Untungnya pagi ini, gue memaksa ke Pak Zian buat berangkat pakai motor gue sendiri. Selain biar gak bikin curiga sama pihak sekolah, gue juga takut kalau Pak Zian tahu kalau gue mulai kesengsem. Awalnya, Pak Zian nolak usul gue tapi setelah gue pakai jampi-jampi sekalian merajuk akhirnya dia merelakan gue berangkat sendiri. "Tuhan tolong aku katakan padanya, aku cinta dia! Bukan salah jodoh."Gue terus bersenandung sambil mengendarai Minie sepanjang jalan menuju sekolah tapi pas lagi asyik-asyiknya nyanyi tiba-tiba gue merasa ada yang salah. Se
Terhitung sejak kesepakatan dengan Pak Zian telah diucapkan, gue tahu kalau status gue udah jadi istri seorang Zian Putra Alamsyah--pria yang memiliki dua job dalam hidupnya. Satu job karena misi kemanusiaan yaitu menjadi dokter, satu job lagi karena tuntutan keluarga yaitu kepala sekolah.Dan terhitung sejak perjanjian bumi dan langit diucapkan, gue juga tahu kalau hidup gue sekarang udah gak bebas lagi. Namun, meski ada beberapa hal berubah tetap saja status tinggal status, rasanya hubungan ini tetap aja ada yang janggal.Pak Zian tetap gak bisa bertindak selayaknya suami, begitu pun gue gak bisa bertindak selayaknya istri. Semua itu terjadi karena bisa jadi baik gue mau pun Pak Zian masih punya rasa sama orang di masa lalu masing-masing. Walau patut gue akui, akhir-akhir ini hati gue agak beda, setelah mengenal kepribadian Pak Zian lebih dekat gue rasa hati gue mulai keracunan. Bayangan Reyhan yang biasanya jadi penghias mimpi gue perlahan memudar.Aneh. Cukup aneh.Seperti hari in