Setelah berpikir dan menimbang, akhirnya ibunya Nabila merelakan anaknya tetap bekerja. Dia sangat mempercayai Fernando, karena dianggap sebagai majikan yang baik dan pengertian. Ibunya Nabila berpamitan pulang kepada keduanya 1 jam yang lalu."Saya akan siapkan kopi untuk Tuan Fernando," ucap Shanaz. Biasanya hal itu yang akan dilakukannya ketika Fernando pulang dari perusahaan."Jangan, jangan!" Fernando melarangnya. Shanaz membalikkan badannya lalu menatap wajah Fernando. "Kenapa jangan Tuan? Atau Tuan mau mandi dulu?" tanya Shanaz penasaran."Iya. Aku mau mandi dulu," jawab Fernando. Shanaz hendak membuka mulut. Berkata bahwa dia akan menyiapkan pakaian. Tetapi karena Fernando ingin kaki wanita di depannya ini cepat sembuh, jadi ia melarangnya. "Stop. Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Dan aku mohon jangan siapkan pakaianku dan kopi untukku."Meskipun sedikit kebingungan dengan larangan dari Fernando, tetapi Shanaz memilih mengiyakan dan tidak bertanya apa alasannya. Ia membu
3 orang yang ada di dalam mobil hampir saja terjungkal karena supir pribadi Fernando mengerem mendadak. Hal itu ia lakukan bukan tanpa alasan. Lelaki paruh baya itu menginjak rem dalam-dalam akibat teriakan dari majikannya yang mengatakan 'stop'. Mobil di depannya bahkan hampir tertabrak oleh mobil mereka.Shanaz sangat shock. Ini kali keduanya ia hampir mati karena kecelakaan mobil, dan lagi-lagi Fernando penyebabnya. Matanya membulat, jantungnya melesat dari tempatnya. Tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain diam membeku untuk beberapa saat. Sampai supir pribadi Fernando menyadarkannya. "Nabila. Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil mengguncang-guncangkan lengan Shanaz. Shanaz bahkan tak mampu menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Supir pribadi Fernando kini menanyakan penyebab dari perintah yang sangat membahayakan mereka dan pengguna jalan lainnya itu."Ada apa Tuan Fernando. Kenapa menyuruh saya stop mendadak?" tanya supir pribadi Fernando menolehkan kepalanya
Seorang bapak-bapak menegur aksi Fernando dan Shanaz yang dianggap mengganggu sekitar. Shanaz dan Fernando pun meminta maaf dengan tulus. "Saya minta maaf Pak," ucap Shanaz."Kami tidak akan mengulanginya lagi, Pak," imbuh Fernando. Ia kemudian mematikan ponselnya.Teguran dari laki-laki tadi belum seberapa. Yang lebih mengejutkan saat ada yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. "Kalau mau pacaran di rumah atau taman hiburan jangan di sini!" Sontak mata mereka membulat sempurna. Secara bersamaan lalu mereka bersitatap, dengan wajah yang sudah berubah menjadi memerah seperti tomat karena tersipu malu. Fernando tadinya ingin mengklarifikasi bahwa wanita yang ada di sampingnya ini bukan istrinya. Dan menjelaskan siapa Shanaz yang sebenarnya. "Bukan, dia bukan pacar saya, tapi–"Bibir Fernando kelu. Ia akhirnya menutup mulutnya dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Banyak hal yang berseliweran di kepalanya. Apakah mereka akan percaya, wanita secantik Nabila bekerja sebagai seorang
Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak Tuan," sahutnya. Saking takutnya Shanaz cepat-cepat duduk dan malangnya kakinya yang sakit terkena bagian belakang kursi. Shanaz mencicit kesakitan. "Arrrgghhh!" Fernando membulatkan matanya. Mulutnya sampai lupa ia katupkan saking terkejutnya. Ia duduk di samping Shanaz lalu menatapnya dengan tatapan kasihan. Fernando mencebikkan bibirnya. "Kenapa kamu tidak hati-hati?" Shanaz tidak menyahut, masih merasakan kesakitan sambil mengepalkan kedua tangannya. Bahkan kini Fernando dapat melihat wajah wanita yang ada di sebelahnya ini memerah karena menahan sakit. Fernando menjadi merasa bersalah. "Pasti sakit ya?" tanya Fernando. Pertanyaan basa-basi yang benar-benar jadi basi. Sudah tahu sakit, masih saja ditanya. Ia lalu meminta maaf kepada gadis malang itu. "Aku–minta maaf ya," ucapnya dengan tulus. "Aku tidak sengaja tadi. Sungguh," imbuhnya. Setelah rasa sakitnya reda Shanaz menoleh ke samping. Menatap lelaki yang mengkhawatirkan
Yang dilakukan oleh Fernando ternyata mengambil kursi roda. Ia mendorongnya sampai di depan Shanaz lalu menyuruhnya untuk duduk. "Duduk."Shanaz mengerutkan keningnya. Mana mungkin dia sudi duduk di sana. Dia bukanlah orang cacat. Kakinya memang luka, akan tetapi ia masih bisa berdiri dan berjalan sendiri menggunakan kakinya. "Tidak perlu sampai seperti ini Tuan, saya masih bisa jalan sendiri," tolak Shanaz dengan nada sedikit jengkel."Menurut saja. Kamu tidak lihat usahaku mengambil kursi roda ini untukmu?" paksa Fernando sambil memajukan sedikit kursi roda yang ia bawa."Tidak usah Tuan. Nanti Anda akan repot karena harus mengembalikan lagi kursi rodanya," tolak Shanaz sekali lagi."Kenapa harus repot. Aku bisa menyuruh Pak Supir nanti," ucap Fernando. "Tinggal duduk saja. Kenapa kamu jadi membantah?" Kali ini Fernando hampir habis kesabarannya.Shanaz ciut melihat kilatan amarah pada mata Fernando. Ia menelan salivanya dengan susah payah, lalu dengan terpaksa dia duduk di kursi ro
Untuk beberapa saat waktu seperti terhenti. Shanaz dan Fernando terpaku dan saling bersitatap. Tak ada jarak satu sentipun diantara mereka berdua. Hingga Shanaz dapat mendengarkan detak jantung Fernando yang berdegup kencang seperti genderang perang. Pun dengan Fernando.Fernando sempat tak dapat mengendalikan diri ketika menatap manik bening milik Nabila. Shanaz sudah tak menginginkan lagi cinta dari Fernando. Namun ia menggunakan pesona yang dimiliki oleh Nabila, untuk menjerat mantan suaminya itu.Bunyi klakson kendaraan yang ada di belakang mereka membuat lamunan keduanya terhenyak. Fernando melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang ramping Nabila. "Woi. Jangan pacaran di jalan!" Teriak salah satu pengemudi mobil."Iya nih. Ganggu orang mau jalan saja!" Pengendara lain menimpali. Fernando mencari pengemudi motor yang tadi hampir menyerempet kepala pelayannya, tetapi sayangnya sudah tidak ia dapati keberadaannya karena sudah kabur. "Saya meminta maaf atas kesalahan kami,"
Seharusnya Fernando marah bukan? Seorang pelayan dengan lancang menyuapi majikannya seperti ini. Ini sungguh bukanlah hal yang pantas. Tetapi Fernando seperti tersihir, dia malah menurut dan membuka mulutnya, menerima suapan makanan dari kepala pelayannya itu. Apa itu karena pelayannya itu cantik?Rasa canggung mulai menyerang Fernando. Dan untuk mengatasinya dia memainkan ponselnya. Menyibukkan diri agar tak malu menghadapi wanita yang ada di depannya.Lagi-lagi orang-orang yang ada di sekitar Shanaz dan Fernando mengira mereka adalah sepasang kekasih. Shanaz hanya diam. Sementara Fernando diam-diam mendengar dan menyimaknya. Ia langsung memberikan reaksi tak terduga. "Bagaimana? Apakah kami berdua adalah pasangan kekasih yang serasi?" tanya Fernando menggila.Pengunjung warung makan yang ditanya oleh Fernando mengangkat satu sudut bibirnya dengan sewot. Mulutnya langsung komat-kamit kepada teman sebangkunya, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas Fernando terlihat luas melihat
Fernando menatap tak suka saat melihat Shanaz menerima telepon dari kakaknya. Apakah ini perasaan cemburu?" Entahlah, Fernando juga tak paham, yang jelas dia harus menghentikannya."Hentikan sambungan teleponnya itu," suruh Fernando.Shanaz menoleh ke belakang sambil membungkam bagian bawah mikrofon ponselnya. "Maaf Tuan. Tetapi kenapa saya harus mengakhiri sambungan telepon saya dengan Tuan Lorenzo?" tanya Shanaz dengan nada canggung."Ya, karena ini sangat menggangguku. Aku ingin tenang sambil mendengarkan musik," jawab Fernando. Iya, mendengarkan musik adalah alibi terbaik sepertiya. Dengan begitu dia tidak akan terlihat sangat konyol dengan larangannya yang tidak jelas itu kan? Pikir Fernando."Baik Tuan. Kalau begitu saya akan mengakhiri sambungan telepon saya dengan Tuan Lorenzo," ucap Shanaz.Baru saja ia ingin membuka kembali bagian bawah mikrofon ponselnya. Akan tetapi Fernando kembali memberikan perintah. "Tunggu sebentar," cegah Fernando."Iya, Tuan?" tanya Shanaz memiringk
"Apa kamu pikir aku adalah barang. Yang seenaknya sendiri bisa dipindah tangankan seperti ini?!" Nabila tersulut emosi mendengar pernyataan dari Fernando. Kini dia percaya dengan ucapan dari Lorenzo dan Shanaz yang mengatakan hal-hal buruk mengenai lelaki itu. Dia sekarang mengerti mengapa akhirnya Lorenzo dan Shanaz nekat menikah saat wanita itu terjebak di tubuhnya. Karena selain saling mencintai. Lorenzo pasti ingin menyelamatkan Shanaz. "Bukan seperti tapi–" Fernando mau berkilah. Namun Lita memukul lengannya dengan kencang sambil menangis. Dia tak menyangka kalau ternyata kelakuan suaminya masih tak berubah. Laki-laki yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. "Keterlaluan! Kamu ceraikan saja aku kalau mau menikahi wanita lain," amuk Lita."Aku juga tidak mau menikah dengan suamimu. Jadi kamu tenang saja," sambar Nabila. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Permisi!" Lorenzo dan Shanaz sebenarnya kasihan. Mereka berniat mengejar Nabila. Namun terlebih dahulu berpamita
Berbagai pengobatan telah dilakukan oleh Shanaz demi bisa sembuh. Dan setelah 3 tahun usahanya membuahkan hasil. Kini dia sudah cukup sehat untuk kembali ke rumah keluarga besar Lorenzo. Keluarga Lorenzo tak pernah mengetahui cerita mengenai jiwa Shanaz yang selama ini terperangkap di dalam tubuh Nabila. Dan saat tiba-tiba Shanaz muncul di keluarga mereka, Lorenzo hanya berkata kebetulan menemukan Shanaz. "Bagaimana bisa tiba-tiba kamu bertemu dengan Shanaz? Dia kan sudah–" tanya Santi yang tak bisa melanjutkan kalimatnya. Entah mengapa perasaannya campur aduk. Ayahnya juga mempunyai pertanyaan yang sama. Namun memilih diam.Sementara Fernando dan Lita di dalam hatinya merasa cemas. Apalagi kalau bukan masalah uang asuransi jiwa yang dimiliki oleh Shanaz. Mereka takut Shanaz akan mempertanyakannya. Padahal tidak. Shanaz dan Lorenzo tak peduli mengenai masalah itu."Belum Ibu. Shanaz belum meninggal," jawab Lorenzo dengan sopan.Di sana juga ada Nabila. Dia duduk di samping Lorenzo.
Karena kesal Santi mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Nabila menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu meminta penjelasan dari Lorenzo."Siapa itu Edward?" tanya Nabila dengan raut wajah yang serius."Edward adalah kami. Maksudku anakku dengan Shanaz," jawab Lorenzo.Nabila mematung. Kini tak tahu harus berbuat apa. Lorenzo memohon agar Nabila mau pulang dengannya. Ini semua dia lakukan demi anaknya."Anakku membutuhkanmu. Setidaknya pulanglah demi Edward," pinta Lorenzo."Okey. Aku mau mengurus Edward. Tapi di rumah ibuku," sahut Nabila. "Dan 1 lagi. Aku tak mau kamu ikut denganku," lanjutnya memberi syarat. Padahal Lorenzo belum menjawabnya.Lorenzo terdiam. Dia tak bisa menyalahkan Nabila dalam hal ini. Seorang gadis yang tak tahu apa-apa. Tiba-tiba bangun dengan status baru sebagai seorang istri dan anak. Dia berhak marah. Meskipun sebenarnya Lorenzo terlanjur nyaman karena terlalu lama bersama dengan Nabila. "Bagaimana?" tanya Nabila ingin memastikan.Lorenzo tak b
Lorenzo menghargai keputusan Shanaz. Hanya saja dia tak menyangka, bahwa istri yang dia nikahi. Istri yang sanggup membuatnya merasa nyaman setelah kepergian Shanaz adalah mantan adik iparnya sendiri. Yang tak lain adalah Shanaz. "Lalu bagaimana cara agar mereka bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing?" tanya Lorenzo."Pejamkan mata. Lalu genggam erat tangannya dan katakan mari bertukar posisi lagi sebanyak 3 kali. Maka kalian akan bertukar posisi seperti semula," jawab orang misterius tadi.Shanaz yang awalnya menunduk lesu karena bimbang, menjadi menoleh ke arahnya. "Kamu mau aku kembali ke badanku?" Shanaz bertanya balik."Semua keputusan ada di tanganmu," jawab Lorenzo. Shanaz dan Lorenzo bersitatap. Lorenzo kemudian menoleh ke arah orang misterius tadi. "Apa konsekuensi jika Shanaz memilih kembali ke tubuhnya?" tanyanya."Seperti yang kamu lihat. Dia akan koma. Jika kamu mau kamu harus menunggu sampai dia sembuh," jawab orang misterius tadi. "Jika tidak kembali ke tubuh masi
Lita selalu berupaya mencelakai Shanaz dan juga bayinya. Misalnya menukar obat Shanaz. Namun tak berhasil karena salah seorang pelayan memberi tahu Shanaz. Saya itu Shanaz hanya memberi peringatan agar Lita tak lagi melakukan hal itu. Shanaz tak tega melaporkan kejadian ini karena kasihan kepada Felicia, sebab anak itu sakit-sakitan dan butuh penanganan medis khusus. Namun ternyata Lita tak juga jera. Dia menyabotase mobil Shanaz agar mengalami kecelakaan. Beruntung Fernando dapat mencegahnya. Dia mengorbankan diri dengan mengorbankan mobilnya menjadi penghalang mobil Shanaz yang akan kecelakaan. Shanaz lagi-lagi menemukan bukti bahwa Lita pelakunya. Dan berjanji akan memberi tahu soal ini pada keluarga besar Fernando. Lita mulai jera kali ini.Saat di rumah sakit. Ketika menjenguk Fernando yang sedang kecelakaan. Shanaz menabrak seseorang. Sosok itu tak asing bagi Shanaz. Dia orang yang sama dengan yang menabraknya usai dirinya kecelakaan lalu bertukar tubuh dengan Nabila."Kamu kan–
Setelah mendengar alasan Lita ingin menemui Fernando. Lorenzo yang ada di depan pintu gerbang menyuruh satpam untuk membukakan pintu. "Bukakan pintunya Pak.""Tapi Tuan Fernando melarang saya, Tuan Lorenzo," sahut satpam. "Dia tidak akan berani protes kalau aku yang menyuruhnya," ucap Lorenzo. "Baik Tuan Lorenzo. Kalau begitu akan saya bukakan pintunya," sahut satpam. Ia kemudian membukakan pintu gerbang untuk Lita.Lita tak henti menatap wajah kakak iparnya. Setelah pintu gerbang dibuka ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tulus. Dia begitu terharu akan kebaikan yang ditujukan oleh lelaki yang dulunya sangat ia benci."Terimakasih Kak Lorenzo. Karena telah memberikan izin Lita untuk masuk," ucap Lita dengan berlinang air mata."Aku melakukan ini bukan karenamu. Tapi karena anakmu. Dia bagian dari keluarga ini," sahut Lorenzo dengan nada dingin.Lita menghapus air matanya dengan mandiri. Tak apalah jika Lorenzo berpikiran seperti itu. Yang terpenting dia bisa masuk dan menemui Fe
Lorenzo masih mematung. Namun setelah dapat mengendalikan dirinya, tangannya yang tadi mengambang di udara mendekap erat Shanaz. Akan tetapi dia masih ragu. Apakah ini artinya Shanaz telah menerima cintanya?Lorenzo kemudian mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Shanaz dengan intens. "Apa ini artinya kamu sudah dapat menerimaku?" tanya Lorenzo memastikan.Shanaz menangis sambil mengangguk. "Iya," jawabnya dengan singkat. Namun itu sudah cukup membuktikan semuanya. Lorenzo tersenyum. Ia kemudian kembali memeluk tubuh Shanaz dengan erat. Tangannya mengusap lembut rambutnya yang panjang."Terimakasih, karena kamu mau membuka pintu hatimu untukku," ucap Lorenzo."Seharusnya saya yang berterima kasih kepada Tuan. Karena masih mau menerimaku yang—"Lorenzo dengan cepat melepaskan kembali pelukannya. Ia kemudian menangkup kedua sisi pipi Shanaz. Lalu 1 jari telunjuknya ditempelkan pada bibir Shanaz. "Tolong jangan katakan kalimat yang melukai hatiku," sambarnya memotong pernyataan dari Shana
Shanaz terbaring lemah di atas ranjang kamar apartemen Lorenzo. Dengan leluasa Fernando membuka satu persatu pakaian Shanaz, hingga tak menyisakan sehelai benangpun menutupi tubuh wanita itu. Fernando melepas pakaiannya. Kemudian setelah menampilkan tubuh polosnya ia memagut bibir Shanaz dengan lembut. Tangannya mulai turun dan meremas puncak gundukan dada Shanaz. Karena tak dapat menahan gairahnya lagi, Fernando hendak menancapkan kepunyaannya di dalam organ inti milik Shanaz. Fernando mengalami kesulitan, saat tak dapat menembus benteng pertahanan Shanaz. Itu artinya wanita ini belum terjamah oleh laki-laki lain. Fernando semakin bernafsu. "Rupanya kamu benar-benar masih menjaga kesucianmu. Aku sangat beruntung," gumamnya.Shanaz yang mulai merasakan sakit di area sensitifnya, lalu membuka mata. Dia menangis karena shock. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Fernando. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan tubuh kekar Fernando."Tuan Fernando jangan lakukan ini kepada saya. Saya mo
Kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Meisya yang mendengar berita tentang Fernando datang ke rumah Fernando untuk mencari kebenaran. Dia shock saat melihat pakaian Shanaz yang compang camping."Ceritanya panjang. Kalau kamu ingin tahu ikut dengan kami," jawab Lorenzo. Tanpa berpamitan Lorenzo berjalan menuju ke mobilnya dan membuka pintu. Lorenzo memberi kode agar Shanaz duduk di belakang. Sementara ia duduk di kursi kemudi. Meisya sebenarnya masih shock. Namun karena ingin tahu apa yang terjadi dia ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Lorenzo.Mobil Lorenzo kemudian melaju meninggalkan rumah Fernando. Membelah jalanan yang sudah sepi menuju ke apartemennya. Di dalam mobil Lorenzo menjelaskan kronologi kejadian yang dialami oleh Shanaz. Meisya merasa iba."Kasihan sekali dia. Pasti dia menjadi sangat trauma," ucap Meisya dengan tulus."Itu sudah pasti. Maka dari itu aku mau mengamankannya sementara waktu di apartemenku," sahut Lorenzo.Meisya mengangguk. "Aku setuju."Mal