Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Sedikit Rahasia Larasati

Share

Sedikit Rahasia Larasati

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-03-24 09:04:01

Adit melangkah masuk ke dalam kafe, matanya langsung menangkap sosok Larasati yang duduk di dekat jendela besar. Wanita itu tampak santai dengan secangkir kopi di hadapannya, mengenakan blouse putih dengan rambut panjangnya yang tergerai. Begitu melihat Adit, ia tersenyum dan melambaikan tangan.

"Akhirnya datang juga," ujar Larasati saat Adit duduk di depannya.

"Macet, maaf kalau lama." Adit tersenyum ringan, meletakkan ponselnya di meja.

"Santai saja. Aku juga baru beberapa menit di sini. Mau pesan apa?" tanya Larasati sambil menyodorkan menu.

Adit melihat sekilas daftar menu, lalu memutuskan, "Kopi hitam saja."

Larasati mengangguk dan memanggil pelayan untuk memesan minuman Adit. Setelah itu, ia menatap lelaki itu dengan tatapan jahil. "Jadi, gimana kabarnya terapis muda kita? Ada cerita seru di tempat kerja?"

Adit terkekeh. "Ada, tapi kebanyakan cerita sial. Motorku mogok tadi pagi, terus di tempat kerja juga dipersulit."

“Dipersulit? Sama atasan?”

“Ya. Supervisorku itu, sejak awal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tukang Pijat Tampan   Peringatan Iwan

    Iwan masih duduk di meja bersama Anton dan Cindy, sesekali menyeruput es teh manisnya sambil melontarkan keluhan tentang Adit. Ia masih kesal karena Tia menolak tawarannya untuk diantar pulang kemarin sore."Gue nggak ngerti, kenapa Tia lebih milih Adit daripada gue?" Iwan menggerutu, mengaduk es teh di depannya dengan kasar.Anton terkekeh. "Bro, lo terlalu serius. Siapa tahu dia cuma kasihan sama Adit.""Iya, kan. Aku juga mikir gitu. Tia itu ramah dan baik orangnya. Apalagi Adit selalu ditindas Pak Rudi! Semua juga tahu soal itu. Dan nggak ada yang mau dekat dengan Adit karena takut sama Pak Rudy!” tambah Cindy, setengah bercanda. "Mungkin dia cuma baik doang."Iwan mendengus. "Kasihan gimana? Jelas-jelas beda! Kalau cuma kasihan, kenapa dia nolak gue buat anterin pulang? Nggak masuk akal, kan?"Namun, sebelum ada yang sempat menjawab, terdengar suara yang tidak asing.Iwan menoleh, dan seketika wajahnya menegang. Tia masuk bersama Adit. Mereka terlihat akrab, berbincang ringan sam

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tukang Pijat Tampan   Iwan Gelap Mata

    Adit berjalan santai ke luar klinik setelah jam kerja berakhir. Hari itu cukup melelahkan, lebih tepatnya lelah di pikiran sebab ia tak mendapatkan klien selama seharian itu.Tetapi ia tetap merasa tenang. Ia hanya tak mendapatkan tips mungkin. Atau bonus yang hanya diperoleh dari banyaknya klien yang ia tangani. Namun tetap mendapatkan gaji tetap.Di titik itu, sebetulnya Ranu kepikiran saran Larasati; pindah tempat kerja, menjadi terapis di klinik lain. Namun ia tak mau menyerah begitu saja. Lagipula, ia belum lama bekerja. Jika tiba-tiba keluar, pengalaman kerjanya di tempat itu masih belum cukup valid untuk digunakan melamar di tempat lain.Di dekat pintu keluar, Tia sudah berdiri dengan senyum cerahnya."Adit! Pulang bareng, yuk?" sapanya riang.Adit tersenyum tipis. "Aku naik ojek, motorku masih di bengkel. Tadi pagi aku tinggal gitu aja!""Oh iya, aku lupa. Ya sudah, ayo kita pesan ojol aja!” kata Tia.“Kamu kenapa nggak bawa motor sendiri, Tia? Kayaknya sebelum ini kamu bawa m

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tukang Pijat Tampan   Bertemu Ratna Lagi

    Adit berdiri di tepi jalan, menatap layar ponselnya, hendak memesan ojek baru. Ia menghela napas panjang. Sial juga, baru separuh perjalanan dan kini ia harus keluar uang lagi untuk sampai ke rumah. Tapi sebelum sempat menekan tombol pemesanan, suara deru mesin mobil menarik perhatiannya.Sebuah mobil merah cerah melambat dan berhenti tepat di depannya. Adit mengerutkan kening, merasa tak asing dengan kendaraan itu. Benar saja, saat jendela sisi pengemudi terbuka, wajah Ratna muncul dengan senyum lebar."Lho, Adit? Kok bisa di sini?" sapa Ratna dengan nada riang.Adit mendekat ke jendela, masih sedikit terkejut. "Eh, Kak Ratna? Kebetulan sekali. Aku baru mau pesan ojek."Ratna tertawa kecil. "Kebetulan apanya? Jangan-jangan ini takdir? Mau ke mana malam-malam begini?""Pulang, Kak. Tadi ada urusan sedikit." Adit menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Hmm... kalau begitu, ikut aku saja. Aku juga lagi cari teman makan malam. Kamu lapar, kan?"Adit menatap Ratna sejenak, lalu melirik per

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tukang Pijat Tampan   Serangan Jahat Pak Rudi

    Ratna menatap Adit dengan sorot mata penuh godaan. Bibirnya membentuk senyum menggoda, sementara jari-jari lentiknya berputar-putar di sekitar gelas minumannya.Pemuda itu, sungguh ajaib; Ratna masih terngiang dengan sensasi sentuhan Adit, sebuah rasa yang langka dan tak terlupakan. Ia menginginkannya lagi, dan ia ingin tahu lebih banyak dengan melewatkan malam panas dan basah bersama lelaki itu.Suami yang jauh, dan kebutuhan biologis yang tak terbendung, kadang membuat Ratna serasa gila."Jadi, gimana? Kita ke hotel aja? Aku janji, nggak bakal bikin kamu nyesel," ucapnya dengan suara rendah, nyaris berbisik.Adit terkekeh kecil, mengusap tengkuknya dengan canggung, menyembunyikan rasa paniknya, dan juga harga dirinya. Sejujurnya, sebagai seorang lelaki, seorang pemuda, ia pun juga penasaran ingin tahu seperti apa itu bercinta."Aku sebenarnya pengen, kak Ratna. Tapi hari ini capek banget. Seharian aku mijat banyak klien, rasanya tenaga udah terkuras habis. Aku takut malah nggak bisa

    Last Updated : 2025-03-28
  • Tukang Pijat Tampan   Skors atau Dipecat?

    Pak Rudy dan klien gadungan itu mengajak Adit ke ruang manager. Ada dua terapis lain yang ikut-ikutan.Celina menatap heran kedatangan orang-orang itu.“Anda manager di sini?” kata si klien sewaan itu.“Benar. Ada apa ini?” tanya Celina mencoba tetap bersikap tenang dan profesional.“Terapis Anda ini sungguh bodoh! Dia hampir mencelakaiku. Pijitannya membuat kakiku terasa sakit dan hampir patah!” ucapnya menggebu-gebu.“Saya bahkan baru memijitnya, ibu...” Adit langsung menyela membela diri.“Hei diam kau!” Pak Rudi menghardik Adit.Keributan di ruang manajer semakin memanas. Celina duduk di belakang meja kerjanya dengan ekspresi tegang, sementara di depannya, seorang pria setengah baya dengan wajah merah padam terus mengoceh. Dialah klien yang mengaku mengalami cedera akibat pijatan Adit. Di sebelahnya, Pak Rudi berdiri dengan wajah penuh kepuasan."Saya tidak peduli! Saya akan menuntut klinik ini jika pemuda itu tidak dipecat!" bentak si klien, suaranya menggema di seluruh ruangan.

    Last Updated : 2025-03-29
  • Tukang Pijat Tampan   Bos Ingin Bertemu

    Pak Rudi merasa galau. Tadinya, ia berpikir ingin mencari surat medis palsu untuk menyingkirkan Adit. Tapi setelah mendengar ucapan Celina, ia berpikir keras. Gawat juga jika sampai Adit disukai oleh bosnya.‘Brengsek. Bagaimana caranya menyingkirkan anak itu! Sial! Sebenarnya apa yang ia lakukan? Kenapa klien-klien selalu senang dan puas dengan pelayanannya?’ Pak Rudi tak habis pikir.Ia segera menemui orang sewaannya tadi, memberikan bayaran dan menyuruhnya pergi begitu saja. Tak ada kelanjutan dari sandiwara itu. Lagipula, ia juga tak mau keluar uang terlalu banyak. Tadinya ia berpikir, hanya dengan peristiwa itu saja, Adit bisa dipecat. Namun ternyata tidak juga. Celina masih berpihak kepada Adit. Ia sangat tahu hal itu.Jadi kegelisahan Pak Rudi kali ini adalah ingin mencari tahu, apa rahasia Adit; kenapa kliennya bisa puas.Sementara itu, usai berbicara dengan Pak Rudi, Celina memanggil Adit yang saat itu gelisah menunggu keputusan.Sesungguhnya ia sangat kesal. Ia tahu ia dijeb

    Last Updated : 2025-03-30
  • Tukang Pijat Tampan   Mengintip Manager Cantik

    “Heh! Apa yang kamu lakukan di sini?! Kamu mengintipku, hah?!”Adit, yang tengah mengepel lantai ruang ganti pelanggan, nyaris menjatuhkan pelnya saat mendengar suara bentakan itu.Di hadapannya, seorang wanita cantik dengan tubuh menggoda dan hanya mengenakan pakaian dalam berenda, berdiri dengan napas memburu.Itu Bu Celina, manajer tempatnya bekerja!Tangan wanita itu menutupi dadanya yang montok, tapi pahanya yang mulus justru terabaikan.Glek.Adit menelan ludah. Otaknya berteriak untuk tidak melihat, tapi matanya berkhianat.Takut? Jelas. Adit hanya trainee rendahan. Terpergok dalam situasi seperti ini bisa membuatnya dipecat seketika.Namun, senang?Bagaimana tidak? Bu Celina adalah fantasi hidup para terapis pria di panti pijat ini!Dengan tubuh berlekuk sempurna, kulit sehalus sutra, dan tatapan tajam menggoda, siapa yang tidak pernah membayangkan wanita itu dalam pelukan mereka?Dan sekarang… tubuh yang biasanya hanya ada dalam bayangan, terpampang jelas di depannya!Tapi… a

    Last Updated : 2025-03-03
  • Tukang Pijat Tampan   Pembuktian Adit

    Segera saja Adit menuju ke lokernya. Kunci masih tergantung di sana dan dia segera mengambil seragam kerja, lalu ke ruang ganti untuk mengenakan bajunya.Buru-buru ia memasukkan baju dan bawaannya yang lain, memasukkannya ke loker, menguncinya dan mulai bergegas menuju ke ruang 25.Satu kamar itu ada satu ranjang untuk klien. Semua peralatan yang dibutuhkan ada di sana.Adit mengetuk pintu dan kemudian masuk. Dilihatnya seorang wanita berusia 40 tahunan. Dia masih sedang menelefon entah siapa. Jadi Adit hanya berdiri menunggu saja di dekat pintu. Ia pun masih merasa berdebar.Wanita itu terlihat kaya dengan outfit yang melekat di tubuhnya yang biasa saja itu. Adit memperhatikan wajah wanita itu; biasa saja. Tapi terlihat mahal karena perawatan. Kulitnya putih mulus tanpa jerawat. Make-upnya tampak natural kecuali bibirnya yang terlihat merah oleh gincu. Rambutnya juga terlihat mahal yang tak mungkin pula disentuh oleh salon biasa.Wanita itu menutup telefon, lalu menoleh ke arah Adit,

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Bos Ingin Bertemu

    Pak Rudi merasa galau. Tadinya, ia berpikir ingin mencari surat medis palsu untuk menyingkirkan Adit. Tapi setelah mendengar ucapan Celina, ia berpikir keras. Gawat juga jika sampai Adit disukai oleh bosnya.‘Brengsek. Bagaimana caranya menyingkirkan anak itu! Sial! Sebenarnya apa yang ia lakukan? Kenapa klien-klien selalu senang dan puas dengan pelayanannya?’ Pak Rudi tak habis pikir.Ia segera menemui orang sewaannya tadi, memberikan bayaran dan menyuruhnya pergi begitu saja. Tak ada kelanjutan dari sandiwara itu. Lagipula, ia juga tak mau keluar uang terlalu banyak. Tadinya ia berpikir, hanya dengan peristiwa itu saja, Adit bisa dipecat. Namun ternyata tidak juga. Celina masih berpihak kepada Adit. Ia sangat tahu hal itu.Jadi kegelisahan Pak Rudi kali ini adalah ingin mencari tahu, apa rahasia Adit; kenapa kliennya bisa puas.Sementara itu, usai berbicara dengan Pak Rudi, Celina memanggil Adit yang saat itu gelisah menunggu keputusan.Sesungguhnya ia sangat kesal. Ia tahu ia dijeb

  • Tukang Pijat Tampan   Skors atau Dipecat?

    Pak Rudy dan klien gadungan itu mengajak Adit ke ruang manager. Ada dua terapis lain yang ikut-ikutan.Celina menatap heran kedatangan orang-orang itu.“Anda manager di sini?” kata si klien sewaan itu.“Benar. Ada apa ini?” tanya Celina mencoba tetap bersikap tenang dan profesional.“Terapis Anda ini sungguh bodoh! Dia hampir mencelakaiku. Pijitannya membuat kakiku terasa sakit dan hampir patah!” ucapnya menggebu-gebu.“Saya bahkan baru memijitnya, ibu...” Adit langsung menyela membela diri.“Hei diam kau!” Pak Rudi menghardik Adit.Keributan di ruang manajer semakin memanas. Celina duduk di belakang meja kerjanya dengan ekspresi tegang, sementara di depannya, seorang pria setengah baya dengan wajah merah padam terus mengoceh. Dialah klien yang mengaku mengalami cedera akibat pijatan Adit. Di sebelahnya, Pak Rudi berdiri dengan wajah penuh kepuasan."Saya tidak peduli! Saya akan menuntut klinik ini jika pemuda itu tidak dipecat!" bentak si klien, suaranya menggema di seluruh ruangan.

  • Tukang Pijat Tampan   Serangan Jahat Pak Rudi

    Ratna menatap Adit dengan sorot mata penuh godaan. Bibirnya membentuk senyum menggoda, sementara jari-jari lentiknya berputar-putar di sekitar gelas minumannya.Pemuda itu, sungguh ajaib; Ratna masih terngiang dengan sensasi sentuhan Adit, sebuah rasa yang langka dan tak terlupakan. Ia menginginkannya lagi, dan ia ingin tahu lebih banyak dengan melewatkan malam panas dan basah bersama lelaki itu.Suami yang jauh, dan kebutuhan biologis yang tak terbendung, kadang membuat Ratna serasa gila."Jadi, gimana? Kita ke hotel aja? Aku janji, nggak bakal bikin kamu nyesel," ucapnya dengan suara rendah, nyaris berbisik.Adit terkekeh kecil, mengusap tengkuknya dengan canggung, menyembunyikan rasa paniknya, dan juga harga dirinya. Sejujurnya, sebagai seorang lelaki, seorang pemuda, ia pun juga penasaran ingin tahu seperti apa itu bercinta."Aku sebenarnya pengen, kak Ratna. Tapi hari ini capek banget. Seharian aku mijat banyak klien, rasanya tenaga udah terkuras habis. Aku takut malah nggak bisa

  • Tukang Pijat Tampan   Bertemu Ratna Lagi

    Adit berdiri di tepi jalan, menatap layar ponselnya, hendak memesan ojek baru. Ia menghela napas panjang. Sial juga, baru separuh perjalanan dan kini ia harus keluar uang lagi untuk sampai ke rumah. Tapi sebelum sempat menekan tombol pemesanan, suara deru mesin mobil menarik perhatiannya.Sebuah mobil merah cerah melambat dan berhenti tepat di depannya. Adit mengerutkan kening, merasa tak asing dengan kendaraan itu. Benar saja, saat jendela sisi pengemudi terbuka, wajah Ratna muncul dengan senyum lebar."Lho, Adit? Kok bisa di sini?" sapa Ratna dengan nada riang.Adit mendekat ke jendela, masih sedikit terkejut. "Eh, Kak Ratna? Kebetulan sekali. Aku baru mau pesan ojek."Ratna tertawa kecil. "Kebetulan apanya? Jangan-jangan ini takdir? Mau ke mana malam-malam begini?""Pulang, Kak. Tadi ada urusan sedikit." Adit menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Hmm... kalau begitu, ikut aku saja. Aku juga lagi cari teman makan malam. Kamu lapar, kan?"Adit menatap Ratna sejenak, lalu melirik per

  • Tukang Pijat Tampan   Iwan Gelap Mata

    Adit berjalan santai ke luar klinik setelah jam kerja berakhir. Hari itu cukup melelahkan, lebih tepatnya lelah di pikiran sebab ia tak mendapatkan klien selama seharian itu.Tetapi ia tetap merasa tenang. Ia hanya tak mendapatkan tips mungkin. Atau bonus yang hanya diperoleh dari banyaknya klien yang ia tangani. Namun tetap mendapatkan gaji tetap.Di titik itu, sebetulnya Ranu kepikiran saran Larasati; pindah tempat kerja, menjadi terapis di klinik lain. Namun ia tak mau menyerah begitu saja. Lagipula, ia belum lama bekerja. Jika tiba-tiba keluar, pengalaman kerjanya di tempat itu masih belum cukup valid untuk digunakan melamar di tempat lain.Di dekat pintu keluar, Tia sudah berdiri dengan senyum cerahnya."Adit! Pulang bareng, yuk?" sapanya riang.Adit tersenyum tipis. "Aku naik ojek, motorku masih di bengkel. Tadi pagi aku tinggal gitu aja!""Oh iya, aku lupa. Ya sudah, ayo kita pesan ojol aja!” kata Tia.“Kamu kenapa nggak bawa motor sendiri, Tia? Kayaknya sebelum ini kamu bawa m

  • Tukang Pijat Tampan   Peringatan Iwan

    Iwan masih duduk di meja bersama Anton dan Cindy, sesekali menyeruput es teh manisnya sambil melontarkan keluhan tentang Adit. Ia masih kesal karena Tia menolak tawarannya untuk diantar pulang kemarin sore."Gue nggak ngerti, kenapa Tia lebih milih Adit daripada gue?" Iwan menggerutu, mengaduk es teh di depannya dengan kasar.Anton terkekeh. "Bro, lo terlalu serius. Siapa tahu dia cuma kasihan sama Adit.""Iya, kan. Aku juga mikir gitu. Tia itu ramah dan baik orangnya. Apalagi Adit selalu ditindas Pak Rudi! Semua juga tahu soal itu. Dan nggak ada yang mau dekat dengan Adit karena takut sama Pak Rudy!” tambah Cindy, setengah bercanda. "Mungkin dia cuma baik doang."Iwan mendengus. "Kasihan gimana? Jelas-jelas beda! Kalau cuma kasihan, kenapa dia nolak gue buat anterin pulang? Nggak masuk akal, kan?"Namun, sebelum ada yang sempat menjawab, terdengar suara yang tidak asing.Iwan menoleh, dan seketika wajahnya menegang. Tia masuk bersama Adit. Mereka terlihat akrab, berbincang ringan sam

  • Tukang Pijat Tampan   Sedikit Rahasia Larasati

    Adit melangkah masuk ke dalam kafe, matanya langsung menangkap sosok Larasati yang duduk di dekat jendela besar. Wanita itu tampak santai dengan secangkir kopi di hadapannya, mengenakan blouse putih dengan rambut panjangnya yang tergerai. Begitu melihat Adit, ia tersenyum dan melambaikan tangan."Akhirnya datang juga," ujar Larasati saat Adit duduk di depannya."Macet, maaf kalau lama." Adit tersenyum ringan, meletakkan ponselnya di meja."Santai saja. Aku juga baru beberapa menit di sini. Mau pesan apa?" tanya Larasati sambil menyodorkan menu.Adit melihat sekilas daftar menu, lalu memutuskan, "Kopi hitam saja."Larasati mengangguk dan memanggil pelayan untuk memesan minuman Adit. Setelah itu, ia menatap lelaki itu dengan tatapan jahil. "Jadi, gimana kabarnya terapis muda kita? Ada cerita seru di tempat kerja?"Adit terkekeh. "Ada, tapi kebanyakan cerita sial. Motorku mogok tadi pagi, terus di tempat kerja juga dipersulit."“Dipersulit? Sama atasan?”“Ya. Supervisorku itu, sejak awal

  • Tukang Pijat Tampan   Janji Ketemuan Dengan Larasati

    Ia meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur, lalu membaringkan diri. Otaknya masih sibuk memikirkan banyak hal.Setelah beberapa menit menunggu, Adit melihat layar ponselnya menyala. Sebuah pesan dari Larasati muncul.Larasati: Adit? Tumben chat aku. Ada apa?Adit tersenyum kecil, lalu mengetik balasan.Adit: Nggak apa-apa. Pengen tanya kabar aja.Tak lama kemudian, layar ponselnya kembali menyala, tetapi kali ini dengan panggilan masuk dari Larasati. Adit terkejut sebentar sebelum buru-buru mengangkatnya."Halo?" suara Adit terdengar sedikit ragu."Hei, Adit! Kabarku baik. Kamu gimana?" suara Larasati terdengar renyah di seberang sana.“Aku baik kok. Kamu, nggak ada masalah lagi sama orang-orang waktu itu kan?” tanya Adit.Agak lama Larasati tidak menjawab. Namun ia kemudian bertanya, "Besok malam kamu ada waktu nggak? Aku mau ngajak kamu ketemuan.""Besok malam? Habis kerja?" Adit berpikir sejenak. "Bisa sih. Ketemuan di mana?""Aku tahu tempat yang asik buat ngobrol santai

  • Tukang Pijat Tampan   Kakek Tua Misterius

    Setelah selesai makan, Tia mengajak Adit mampir ke sebuah minimarket yang tak jauh dari warung kaki lima tempat mereka makan. "Aku mau beli beberapa barang sebentar, kamu ikut ke dalam atau tunggu di luar aja?" kata Tia sambil tersenyum."Oke, santai aja. Aku tunggu di sini," jawab Adit, menyandarkan tubuhnya ke motor dan mengeluarkan ponsel barunya, mengutak-atik fitur yang masih asing baginya. Semua itu terlalu membingungkan. Nanti ia ingin minta tolong Tia untuk mengajarinya. Tadi dia masih gengsi saat hendak bertanya di penjual HP.Saat Adit tengah sibuk dengan ponselnya, seorang pria tua berpakaian lusuh mendekatinya. Rambutnya berantakan, wajahnya penuh keriput, dan sorot matanya tampak tajam meski tubuhnya terlihat renta."Anak muda," panggil pria tua itu dengan suara serak.Adit mendongak, sedikit terkejut. Ia berpikir pria itu mungkin hanya seorang pengemis yang ingin meminta uang. Namun, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, pria tua itu melanjutkan, "Kau memiliki sesuatu ya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status