Jangan lupa tekan love, koment, follow dan buka kuncinya ya readers tersayang 😘
Gerimis turun di pagi ini, membawa angin yang sesekali bertiup, menyebabkan rinai hujan kadang meliuk mengenai jendela kaca, meninggalkan titik air yang enggan beranjak. Dengan daster sebatas paha tanpa lengan, Andira sibuk berkegiatan di dapur, walau hanya masak nasi dan membuat dua gelas teh hangat untuk sarapan mereka,sebab masih ada ayam semalam yang mereka beli untuk lauknya. Ayam yang rencananya akan dibawa ke desa untuk anak-anak mereka. Namun rencana yang telah dijalani separuh, harus putar haluan kembali. Sebab hujan yang mendera bumu dengan derasnya, cukup menghalangi pandangan magrib kemarin. Sesampai di masjid An-Nur batas kota, Mirwan menepikan mobil untuk menunaikan sembahyang magrib dan istirahat sejenak menunggu hujan agak mereda. Namun setelah selesai sembahyang pun, hujan hanya memelan sebentar, kemudian turun lebih deras dari sebelumnya. Jalanan yang cukup curam, tentu membuat khawatir jika melanjutkan perjalanan di malam hari. Lalu saat menunggu hujan mereda sejen
Bu Marwiah terus menangis di pelukan Andira. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus dari terakhir yang Andira lihat.“Maafkan mama Ra, maafkan Sakha sudah menyakiti kamu nak!” Ucap bu Marwiah terbata – bata.Netra Andira ikut berembun melihat kondisi mantan mertuanya itu. Sementara Sakha yang berdiri di seberang ranjang pasien hanya tertunduk sedih dengan hati yang dipenuhi penyesalan. Di seberang ada mantan istrinya yang tetap sudi datang menjenguk mamanya, mantan istri yang menjadi menantu kesayangan mamanya meski lama baru bisa memberi cucu. Mantan istri yang akan telaten merawat mamanya bila sakit ataupun lelah menjaga kios sembako milik mereka. Andiralah yang akan sigap menangani semua. Semua disadari Sakha setelah terlambat. Bahan sangat terlambat, seban Andira sekarang ada yang memiliki.Sekarang Andira tak datang sendiri. Hari ini Andira berdiri di depan Sakha bersama seorang pria yang tampak begitu menyayanginya, pria yang mampu meredam rasa cemburu pada mantan suami, istrinya. P
Bu Marwiah tadi sempat membuka matanya saat Andira dan Mirwan datang menjenguk bersama Zafian dan Irina. Sakha yang meminta Andira datang membawa Zafian, sebab kondisi bu Marwiah yang semakin menurun. Setelah didiagonasa oleh dokter, ternyata bu Marwiah mengalami komplikasi Hipertensi, jantung dan HB yang rendah. Bahkan Semalam sempat di transfusi darah satu kantong.Mirwan yang kebetulan bergolongan darah A sama dengan bu Marwiah, tadi ikut juga menyumbangkan darahnya juga satu kantong. Tak lupa Sakha mengucap terima kasih atas bantuan sukarelanya tadi.“Nenek kenapa ma?” tanya Zafian polos, saat melihat kondisi bu Marwiah, sang nenek yang terlihat makin kurus dengan selang infus menancap di tangan sebelah kanannya. Meski tak tinggal serumah, namun ingatan Zafian akan neneknya ini sangat jelas. Sebab beberapa kali, Andira dan Mirwan mengantarkan bocah ini untuk menginap bersama papa dan neneknya bila hari libur. Tentu saja, perlakuan Bu Marwiah yang begitu menyayangi cucunya ini,
Andira hanya tertunduk menahan sebak yang membuncah di dada. Berusaha menahan embun yang mengaca di netra coklatnya.berapa kebohongan lagi yang harus di dengarnya. Meski cukup lega namun luka jelas terjejas. Ingin marah pun sekarang tak ada guna, sebab dirinya sudah menjadi istri dari pria lain. Bukan lagi pria yang menyakiti dan mengkhianatinya sepanjang pernikahan pertama yang dijalani. Mata bening wanita berwajah teduh itu telah berkaca namun genggaman sang suami yang semakin erat memberikan kekuatan dan perasaan yang berusaha ikhlas.“Mengapa tak jujur dari dulu, Mas?” Andira menahan nyeri yang tiba-tiba menyerang. Bukan sebab ingin mengenang, namun yang namanya kenangan tetap akan tersisa. Apalagi kenangan yang meninggalkan luka.“Maafkan saya, Andira.” Sakha merapal nama mantan istrinya, dengan bibir yang berusaha menahan getar.Hening sejenak. Menjeda waktu. Berharapa kejujuran yang baru sekarang terungkap, dapat membalut luka yang mungkin hampir sembuh. Sebab tak ada luka peng
Apa yang diharapkan dari hubungan yang tidak di ridhohi Allah, hanya akan ada kesakitan di akhirnya. Apalagi hubungan yang sampai menyakiti manusia yang lain. Hubungan yang mencerai beraikan rumah tangga orang lain. Hubungan yang memisahkan anak dan orang tua. Namun begitu tetap saja ada manusia yang dengan tega melakukan semua itu, tanpa memikirkan rasa sakit yang ditimbulkan dari perbuatannya. Tak memikirkan bila apa yang dilakukannya akan berdampak dikemudian hari, bahkan orang – orang akan mengingat meski masa sudah lalu, taubat sudah terwujud, namun semesta tetap mengenang.__Semilir angin bertiup pelan, mengarak awan yang nampak kelabu di langit jingga sore ini. Musim penghujan yang belum usai sempurna, buat sore terkadang dilanda gerimis.Andira baru saja selesai menyimpan mukena di rak khusus mukena setelah selesai sholat azhar. Berjalan ke arah jendela, perbaiki tirai yang tertiup angin tadi saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.“Mas, ngagetin!” Ucap Andira sa
Lima tahun kemudian...Waktu berjalan begitu pantas bagi Andira dan orang-orang di sekitar hidupnya.Andira yang dulu diabaikan, menahan tangis karna lena panjang suaminya dengan masa lalu yang masih berserak, kini senyum terukir indah di wajah teduhnya tanpa rasa jumawa, disyukurinya hidupnya kini, suami yang baik dan penyayang, seorang putri yang cantik dan pintar. Meski hanya putri sambungnya namun Irina sangat sayang dan hormat pada dirinya bahkan terkadang manjanya melebihi adiknya. Malah Zafian justru semakin hari terlihat semakin cuek dan pendiam, mungkin karna anak laki – laki.Andira sudah tak mengajar di TK lagi, jarak yang lumayan jauh membuat Mirwan memintanya untuk resign, dan fokus untuk mengajar mengaji saja dan Andira patuh. Jumlah anak didik mengajinya yang semakin banyak cukup menyita perhatian dan tenaganya juga. Bahkan sekarang bukan hanya anak – anak usia sekolah saja yang diajar mengaji, ada juga ibu – ibu yang ikut les mengaji padanya. Andira yang sudah dibantu
Andira dan keluarga kecilnya begitu menikmati quality time keluarga mereka kali ini. Setelah menemani putrinya nonton selama hampir dua jam di studi 4 bioskop XXI, mereka menuju restoran fast food berlogo kakek tua berkacamata. Irina dan Zafian yang mengantri memesan makanan, ayah dan mamanya dibiarkan duduk. Andira dan Mirwan memilih duduk di kursi luar, menikmati angin sambil melihat orang – orang yang berlalu lalang dibawah sana.Mirwan mengingat restoran ini juga ambil andil dalam hubungannya dengan Andira, teringat saat dia melihat Andira dan mantan suaminya makan disini sementara Mirwan juga membelikan dua paket ayam untuk Zafian dan Irina, melihat kebersamaan Andira dan Papanya Zafian waktu itu tak menyurutkan niat Mirwan, pak guru ini yakin saja bila mamanya Zafian ini nanti bakalan jadi jodohnya, dan benar saja sudah lima tahun berlalu sekarang mereka duduk bersama sebagai suami istri.Mirwan menggenggam tangan Andira lalu mengecupnya.Andira berkerut alis dengan kelakuan sua
“Sebentar suster, tolong panggilan ibu Andira yang disana,” Ristia tak tahan lagi, dibuangnya rasa segan dan malu. Dia harus meminta maaf pada Andira. Rasanya kesialan dan kesusahan tak berhenti menghampirinya sejak menyakiti wanita baik ini. “Ibu yang mana, Bu?” suster berkacamata yang mendorong Ristia bertanya. “Yang diujung sana, suster.” Fardi yang menjawab. Biar saya yang kesana. “Bisa, Mas? Biar naik kursi roda saja, saya bantu dorong.” Suster yang rambutnya diikat rapi menawarkan agar Fardi naik kursi rda saja. Sebab khawatir juga bila pria ini ada luka, melihat darah yang banyak di bajunya. “Tidak apa, biar saya jalan saja.” Fardi pun sedikit tergesa, mendekati Andira dan keluarganya yang memandang ke arah mereka tadi. “Assalamualaikum Mbak, Mas.Maaf menganggu. Seperti yang Mbak Dira lihat, saya dan mbak Risti, sedang terkena musibah. Namun Mbak Risti ingin memohon maaf dari mbak Dira. Sekiranya mbak Dira sudi mendekat kesana dulu dan memberi maaf atas perbuatan mbak Ris
Sampai juga cerita Syamira mengenai kisah hidupnya yang berhubungan dengan Andira, mama sambung menantunya ini. Air mata Irina tadi jatuh saat mengetahui kejadian sebenarnya bertahun silam. Dulu yang ia ingat ia masih kecil saat guru mengajinya sudah bertambah menajdi dua, ada bunda Dira. Entah mengapa perasaanya selalu ingin dekat dengan bunda Dira saat itu.Meski akhirnya Andira menjadi ibu sambungnya, namun tak sekalipun Andira menceritakan pengalaman pahit hidupmnya pada anak-anaknya. Entah kepada ayahnya. Mungkin mama Andiranya menceritakan, sebab di awal-awal pernikahan mama Andira dan ayahnya, beberapa kali ia lihat wajah sembab Andira seperti habis menangis, dan pernah sekali ia melihatnya ayahnya memeluk, dan menenangkan mama Andira sewaktu petang di musim hujan beberapa tahun silam.Irina tak menyangka setega itu papa Sakha memperlakukan mamanya Andiranya dulu.Irina masih terisak di pembaringan saat Abian mendekati dirinya di pembaringan empuk mereka.“Sayang, sudah, kita d
Petang itu Syamira mengecek jumlah tabungannya, sudah diniatkan bersama suaminya insya Allah tahun depan dirinya akan mendaftar umroh bila tabungannya sudah cukup.“Assalamualaikum,” terdengar suara Hadi mengucap salam. Rupanya pria rupawan nan bijaksana itu baru saja pulang mengecek kesiapan panen hari rabu lusa.Syamira menyambut suaminya dengan senyum yang merekah, sudah 55 tahun namun tetap cantik dan ramping.Hadi masuk dan memeluk tubuh ramping milik istrinya itu.“Wangi, habis keramas ya,?”“ He em.”“ Tumben keramas sore, biasanya subuh.” Hadi menggoda Syamira sambil memainkan rambut istrinya.“Tadi siang ada yang bikin junub soalnya.” Syamira membalas guyonan suaminya itu sambil menyandarakan kepala di dada yang masih saja bidang meski sudah berumur.“Berapa kali dibikin junub tadi?” Hadi memeluk erat menghirup wangi shampo yang menguar dari rambut sepunggung istrinya.“Dua kali, sampe capek aku Mas.” Kata Syamira manja.Hadi terkekeh mendengar ucapan istrinya. Akhir – akhi
“Mas, aku marah lho kamu giniin aku,”. Nafia berusaha memukul dada suaminya yang tak berhenti menghentaknya dibawah sana. Bau alkohol yang tercium semakin menambah rasa muak Nafia.“Maaf sayang,” Arga menciumi wajah istrinya dengan tatapan bersalah. Sakha breng*sek, tadi memaksa Arga menemaninya minum. Rumah tangga kawannya itu sedang diujung tanduk. Istrinya meminta cerai saat dirinya ketahuan selingkuh. Berkali istrinya keguguran, berkali pula Sakha bermain api dengan wanita yang sama.Niatnya tadi Arga dan Rasyid menemui Sakha hendak memberikan pandangan agar mempertahankan rumah tangganya. Bukan apa – apa Andira, istri Sakha itu telah menjadi teman Nafia juga. Nafialah tempat dirinya mencurahkan kesedihan hatinya.Lalu mengapa dia tergoda menenggak minuman haram itu, entah dengan Rasyid, minum atau tidak. Sehabis minum satu kaleng bir, Arga bergegas pulang menemui istrinya.Dan inilah akibatnya, anti depresan dari alkohol yang ditenggak malah semakin menambah libidonya.Sial*n me
Arga dan Nafia bersiap bulan madu ke salah satu hotel di pinggiran kota yang terkenal dingin.Papa Dan mamanya memberikan hadiah amplop bulan madu untuk mereka berdua.Tak ingin jauh karna Arga hanya cuti seminggu dan Nafia mengambil cuti tahunannya.“Pulang nanti bawa cucu buat mama dan papa ya.” Syamira menggoda anak dan menantunya.Nafia yang sudah merona mendengar godaan mertuanya.Mereka semua mengantar pengantin baru itu ke depan, Kecuali Azlam dan Abyan.Azlam menemani Abyan mengecek motor ninja hitamnya yang sering mogok berapa hari ini.Pukul sembilan malam Azlam duduk di teras samping rumah, menghisap sebatang nikotin, hal yang dilakukan saat dia sedang memirikan masalah.Khamila yang melihat kakaknya duduk sendiri, mendapati rasa mengalah di wajah itu.Khamila mengerti.Rasa mungkin ada namun mau diapa bila jodoh tak ada.Didekatinya Azlam lalu duduk di sebelahnya.“Nanti kukenalkan pada temanku kak, Cemara namanya. Kerja sama aku di apotik.”“apaan sih kamu dek.”“kenalan
“Kasi tahu aku nomor telepon orang tua kakak, biar kuhubungi please.” Azlam panik melihat korbannya seorang wanita berseragam salah satu apotik dua puluh empat jam itu.“Nggak usah dek, kakak nggak apa – apa, ini cukup diperban dan minum obat anti nyeri, nanti lukanya akan sembuh.”“Kamu juga harus diobati, kamu juga terluka.” Pelan suara gadis ini.Bisa – bisanya gadis ini mengkhawatirkan penabraknya, padahal yang jadi korban adalah dirinya.“Ku telepon mama dan papa dulu.” Ucap Azlam cepat, lalu segera keluar menghubungi nomor mamanya.Gadis itu mengangguk saat Azlam mengambil ponsel dan keluar menelpon orang tuanya.Efek dari obat yang diminum tadi membuat gadis itu mengantuk lalu tertidur tanpa menyadari kalau orang tua yang menabraknya sudah berdiri di samping brankarnya.Dan seseorang yang kerap menganggu mimpinya pun ada di dalam kamar itu.Ya dia adalah Nafia, gadis yang dicari Arga selama ini, gadis yang kerap mengganggu mimpinya.Alam begitu baik, bekerja untuk manusia – man
Bab. 56Rembulan berlaluHati masih bertaluBaru kusadariAku kiniKehilanganmuSebait lagu terdengar dari ponsel pintar seorang pemuda tanggung yang baru saja lulus Sekolah Menengah atas.Entah mengapa dia merasa kehilangan gadis polos nan pendiam yang dulu merawatnya sewaktu terluka saat latihan basket di Sekolah Menengah Pertama.Dia merindukannya meski beberapa tahun telah berlalu, dan usia mereka bukan lagi tiga belas tahun.Mungkin rupa pun ada perubahan.Arga.Putra sambung Syamira ini tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan rupawan dengan tubuh tinggi yang terjaga.Tentu banyak gadis di sekolahnya yang menggilainya, namun satupun gadis – gadis berpenampilan modern itu yang nyantol di hatinya.Dia mencari gadis sederhana dengan baju kedodoran dengan rambut panjang dikuncir kuda, atau mungkin tak lagi dikuncir, mungkin dipotong pendek, memakai jepitan rambut atau....mungkin telah tertutup hijab rambut itu.Tiga tahun lalu Syamira melahirkan seorang bayi laki – laki dengan jalan ope
“Mas udah dong,” pinta Syamira lirih saat untuk kali kedua di tengah malam ini meminta menuntaskan hasrat.Syamira tak keberatan karna memang kewajibannya sebagai istri tak boleh mengabaikan penyaluran birahi suaminya. Apalagi usia empat puluh begini, semangat laki – laki kembali seperti usia dua puluhan.Namun durasi yang kedua ini membuatnya lelah. Sungguh perkasa suaminya ini.“Mas...” Syamira kewalahan.“Ahh bentar sayang,” Hadi melanjutkan hentakannya. Bulir peluh mereka menyatu di tengah malam yang dingin itu.Syamira yang merasa gemas dengan tingkah suaminya, bermaksud menggoda suaminya, di usapnya dada dan jarinya bermain di puncak dada itu.Hadi menggeram menahan nikmat karna perlakuan Syamira barusan.Hingga satu hentakan terakhir yang begitu kuat mengakhiri pengejaran cintanya malam ini.Hadi mengusap peluh di dahi istrinya lalu mengecup dengan mesra, setelah mencapai tepian hasratnya. Selalu begitu, memperlakukan istrinya dengan sayang, menanyai istrinya sudah cukup atau
“Tahan bentar ya, lukamu harus diobati dulu,” seorang gadis berseragam putih biru yang sedang piket di ruang UKS sedang mengambil obat merah dan alkohol.Arga sesekali mencuri pandang pada gadis dengan nametag Nafia Almayra, rambut panjangnya dikucir kuda dengan jepitan di bagian poni semakin mempermanis wajahnya.“Ssshh.” Arga meringis menahan perih saat gadis bernama Nafia itu membersihkan lukanya dengan alkohol.“Kalau perih bilang ya, aku akan pelan – pelan bersihinnya.”“Iya ini perih banget.”“Sabar, nanti boleh ke rumah sakit habis ini.” Telaten Nafia membersihkan luka Arga.Arga menatap wajah Nafia saat gadis itu hendak membalut lukanya dengan perban. Sesaat tatapan mereka bersirobok. Arga merasakan ada yang lain di hatinya, entah apa itu.Nafia memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.“Kamu sendiri ya, yang lain mana?” Arga bertanya karna tak melihat petugas piket yang lain.“Iya, aku sama Isma sebenarnya anak kelas 7.B, Cuma dia lagi ulangan mate-matika hari ini.“Ou
Braakk!...Hadi membanting meja tepat di depan Siska.“Apa maksud kamu mengirim gambar saya dan mbak Ria ke istri saya?.” Hadi membentak Siska tepat di saat ayahnya datang hendak menyambutnya. Dikiranya Hadi ada perlu dengan beliau.Hadi sengaja datang ke rumah orang tua Siska untuk memberi pelajaran pada perempuan rese itu.“Ga..gambar apa mas?, jangan sembarangan kamu nuduh aku.”“Oh enggak mau ngaku rupanya, apa perlu saya bawa ponsel istri saya dan tunjukin chat kamu yang kurang ajar itu.” Wajah hadi memerah dan tegas berucap.Entah bagaimana Siska ini, saat Hadi semarah ini pun dia masih kagum. Dilihat ketegasan di wajah pria itu, punya prinsip dan penyayang di waktu yang bersamaan. Sifat Hadi ini juga yang membuat dia tergila – gila, padahal sedikitpun Hadi tak pernah meresponnya. Bukan Hadi tak menyadari kalau Siska menyimpan rasa untuknya, namun sepak terjang Siska di luar sana diketahuinya. Dia ingat pernah melihat Siska jalan bersama pak Broto masuk ke hotel tempat Hadi meet