Untuk sesaat, Nio tidak mengerti. Sampai dia melihat empat wanita cantik yang dipimpin oleh Hanny, Nio langsung mendapat pencerahan.Ternyata akar permasalahannya ada di sini. Sepertinya Tuan Muda Javian ingin menunjukkan diri di depan beberapa wanita cantik.Karena seperti itu, Nio sedikit berpikir dan mencoba mengajukan tawaran harga.“20 miliar!” Meskipun begitu, semua orang yang berada di depan pintu tetap terkejut.“Cuma sebuah kalung jelek seperti ini, ternyata harganya 20 miliar. Apa Nio sudah gila?” “Benar. Dia jelas-jelas tahu bahwa ini adalah tuan muda Keluarga Caksana, ternyata dia masih berani membuka harga setinggi itu. Mungkin sebentar lagi Javian akan marah.” Semua orang langsung memberi komentar.Namun tidak disangka, Javian tidak marah, malah dengan murah hati berkata, “Baiklah, 20 miliar ya 20 miliar, saya ambil.” Saat itu, Hanny yang sejak tadi tidak berbicara tiba-tiba mengeluarkan suara.“Bos, kalung ini harganya 20 miliar, ‘kan? Saya tambahkan 2 miliar, jadi 2
Bagi semua orang, kejujuran Hanny seperti petir yang mengguncang dunia.“Apa? Apa yang baru saja wanita cantik itu ucapkan? Saya tidak salah dengar, ‘kan?” “Kamu tidak salah dengar. Dia baru saja mengatakan bahwa Javian tidak layak untuk mengetahui namanya. Itu adalah Javian, tuan muda dari Keluarga Caksana, salah satu dari delapan keluarga konglomerat di Kioto. Di mata wanita ini, dia benar-benar diabaikan. Wanita-wanita ini, sebenarnya memiliki latar belakang seperti apa?” Orang-orang kembali terkejut dan tidak bisa berkata-kata.Terutama Nio, saat ini dia baru menyadari bahwa Javian, yang sebelumnya dia sembah-sembahkan, di mata keempat wanita cantik ini, tidak berbeda dengan orang biasa.Berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun telah mengasah ketajaman penglihatannya.Nio menyadari bahwa tidak hanya wanita yang berbicara, bahkan ketiga wanita di belakangnya pun tidak menunjukkan perubahan ekspresi setelah mendengar ucapan wanita yang memimpin.Nio segera membuat penilai
“Nona Hanny, mau ke mana? Aku akan mengantarmu.”Entah dari mana datangnya keberanian Javian, dia berbicara sambil mengulurkan tangannya ke arah tangan Hanny yang halus dan berusaha untuk menggandengnya.Hanny menggeser tubuhnya untuk menghindar.“Apa yang ingin kamu lakukan?” “Hehe, melakukan apa? Tentu saja saya akan mengantar Nona Hanny pulang. Bukan hanya kamu, kalian semua, juga akan saya antar.”Melihat Hanny dengan mudah menghindar dari tangannya, Javian tidak peduli dan sekali lagi mengulurkan tangan yang tidak senonoh.“Apakah kau sudah gila? Di siang bolong begini, dengan prilakukmu yang seperti ini, aku bisa melaporkanmu atas tindakan cabul!”Hanny sekali lagi menghindar dan berbicara dengan dingin.“Melaporkan aku? Sepertinya kamu masih belum mengerti bobot kata Keluarga Caksana di Kioto. Di Kioto, siapa yang berani mengurusku, Javian!” kata Javian dengan angkuh.Melihat Hanny menghindar sekali lagi, Javian yang bodoh sekalipun tahu bahwa wanita ini memiliki sedikit ketera
Mendengar Frandy dan Irene memanggil mereka seperti itu, Ria tidak masalah, karena dia sudah terbiasa dengan panggilan yang lebih akrab.Namun, ketiga wanita lainnya, baik Chyntia, Ilona, maupun Hanny, di wajah mereka muncul rona merah yang terlihat jelas.David segera berkata, “Kakak-kakakku, tidak perlu mempedulikan mereka berdua. Mereka memang sudah terbiasa berbicara sembarangan. Ayo naik ke mobil dulu.” “Mm.” Ketiga wanita itu tidak menolak, tetapi mereka semua berebut menuju mobil yang berada di belakang.“Berhenti!” Sebuah teriakan dingin membuat David berhenti melangkah dan satu sosok terlihat menghadang di depan Hanny.David melirik, lalu mendekat ke sisi Hanny.“Kakak Ketiga, kamu mengenalnya?” “Tidak.” Hanny menjawab dengan meringis, menandakan bahwa dia sama sekali tidak mengenalnya. “Kalau begitu, tidak perlu dipedulikan. Ayo naik ke mobil.” David berbicara sambil meraih tangan Hanny, membantunya membuka pintu mobil sekaligus memberikan bantuan.Javian melihat diriny
“Siapa kamu?” tanya Javian secara spontan.“Aku bernama David Cokro.” David awalnya mengira bahwa sebagai anggota Keluarga Caksana di Kioto, Javian setidaknya juga sudah pernah mendengar tentang dirinya. Setelah tahu itu adalah dirinya, dia pasti akan sedikit menahan diri.Namun tidak disangka, setelah dia menyebutkan namanya, Javian malah tertawa terbahak-bahak.“Aku tidak peduli siapa kamu, hanya seorang pria yang mengandalkan penampilan, bahkan berani mengungkapkan namamu di hadapanku. Kamu sangat angkuh. Tapi sayangnya, di hadapanku, tidak ada kesempatan bagimu untuk menjadi angkuh. Kamu ....” Javian masih terus berbicara.Dia sama sekali tidak menyadari bahwa raut wajah pria tua yang awalnya berdiri di belakangnya berubah drastis setelah mendengar nama David dan tampak seperti ketakutan.Ternyata dia adalah David, orang mengandalkan kekuatannya sendiri untuk menghancurkan Keluarga Cempaka!Di kalangan keluarga kaya di Kioto, nama David telah menjadi sebuah tabu, terutama bagi me
“Ya, ayo pergi.” Setelah tertegun sejenak, Chyntia, Ilona dan Hanny sudah naik ke mobil yang terakhir.Melihat hal itu, Ria justru berinisiatif untuk maju dan meraih tangan dengan santai.“Kerikil Kecil, kita duduk berdua, ya.” “Hmm.” Sambil mengangguk ringan dan duduk di mobil bagian depan.“Ayo jalan.” Melihat Frandy yang masih tertegun memandangnya, terpaksa mengucapkan satu kalimat lagi. “Baik, Guru.” Begitu Frandy menginjak pedal gas, mobil SUV hitam itu melaju seperti binatang buas yang mengamuk.Di dalam bandara Kioto, begitu turun dari pesawat, Melinda mengambil bagasinya dan segera melihat David yang sedang menunggu. Di samping David, terdapat empat wanita cantik.“Kakak Keenam, di sini!” Sebelum David sempat berbicara, Ria sudah memanggil dengan lantang.Sebenarnya, meskipun Ria tidak berteriak, sejak awal Melinda sudah melihatnya.Dia mempercepat langkahnya dan mendekat.Karena khawatir Melinda akan merasa canggung bertemu dengan keempat kakak yang lain untuk pertama kal
Di dalam Kediaman Raja Jaya, terdengar suara tawa dan canda. Lima saudari berkumpul, suasananya sangat meriah. David juga menikmati momen itu. Saat ini, keenamnya sedang berada di halaman, menikmati makanan khas yang dibawa oleh Melinda sambil berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing.Dimulai dari kakak ketiga, Hanny, dia menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Dokter Ajaib Lishan dan diangkat sebagai murid yang diajar secara langsung, lalu bagaimana keterampilannya meningkat dan dia dapat menyelamatkan pasien, hingga akhirnya bertemu dengan David, adik laki-lakinya ini dan bagaimana mereka saling mengenali. Semua detil diceritakan dengan sangat jelas.“Jadi, seandainya tidak kebetulan Adik Ketujuh kehilangan ingatan, Kakak Ketiga, kamu sama sekali tidak akan mengenali kami, ya?” Setelah mendengarnya, Ilona menghela napas penuh perasaan.“Benar, ini semua hanya permainan takdir. Sudah, aku sudah selesai bercerita. Sekarang giliranmu, Adik Keempat,” kata Hanny, menyerahkan pem
“Pengalamanku juga cukup sederhana. Dalam kebakaran panti asuhan, aku diselamatkan oleh seorang pria tua. Setelah itu, aku mengikuti pria tua itu untuk berlatih. Setelah kemampuanku membuahkan hasil, aku keluar untuk membalas dendam kepala panti asuhan dan yang lainnya, mengikuti petunjuk hingga sampai ke Kioto selangkah demi selangkah. Begitulah ceritanya.”David mengangkat kedua tangannya, menandakan bahwa dia sudah selesai berbicara.“Ini saja? Tidak ada lagi? Kerikil Kecil, apakah kamu menganggap kami sebagai orang luar dan tidak mau memberitahu kami kebenarannya?” kata Hanny dengan cepat.Melihat setelah sebelumnya mereka saling berkomunikasi secara diam-diam dan berusaha memancing David untuk mengungkapkan kebenaran, tetapi ternyata David hanya menjawab dengan sepatah dua kata, semua orang merasakan seolah-olah rencana mereka gagal.“Kerikil Kecil, jika kamu tidak mengatakannya, kami juga sudah tahu. Bahkan kami tahu bahwa Keluarga Cokro yang merupakan salah satu dari Delapan Kel