Aku menghempas kan tubuhku di ranjang, capek juga..aku menoleh pada mas Dimas yang sepertinya sudah tidur dari tadi.Aku tersenyum dan masih bisa merasakan kebahagiaan Mela saat Egi menyarungkan cincin di jari manisnya. Ia bahkan tak henti-hentinya bibirnya membentuk senyuman. โSemoga Mela dan Egi bisa melanjutkan ke jenjang pernikahan, โ gumamku. Mas Dimas terbangun, saat aku merebahkan tubuhku di samping mas Dimas. โUdah pulang sayang?? โtanya Mas Dimas dengan suara serak. โIya Mas, udah. Tadi Mela dan keluarga nya nanyak kamu, โ ungkapku. โKamu bilang apa? โโAku bilang saja kamu sakit,โ Jawabku. Kemudian mas Dimas menanyakan bagaimana acara pertunangan Egi dan Mela. โMereka sangat bahagia, begitu juga kedua keluarga mereka. Semua mendesak agar Egi dan Mela yang perlu lama-lama bertunangan, โ ucapku sambil tersenyum. โEgi bagaimana? โtanya Mas Dimas. โBagaimana apanya?? โโYah, apa dia juga terlihat bahagia seperti Mela atau bagaimana? โ Aku mengernyit kan dahiku saat mende
Aku menangis sejadinya, tak menyangka ternyata Egi dan Mas Dimas menjalin hubungan. Aku menangis dan meraung-raung hingga rasanya dada ini terasa sesak. Rasanya aku kesulitan bernafas dan hendak berteriak sekerasnya. Namun suara itu hanya tercekat di tenggorokan. โSayang... Sayang... Naya... !!โSayup-sayup aku mendengar suara Mas Dimas dan aku merasa ada yang menepuk-nepuk pipiku. Aku membuka mata perlahan dan melihat ada Mas Dimas yang terlihat sangat Khawatir di depan wajahku. โNaya kamu mimpi, bangun, kamu udah bangun kan?? โ tanya Mas Dimas lagi. Aku mengangguk dalam kebingungan. Melihat ke kiri dan ke kanan. Ternyata aku tidur di atas sofa di ruang TV. โEgi mana? โ tanyaku sambil mengusap sisa air mata di pipi. โEgi? Tak ada Egi di rumah ini, kamu pulang kerja, terus tiba-tiba kamu tertidur di sini. Saat aku sedang mandi tiba-tiba kamu teriak dan Nangis-nangis,โ Jawab Mas Dimas menjelaskan. โBenaran?? โ tanyaku. โIya, aku sampai kaget lho. kamu mimpi apa? Kok sampai segit
Aku tiba di depan rumah Egi yang tampak sunyi, namun ada mobil Mas Dimas di depan rumah itu. Untuk apa Mas Dimas berkunjung ke rumah Egi? Apa yang mereka lakukan? Bermain game? Atau... Gegas aku turun dari mobil, aku merasa kakiku tak berpijak di tanah, tubuhku gemetaran dan tanganku dingin. Aku mengatur nafas dan berusaha untuk tenang. Kemudian masuk ke rumah Egi, kebetulan pintu rumahnya tak dikunci. Aku masih berharap mereka hanya sekedar bermain game sambil makan kuaci atau hanya sekedar bercengkerama sambil merokok. Pintu utama terbuka, aku menutup nya kembali dengan perlahan. Aku menuju ruangan tengah, tak ada siapa pun. Rumah besar ini terasa sangat sunyi apa lagi penghuninya hanya Egi saja. Aku kembali mencari keberadaan Mas Dimas di ruangan yang lain namun mereka tak ada. โApa mungkin mereka berada di kamar?? โ gumamku. Sambil melirik pintu kamar. โYa Allah.. Apa mimpi beberapa hari yang lalu akan menjadi kenyataan?โ Aku berdiri di depan pintu kamar Egi, mengambil ponsel
Aku bisa melihat laki-laki itu melambaikan tangan nya padaku. Entah mau apa lelaki itu aku tak tahu. Akhirnya aku bisa bernafas lega, Setidaknya aku selamat dari pria yang mencurigakan itu. Gegas aku mencari penginapan terdekat karena aku sangat lelah dan ingin beristirahat. Menenangkan diri sejenak, berharap ini hanya lah mimpi. Walaupun sebenarnya aku tahu, mungkin hubungan ini tak bisa bertahan. Esok harinya, aku baru membuka ponselku dan ternyata banyak pesan dan panggilan dari Mas Dimas. Aku menghapus pesan mas Dimas tanpa membacanya. Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari Mela. Sahabatku, baru saja aku akan meneleponnya dia sudah meneleponku duluan. Kebetulan sekali. โYa Mel..waalaikumsalam.โ โLo kok nggak masuk kerja?? โ tanya Mela di ujung sana. โAku kurang sehat Mel. Baru aja aku mau telepon kamu tadi.โ โLo udah minta izin sama Bos? โ tanya Mela cemas. โUdah, syukurlah aku diizinkan libur sehari oleh Bos.โ โYa udah nanti pulang kerja gue mampir ke rum
Kami duduk bertiga di ruang tengah, Mas Dimas duduk bersebelahan dengan Egi. Mereka seperti sepasang kekasih yang saling cinta dan tak bisa lepas satu sama lain, kesepakatan apa lagi yang ingin ia buat denganku? Tiba-tiba saja aku ingat saat Mela bilang di hotel saat itu, ia seperti mengenal teman lelaki Mas Dimas. โApa lagi yang ingin kamu jelaskan Mas, rasanya semua sudah jelas kan?? โ tanyaku sinis. โBukan begitu Nay... โ mas Dimas melihat ke arah Egi. โIni demi Abah,โ ucapnya. Aku tahu Mas Dimas takut jika aku mengatakan rahasia ini pada keluarga nya. Selain di keluarkan dari kartu keluarga ia juga akan membuat Abah Shock karena hal ini. โLantas? โ tanyaku lagi dengan nada dingin. Ia kembali menoleh pada Egi. Egi menganggguk meyakinkan Mas Dimas untuk bicara. โMengenai hal ini aku mohon jangan beri tahu keluarga ku, aku hanya minta satu hal ini saja dari kamu, โ ucap Mas Dimas. Aku diam dan membuang tatapanku ke arah lain. โJadi kali ini aku ingin jujur padamu Naya..
Pagi harinya aku bangun seperti biasa menyiapkan sarapan untuk Mas Dimas. Walaupun sebenarnya hati ini hancur berkeping-keping, karena Mas Dimas tak bisa meninggalkan pacarnya Egi. Ini kenyataan yang harus aku hadapi dan aku tak bisa lagi bertahan dengan Mas Dimas. Walaupun aku tahu rasa cinta ini masih ada tersimpan jauh di lubuk hatiku. Sekarang aku sedang mengumpulkan bukti untuk berpisah dari Mas Dimas, agar proses perceraian ini tak berlarut-larut.Aku menata menu sarapan di atas meja dan menyiapkan kopi pagi untuk Mas Dimas. Mas Dimas tiba dan sudah berpakaian rapi ia memberikan aku senyuman terbaiknya. โPagi sayang.. โ ucap Mas Dimas sambil mengecup pipiku sekilas. Aku hanya membalas senyuman Mas Dimas sekilas. Kemudian duduk dan sarapan tanpa bersuara. โTerima kasih Naya.. Kamu sudah mengerti aku, kamu juga bisa menerima aku apa adanya seperti ini, โ ucap Mas Dimas sambil tersenyum. โYa.โ Aku hanya membalas Mas Dimas singkat. โSemua akan berjalan normal seperti biasa, ak
Bukti-bukti CCTV juga sudah aku kantongi, walau pun tak ada adegan terlarang yang terekam, namun kedekatan mereka saat bermain game dan bersama memang agak terlihat janggal. Mereka sering berpegangan tangan dan juga saling tatap seperti orang yang sedang jatuh cinta. Hari ini, Aku dan Mela duduk di kantin kantor, berita putusnya hubungan Mela dan Egi cepat menyebar. Walaupun mereka tak tahu dengan jelas apa penyebab Mela dan Egi putus. โMamanya Shock Nay.. aku harus jujur saat mereka tanya kenapa aku memutuskan pertunangan itu. Aku harus mengorbankan rasa malu dan rasa cintaku juga. โโJadi bagaimana hubungan mu dengan Egi? โ tanyaku penasaran. โGue tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Egi. Berusaha untuk tegar dan move on. Gue belajar dari rumah tangga lo Nay, lihat Mas Dimas katanya dia sudah berubah, namun sampai sekarang dia tak akan bisa melepas kesenangan sesaat nya itu. Gue rasa itu berlaku juga pada Egi, โ ungkap Mela. โYahh... Memang harus begitu, aku juga sudah sampa
โMas jangan berani macam-macam Mas. Aku tidak mau disentuh olehmu lagi.โ Pintaku memohon sambil mengarahkan kedua telapak tanganku padanya. Aku melirik 'rudal' Mas Dimas yang sudah berdiri tegak, berarti Mas Dimas memang tak bernafsu pada perempuan. Lihat, saat Mas Dimas bersama Egi, miliknya berfungsi dengan baik. โTolong! Tolong! โ Aku berteriak minta tolong. Berharap ada yang mendengar ku walaupun aku tahu jika hal ini mustahil. Mas Dimas tertawa kecil. Dulu, dulu sekali aku sangat menginginkan disentuh oleh Mas Dimas, namun sekarang aku jijik disentuh olehnya. โNaya... Naya aku ini suami kamu! Kenapa harus minta tolong sih?? kayak siapa aja. Lagian siapa yang bisa mendengar kamu di sini, โ ungkap Mas Dimas. Ia terus mendekatiku dan aku mundur perlahan ke beberapa langkah hingga tubuhku mentok di dinding kamar. Mas Dimas mendekatkan wajahnya padaku, ia hendak menciummu, gegas aku menghindar dengan memalingkan wajahku darinya. โNaya.. Ayolah, kamu ingin anak kan?! โ โTi
Aku kaget saat Zayn tiba-tiba bersikap seperti pasanganku dan membelaku. Bukannya aku tersanjung tapi aku merasa risih karenanya. โZayn?? โ โJangan salahkan Naya Ma, dia nggak salah, aku yang terlalu mengharapkan Naya. Bukan dia yang mendekati aku, โ ucap Zayn membelaku. โTerserah siapa yang mendekati siapa, tapi Mama tidak setuju jika kamu ingin bersama dia. Bebet, bobotnya nggak jelas tiba-tiba mau dijadikan istri. Jangan seperti dia karyawan baru entah dari mana asalnya tiba-tiba mau jadi menantu, โ ungkap Bu Eva. Darahku mendidih saat Bu Eva merendahkan aku seperti itu, seolah aku ini adalah pengemis cinta Zayn. โBu Eva saya memang karyawan baru di sini. Saya juga tidak bersedia dijadikan istri oleh anak ibu, apa lagi menjadi menantu ibu,โ ucapku. Zayn panik karena aku terlalu berani untuk melawan mamanya. Aku tak takut jika aku benar, aku bukan wanita murahan yang gampang jatuh cinta. โBerani nya kamu,โ ucap Bu Eva sambil mengepalkan tangannya kesal. Aku mendekati B
Aku menunggu jawaban dari Barra, namun saat aku akan mengalihkan panggilan vedio, tiba saja dia berseru, โNaya.. Nanti aku telpon lagi mendadak aku mulas nih! โMendadak panggilan terputus, Barra agak mencurigakan kali ini, aku yakin sepertinya Barra dan Keivandra itu adalah orang yang sama. Aku hanya bisa menghela nafas. โSepertinya aku harus mencari tahu tentang hal ini, โ ungkapku dalam hati. Hari berlalu, Pak Zayn kini terang-terangan menunjukkan perasaan nya padaku. Ia selalu menghubungiku dan memberikan perhatian lebih dari seorang karyawan dan atasan. Teror demi teror aku Terima, entah itu secara langsung atau melalui telepon. Pagi ini aku datang lebih cepat ke kantor, rencananya ingin menemui Pak Zayn. Aku ingin agar dia bersikap bisa saja baik itu di kantor atau di luar kantor. Namun saat kemarin aku meminta untuk menjauhiku Pak Zayn mengatakan hal yang membuat aku tak percaya.โAku nggak bisa Nay.. Aku jatuh cinta saat melihat mu pada pandangan pertama, saat kamu masuk
โOh ini rupanya anak baru yang diajak makan oleh Zayn?? โ Ucap seorang wanita cantik, dia Katerina. Ia sedang memoles bibirnya dengan lipstik. โMaaf.. โ ucapku sambil tersenyum. Kemudian ia menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arahku. โNggak usah sok lugu lah, kamu kan orangnya? Kamu kan yang sudah mendekati Zayn?โ ungkap wanita itu dengan mata melotot. Aku tersenyum dan berusaha untuk tenang, sepertinya kabar aku makan bersama Pak Zayn sudah tersebar. Pantes saja Gaby yang satu ruangan denganku, agak sedikit memperlihatkan raut wajah masam padaku.โKalau yang diajak makan oleh Pak Zayn memang saya, tapi kalau saya mendekati Pak Zayn itu tidak benar, Mbak.. Katerina, โ ucapku tegas. Bisa-bisanya aku mendapatkan masalah seperti ini, sementara aku tak tertarik sedikit pun untuk mendekati Pak Zayn. โDasar munafik, tak ada satu orang pun yang tak suka pada Pak Zayn. Bohong! Apa lagi kamu yang Cuma karyawan biasa di sini. Pakai pelet apa kamu tiba-tiba Pak Zayn apa kamu, ha??โAku
Aku menunggu ponselnya berdering. Namun hingga beberapa saya lamanya menunggu, tak ada bunyi dering yang berasal dari ponsel nya. Aku kembali menghubungi nomor Barra tapi tetap saja tak diangkat namun Kay yang ada di depanku juga terlihat santai dan ponselnya juga tak berdering. โKenapa melihat saya terus? โ tanyanya. Aku kaget dan hampir saja ponselku terjatuh ke lantai. โEh, eh maaf... pak., โ ucapku agak kikuk dan segera memutar tubuhku agar tak menghadap ke arah Kay. โKenapa? โ tanyanya lagi dingin sambil terus menatap layar ponsel nya. โEm, saya pikir Bapak mirip seseorang, teman saya, โ ungkapku. โOh ya? Jadi karena itu kamu terus memperhatikan saya? โ tanyanya. โI-iya Pak! โjawabku lagi agak kikuk. โEm.. Boleh saya bertanya? โ tanyaku hati-hati. โYa.โ Ia mengangkat kepalanya dan menatapku lama. Sorot mata itu, persis seperti Barra. Sangat mirip. โApa kah Pak Kay punya suadara kembar?โ tahyaku penasaran. โTidak.โ Aku mengangguk-angguk mengerti. Sepertinya Kay memang ta
Ah, untuk apa pusing memikirkan urusan petinggi-petinggi perusahaan ini, toh aku hanya karyawan biasa, karyawan baru pula. Aku juga belum terlalu paham tentang masalah internal perusahaan ini. Lagi pula siapa yang akan menggantikan Pak Wijaya tak menjadi masalah bagiku. Yang paling penting adalah bekerja dengan baik, hitung-hitung bisa jadi pegawai terbaik, siapa tahu akhir tahun dapat bonus. Pikirku sambil tersenyum. โHai.. Senyum-senyum aja, nggak lapar?? โ Tiba-tiba Mbak Maya menepuk pundakku sehingga membuat aku kaget dan terlonjak. โYa Allah Mbak Maya aku sampai kaget lho.. โ Mbak Maya dan Eli tertawa geli melihat aku kaget dan memekik. โLagi mikirin Pak Zayn ya.. Jangan dek ya.. Jangan ..Mamanya seram, lagi pula si centil Katerina itu memang naksir berat sama Zayn. Kemudian di ruangan ini, tuh si Gaby juga naksir banget sama Pak Zayn, banyak saingan..โ ungkap Mbak Maya sambil menujuk ke arah Gaby yang memang cantik dan stylish. Aku tertawa lebar. โEnggaklah Mbak, ngapain mi
Aku menganggukkan kepalaku dan masuk ke dalam, menutup pintu ruangan dengan pelan dan kemudian berdiri di dekat sofa mereka duduk. Pak Zayn melihat ke arahku dan tersenyum. โDuduk aja, nggak apa-apa, โ ungkapnya. Aku duduk di sofa di antara mereka berdua dengan perasaan canggung yang amat sangat. Mereka kembali melanjutkan perbincangan. Aku hanya duduk diam dan menunggu Pak Zayn selesai bicara. โSeharusnya kamu segera mundur dan sadar diri. Kami tidak menerima yang bukan anggota keluarga, โ ungkap Pak Zayn. โYa, aku tahu dan cukup sadar diri. Kamu nggak usah memberitahu aku, Zayn. โ Aku kaget saat mendengar suara itu, suara itu persis seperti suara Barra. Tak ada bedanya. โBagus kalau kamu sadar. Biar aku dan Axel saja yang bersaing untuk mendapatkan perhatian dari kakek, aku harap kamu mendukungku, Kay. โ ungkap Pak Zayn. โPasti! โ Nah.. Benar namanya bukan Barra tapi Kay. Jadi dugaanku ternyata memang salah. Mengetahui nama pria yang agak mirip Barra ini membuat aku sed
Ah.. Mungkinkah pria itu adalah... Tapi tak mungkin, ia sangat rapi dan tak ada kumis maupun jambang di bagian wajahnya. Ia juga tak memakai pakaian preman nya saat setiap kali bertemu denganku. Entah kenapa tiba-tiba aku ingat pada Barra. Sudah begitu lama aku tak mendengar kabar dari Barra. Apa lagi bertemu dengan nya secara langsung. Tak mungkin Barra tiba-tiba bisa berubah Sedrastis itu. Pak Wijaya berdiri dengan tegap di tengah-tengah para karyawan dan juga orang-orang kepercayaannya yang ada di sekitarnya. Ia masih tampak gagah walau pun umurnya sudah tak lagi muda. โSelamat pagi. Senang bisa bertemu dengan kalian semua. Terima kasih karena kalian semua telah mendedikasikan diri kalian di perusahaan Wijaya grup. Saya menghargai kerja keras kalian.โ โSelamat datang untuk karyawan baru yang telah bergabung di tahun ini, berikan yang terbaik untuk perusahaan ini. โ Aku mendengar kan pidato dan arahan ketua Wijaya grup ini dengan saksama. Ia begitu berwibawa saat bicara di depan
Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar aku membuatku merasa lebih hidup dan merasakan hangatnya sinar mentari. Aku meregangkan tubuhku dan mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang masuk ke dalam paru-paruku.Aku melihat sekeliling kamar dan merasa bersyukur atas semua yang aku miliki. Kamar yang sederhana namun nyaman, tempat tidur yang empuk, dan jendela yang menghadap ke taman yang hijau. Aku juga bersyukur bisa berkumpul lagu dengan kedua orang tuaku, walaupun aku harus berpisah dengan pasangan hidupku. Semua ini membuatku merasa lebih baik dan lebih bersemangat untuk menghadapi hari ini. Dari pada saat bersama Mas Dimas, hidup dengan orang yang tak pernah mau menghargai aku. Aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Aku membuka jendela dan merasakan angin pagi yang sejuk. Aku jadi ingat masa kecil dulu, aku belum berani tidur sendirian karena takut ada yang mengintip dari jendela, mam
Masih teringat tragedi aku terjatuh di depan lift di kantor Wijaya group. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan bagiku. Rasanya aku tidak ingin muncul lagi di sana. Namun takdir berkata lain, aku malah dipanggil untuk wawancara kerja. Sebuah email masuk dari perusahaan Wijaya Group jika lusa dipanggil untuk wawancara kerja. "Padahal aku nggak berharap lho Bu, rasanya perusahaan itu nggak cocok deh sama aku,โ ungkapku memberi alasan. โSemua orang berharap bisa bekerja di perusahaan itu, kamu malah nggak mau, aneh. โ Tiba-tiba Mama seperti mengingat sesuatu. โKamu malu kan karena pernah terjatuh di depan lift itu ya... โAku tertawa. โIya Ma, rasanya memalukan sekali, Ma.โโAh, palingan orang udah lupa sama wajah kamu, ini kesempatan kamu bisa bekerja di perusahaan besar Naya. Ini adalah kesempatan emas untukmu, โ ucap Mama memberikan semangat padaku. Hari ini aku sudah berpakaian rapi, make up tipis-tipis, dan setelan hitam putih, dan jilbab senada. Setelah perceraian denga