Share

Kenyataan Pahit

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

#110

"Astaga! Apa alasan kamu, Ga? Kenapa kamu sampai menalak istrimu, hah?" Bu Intan tak dapat menutupi keterkejutannya itu. Lidahnya nyaris kelu, dan tak dapat berkata-kata lagi.

Angga menarik napasnya dalam-dalam. Lalu, mengembuskannya perlahan. Rasanya sangat sesak, hingga terasa sulit untuk sekadar menarik oksigen agar dirinya dapat bernapas lega.

"Apa alasan itu penting sekarang, Bu?" tanya balik Angga pada ibunya yang sedang menantikan jawaban darinya.

Bu Intan termangu, sebab Angga seolah tak mau membicarakan alasan yang membuatnya menalak Aluna. Ia pun bingung, karena Angga tak mau menjelaskan alasannya. Padahal, rasa ingin tahunya sudah membuncah dan ingin segera mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.

"Astaga, Ga. Kenapa kamu malah nanya kayak gitu? Jelas! Jelas alasan itu penting bagi ibu. Ibu berhak tahu apa yang terjadi sama rumah tanggamu dan Aluna," sanggah Bu Intan merasa tak terima jika Angga menyembunyikan dan tidak memberitahukan hal sepenting itu padanya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Roy bebas

    #111"Apa kamu bilang? Katakan sekali lagi!"Bu Intan tak dapat menahan emosinya. Ia hampir saja hilang kendali dan hendak melayangkan tamparan pada Tasya. Tetapi, ia menahan dirinya. Tak mau membuat keadaan semakin keruh karena sifat bar-barnya.Tasya tampak menghela napasnya dalam-dalam. Matanya terpejam erat seraya merasakan ribuan duri menusuknya. Ia harus mengatakan yang sejujurnya. Tidak ada yang harus ditutupi lagi."Orang jahat itu sudah menyebarkan video sy**ur Tasya, Bu. Bahkan teman-teman kampus Tasya pun sudah melihatnya," ujar Tasya putus asa. Ia terpaksa mengulangi kalimatnya.Kalimat yang berupa kenyataan yang membuatnya harus menekan hatinya menahan rasa sesak yang tiada tara. Lutut Bu Intan seketika lemas. Ia yang semula berdiri di sisi ranjang Tasya, terduduk. Seolah mendadak tak bisa menahan bobot tubuhnya sendiri."Kamu … serius tentang itu, Tasya?" Bu Intan bertanya dengan suara yang bergetar. Antara percaya dan tidak percaya.Namun, sepertinya kali ini Bu Intan h

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Bertemu Rere

    #112"APA! Si breng**sek itu sudah bebas?" pekik Angga kesal.Tasya dan Bu Intan pun menatap tak mengerti juga penasaran pada Angga yang memekik keras secara tiba-tiba.Ia tak habis pikir jika Roy akan secepat itu dibebaskan oleh pihak kepolisian. Antoni mengabari Angga perihal masalah itu dan sontak saja membuat Angga terkejut, kesal dan kecewa dengan pihak kepolisian."Iya, Pak Angga. Roy sudah dibebaskan, ada seseorang yang menjaminnya. Maaf, jika anda merasa kecewa," ucap Antoni.Angga membuang napasnya kasar. "Jelas, saya sangat kecewa, Pak. Lalu, bagaimana dengan kedua pelaku lainnya?" tanya Angga penasaran."Mereka masih ditahan, Pak. Dan sepertinya memang saudara Roy ini bukanlah orang sembarangan, Pak," jelas Antoni setengah berbisik.Angga menepuk pelan keningnya. Hukum di negara ini memang selalu tumpul untuk kaum yang memiliki uang dan kekuasaan. Hal seperti itu seolah telah menjadi hal yang lumrah."Lalu, bagaimana dengan laporan kasus yang dialami adik saya, Pak? Akankah

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Ketakutan Rere

    #113Gadis itu mendongakkan wajah begitu mendengar ada seseorang yang memanggilnya. Suaranya terdengar tidak asing. Dan ia terkejut saat melihat Angga sudah berada di hadapannya. Entah sejak kapan dia berada di sana. Yang pasti Rere tak menyangka melihat Angga saat ini. Di hadapannya."B–Bang Angga?" sahutnya kaget. Ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan Angga di sini. Dunia begitu sempit, pikirnya."Iya, ini saya," sahutnya kemudian. Angga mengambil posisi duduk di samping Rere. Mendadak gadis itu merasa gugup, sebab Angga pasti akan menanyakan kenapa dirinya berada di sini."B–Bang Angga kenapa ada di sini?" tanya Rere. Merasa gugup dan bersalah atas tersebarnya video sy*ur Tasya, meskipun Angga tidak mengetahui itu dan video itu tersebar juga bukan karena dirinya tapi tetap saja Rere merasa takut dan khawatir berada di dekat Angga."Kamu lupa kalau tempat ini merupakan tempat umum. Siapa pun bisa berada di sini, 'kan?" Angga malah balik bertanya pada Rere. Dan Rere merasa tak be

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Kekhawatiran Angga

    #114Selesai membeli makanan di restoran, Angga segera kembali ke rumah sakit, dan langsung menuju ke ruangan Tasya lagi. Ia sudah menduga jika ibunya pasti akan mengomelinya sebab butuh waktu lama bagi Angga untuk kembali ke ruangan Tasya.Benar saja, saat Angga baru saja membuka pintu ruangan tempat Tasya dirawat. Bu Intan langsung menyambutnya dengan omelan khasnya serta wajah yang bersungut-sungut kesal, karena sejak tadi ia sudah menunggu dengan menahan rasa lapar."Kamu beli makanannya ke Mesir ya, Ga. Lama amat dari tadi ibu nungguin," semprot Bu Intan pada Angga yang baru saja datang. Ia mengerucutkan bibirnya saking kesal dan gemas pada anak laki-lakinya itu.Angga malah cengengesan dan tidak terlalu memedulikan ocehan ibunya itu. "Iya, maaf Bu. Habis di sana ngantri sih, makanya lama," kilah Angga berbohong. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah ia sempat mampir dulu sebentar karena melihat seseorang yang seperti dikenalnya.Tetapi, Angga memilih merahasiakannya dari sang

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Kondisi Mona

    #115'Tuhan, semoga Mona baik-baik saja,' bisiknya berharap dalam hati.Rere duduk dengan wajah tegang dan khawatir sebab ia masih belum mengetahui keadaan Mona. Sang dokter muda yang memeriksa Mona tadi telah meminta Rere untuk duduk sejak lima menit yang lalu, namun beliau juga mengeluarkan suara dan memberitahukan Rere tentang kondisi Mona dan hal itu membuat Rere semakin dihantui rasa khawatir.“Dok, jadi bagaimana keadaan teman saya, Dok?” tanya Rere setelah dirinya bosan dengan suasana hening yang terjadi di ruangan itu.“Oh, maafkan saya.” Dokter itu tersadar sebab ia rupanya larut dalam lamunannya memikirkan kata-kata yang tepat untuk memberitahukan kondisi pasiennya tadi agar tak membuat gadis muda di hadapannya itu syok.“Gimana, Dok? Apa dia baik-baik saja?” tanya Rere lagi seolah tak sabar menunggu kata demi kata yang akan keluar dari mulut dokter muda itu.“Jadi begini, pasien mengalami luka tusuk yang cukup dalam dan kehilangan begitu banyak darah. Dan kondisinya sedang

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Keputusan Dua Sahabat

    #116"Tante?" Rere terkejut saat melihat Yunita sedang berjalan ke arah mereka. Pun sama dengan Mona, ia terkejut. Dan tak pernah mengira jika ibunya akan datang dan melihat keadaannya."Ngapain mama kesini?" tanya Mona ketus. Tampal sekali raut wajah tak suka darinya. Ia seakan tak mengharapkan kehadiran ibunya saat ini."Temanmu yang ngasih tahu kabar kamu ke mama, dan memangnya kenapa kalau mama kemari?" Yunita bertanya retoris. Wanita itu tak mengerti dengan respon putrinya yang terkesan dingin padanya itu."Mama bisa abaikan telepon dari temanku dan gak perlu datang kemari," sungut Mona. Kebenciannya akibat perceraian sang ibu pun menjadi pemicu sikapnya terhadap Yunita."Sudahlah. Kalau kamu nggak mengharapkan mama kemar. Yang penting mama udah datang dan mengurus administrasimu. Memangnya temanmu bisa membayarnya? Tentu tidak, 'kan?" Yunita melirik sinis ke arah dua gadis muda itu secara bergantian.Rere tampak tak enak hati karena pada akhirnya kedatangan Yunita sama sekali ta

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Bertemu Mona & Rere

    #117Dua hari kemudian, setelah kondisinya sudah dinyatakan stabil oleh dokter. Tasya sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Mau tak mau dirinya harus mulai menerima takdirnya.Tasya tak dapat bersembunyi, maupun menyembunyikan segala aib yang telah diciptakan akibat kebodohannya sendiri. Ia tak menyalahkan siapa pun. Dan hanya menyalahkan dirinya sendiri.Tak diduga saat Tasya serta ibu dan kakaknya sedang berjalan di lorong rumah sakit. Ada suara yang memanggil mereka dari arah belakang."Sya! Tasya, tunggu!"Mereka bertiga pun menoleh ke arah sumber suara, dan terkejut saat melihat dua orang gadis muda yang memanggilnya itu sedang berjalan ke arah mereka."Mona? Rere?" lirih Tasya tak menyangka jika mereka dapat bertemu di sini."Sya, kamu gimana kabarnya?" tanya Rere begitu keduanya sudah berada di dekat rombongan Bu Intan."

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Meminta Penjelasan

    #118Di sebuah kamar berukuran besar dengan dilengkapi beberapa perabotan mewah. Seorang pemuda tampak sedang kesal dan uring-uringan. Langkahnya mondar-mandir tak karuan. Ia kesal sebab orang tuanya telah mengurungnya selama hampir tiga hari, layaknya burung  yang dikurung di dalam sangkar."Sialan! Kalau gini caranya, gue nggak bisa leluasa mengawasi gerak-gerik mereka. Mana ponsel gue disita lagi! Sial!" geramnya sambil mengepalkan tangan, dan memukulkannya ke dinding. Rasanya seolah mati. Ia tak merasakan kesakitan apa pun meskipun tangannya berdarah setelah memukul dinding itu."Ini semua gara-gara Tasya! Kalau saja dia nggak lapor polisi, mungkin gue masih bisa bebas di luaran sana! Nggak kayak sekarang, dikurung kayak tahanan aja! Sumpah, gue mau cekek dia sampai mati dengan tangan gue sendiri," geramnya dengan mata berkilat marah. Ia geram saat mengingat momen di mana dirinya dan kawan-kawannya digerebek atas laporan d

Latest chapter

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Tulus Memaafkan(TAMAT)

    #148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Perpisahan

    #147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita  ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Luapan Emosi

    #146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Permintaan Maaf

    #144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Menemui Laras

    #142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti.  Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap.  Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Keinginan Syahna

    #140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Nasihat Pak Lek

    #139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Saling Menguatkan

    #138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes

  • Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar   Karma Dibayar Tunai

    #136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk  nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.

DMCA.com Protection Status