#41 Kebahagiaan Laras
"Selamat ya, Nak. Atas kehamilan kamu. Akhirnya, mama akan segera menjadi seorang nenek," ungkap Bu Irma yang saat itu langsung mendatangi rumah putranya setelah dikabari Galih jika Laras sedang mengandung. Istrinya sedang hamil. Wajahnya tak luput menampilkan senyuman sumringah sejak tadi.Pun begitu juga dengan Pak Dhanu, suaminya. Mereka berdua menganggap kabar kehamilan Laras adalah hal yang paling membahagiakan. Bu Irma pun akhirnya yakin dan bisa mematahkan pernyataan mantan mertua Laras yang telah menuduhnya mandul."Terima kasih, Ma. Alhamdulillah, semua usaha Laras akhirnya membuahkan hasil," sahut Laras. Senyumnya mengembang dengan sempurna."Nanti kita periksakan kehamilanmu, Sayang," ujar Galih tersenyum bahagia. Lelaki itu menggenggam tangan istrinya sangat erat. Seakan genggaman tangannya enggan terlepas darinya. Malah semakin erat. Lelaki itu juga merasakan kebahagiaan ya#42 Bu Intan MenyesalPenyesalan itu memang terkadang selalu datang terlambat. Seperti yang kini sedang dialami oleh Bu Intan. Ia baru menyadari jika Laras adalah menantu yang baik selama masih menjadi istri Angga. Laras tak pernah sekali pun membantah Bu Intan. Ia selalu diam dan mengalah, atau bahkan lebih sering menghindari perdebatan.Laras pun tak pernah mempermasalahkan uang gaji suaminya yang cenderung lebih banyak untuk Bu Intan dan Tasya. Malah terkadang Laras sering memberikan uang ia kalau sedang ramai job manggungnya.Karena tak kunjung hamil lah, sikap Bu Intan pada Laras akhirnya berubah. Wanita paruh baya itu selalu menekannya dengan berbagai hinaan dan cemoohan. Bahkan dengan tega selalu menyindirnya dengan keras.Kata-kata kasar pun tak luput Bu Intan lontarkan hingga membuat Laras selalu menanggung rasa sakit hatinya sendirian. Ia merasa jika itu adalah hal yang wajar untuk membenci Laras
#43Bu Intan tertawa licik saat dirinya merasa jika telah berhasil membuat rencana pernikahan Laras batal. Ia yakin jika calon mertua Laras akan be⁸rpikir dua kali untuk menikahkan putra mereka dengan seorang wanita mandul.'Rasain kau, Laras! Saya tidak akan membiarkan kamu bahagia. Apa pun caranya, saya akan terus membuatmu menderita! Sama seperti hidup saya dan Angga saat ini!' desis Bu Intan geram di dalam hatinya.Jauh di dalam lubuk hatinya, Bu Intan masih ingin menjadikan Laras menantunya. Kebenciannya yang telah berkarat pada Aluna lah yang menjadi alasan terkuatnya untuk mengharapkan Laras bisa kembali pada Angga dan menyingkirkan posisi Aluna.'Tapi, apa itu mungkin, ya?' gumam Bu Intan dalam hatinya. Wanita itu sempat ragu jika memikirkan tentang kisah rumah tangga putranya.Wanita paruh baya itu sedang mencari cara untuk menyatukan Laras lagi dengan Angga. Ia menginginkan kehidupan yang tenang lagi seperti dulu. Jauh dari ribut dan cekcok. Uang belanja dari Angga pun kuran
#44Aluna begitu sumringah saat dirinya meminta untuk memanjakan diri dengan perawatan di salon hari minggu itu. Angga memberinya izin, setelah Aluna merengek beberapa kali. Dan akhirnya dengan berat hati Angga pun memberinya izin seharian menghabiskan waktu di hari minggu itu untuk melakukan serangkaian perawatan.Ia selalu mengatakan pada Angga jika dirinya sangatlah beruntung memilikinya. Karena ia telah berhasil memberikan Angga keturunan, juga memberi Bu Intan seorang cucu, seperti yang sangat mereka inginkan selama ini. Itulah satu-satunya yang Aluna syukuri karena telah mengenal Angga saat dirinya merasa buntu."Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa nikmati lagi perawatan di sini," ucap Aluna girang. Wanita itu nampak rileks saat menikmati berbagai macam pelayanan dari pegawai salon yang sudah jadi langganannya."Hei, Lun!" panggil sebuah suara memanggil nama Aluna sambil menepuk pelan bahunya.
#45Bu Intan menghentak-hentakkan langkah kakinya saat kembali ke rumah. Ia benar-benar kalut. Sehingga hanya bisa merenung dan berpikir. Apa yang terjadi saat ini rasanya masih belum bisa diterima akal sehatnya.Ia masih meragukan bagaimana Laras bisa hamil sedangkan dengan Angga yang bertahun-tahun saja, Laras sama sekali belum pernah menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sekuat apa pun Laras mencoba berbagai macam program hamil. Tetap saja hasilnya nihil."Sebenarnya apa yang salah di antara mereka? Apa Angga yang bermasalah, kalau begitu bagaimana Aluna bisa hamil?" gumam Bu Intan lirih. Ia terus menerka-nerka apa yang sedang terjadi pada rumah tangga putranya yang bahkan belum sampai satu tahun lamanya itu.Wanita paruh baya itu semakin pusing memikirkan masalah yang tengah menimpanya. Ditambah dengan kabar kehamilan Laras yang membuatnya semakin merasa pening. Angga juga tampak terkejut dengan kabar kehamilan Laras. Tapi, dia juga seolah tidak percaya pada awalnya."Kenapa sih Lara
46Hamil?Sebuah pernyataan yang membuat Tasya terperanjat tak percaya. Ia bahkan mengulangi pertanyaannya untuk memastikan bahwa apa yang didengarnya barusan adalah nyata."Laras … hamil?" tanya gadis itu tak percaya.Galih mengangguk ringan. "Ya, istriku sedang hamil saat ini. Jadi, tolong jangan pernah ganggu saya lagi. Saya tidak akan tergoda sekalipun kamu menyodorkan tubuhmu, karena saya sudah memiliki istri saya," lanjutnya.Setelah mendengar kata-kata itu, Tasya hendak berbicara lagi dan menunjukkan sikap keras kepalanya. Tetapi, ia mengurungkan niatnya dan memilih bungkam. Lantas, gadis itu pun pergi meninggalkan Galih di ruangannya dengan membawa sejuta amarah.Sejak pulang ke rumah, Tasya begitu muram akibat kejadian di cafe Galih. Gadis itu selalu uring-uringan bahkan dia menyalahkan Bu Intan terus menerus karena telah gagal membuat pernikahan Galih dan Laras
#47"Rencana apa, Sya. Jangan aneh-aneh deh," ujar Bu Intan agak tidak setuju dengan rencana yang bahkan belum diucapkan oleh Tasya."Ah, ibu nggak seru ah. Belum apa-apa udah takut gitu. Pokoknya rencana Tasya pasti oke," kata Tasya antusias."Emangnya apa rencana kamu?" tanya Bu Intan. Sedikit penasaran dengan rencana yang dikatakan oleh Tasya."Sini, Bu, aku bisikin, ya?" Tasya memberi kode pada ibunya agar mendekatkan telinganya.Lalu, gadis itu mulai membisikkan sesuatu cukup lama di telinga ibunya. Sepersekian detik kemudian mata Bu Intan terbelalak."Gila kamu, Sya!" pekik Bu Intan sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia merasa jika apa yang Tasya bisikan tadi menurutnya sangat keterlaluan."Coba deh ibu pikirin lagi baik-baik. Nanti ibu juga pasti akan setuju sama rencana aku," ujar Tasya yakin."Nggak, Sya. Kamu jangan macem-macem deh. Ibu takut kalau Angga tahu malah ibu kena semprot sama dia," kata Bu Intan lagi-lagi kurang setuju dengan ide putrinya i
#48"Jelaskan padaku, apa itu benar?" tanya Galih lagi.Melihat Laras yang hanya bergeming dan terdiam membuat Galih merasa tak sabar. Karena ia butuh jawaban Laras atas apa yang didengarnya dari seseorang mengenai kehamilan Laras."Mas, a–aku. Dari mana Mas bisa berpikir demikian?" tanya Laras. Jujur saja ia masih merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini.Pernyataan Galih tak sepenuhnya salah. Awalnya memang Laras mau menikah karena ingin membuktikan jika dirinya tidak mandul tapi lama kelamaan dia merasa nyaman dengan perannya.Dan tentang perasaannya pada Galih? Entahlah, Laras tak dapat memastikan perasaannya saat ini. Ia juga masih merasa bingung dengan hatinya.Galih yang sudah sangat mengenal Laras pun akhirnya dapat menyimpulkan satu hal yakni, Laras memang tidak atau belum dapat mencintainya meskipun sudah begitu banyak waktu yang mereka lewati ber
#49Menjadi taruhan? Menjadi alat untuk membuktikan kalau dia tidak mandul. Dan perasaannya yang belum pernah diungkapkan pada Galih.Semua pikiran buruk itu telah mengganggu pikiran Galih hingga membuatnya tersulut emosi yang sulit untuk dipadamkan. Bahkan dia tidak mau mendengarkan apa yang Laras jelaskan karena sudah termakan racun fitnah dari Tasya."Kalau Mas Galih nggak percaya, aku akan ajak mamaku buat buktiin kalau Laras bertaruh sama mama waktu itu!" ucap Tasya lagi. Kata-katanya begitu meyakinkan bagi Galih."Cukup! Pergilah dari sini. Saya tidak ingin diganggu," balas Galih tak bersemangat.Ia tampak memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Tasya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman sinis. Gadis itu merasa jika dirinya sudah berhasil dengan rencananya."Dan, satu lagi, Mas. Aku akan ngasih tahu sebelum terlambat! Sepertinya istrimu masih belum bisa melupakan kakakku," tutur Tasya lagi. Ia terus menyiram emosi Galih, dan membuat pria itu semakin marah."Kubilang, henti
#148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.
#147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b
#146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy
#144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang
#142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap. Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu
#140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan
#139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag
#138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes
#136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.