"Kiara baru membuka mulut ingin membantah Kafka, tapi Pak Gunawan memberi tanda pada Kiara untuk jangan bicara dulu, karena ekspresi wajah Kiara, Pak Gunawan sudah menduga Kiara akan membantah ucapan Kafka dan keduanya akan saling berdebat.
"Begini saja. Saya nggak mau tahu ada masalah apa di antara kalian berdua. Tapi saya sangat berharap, kalian berdua bisa bersikap profesional. Apalagi kalian sudah tergolong artis senior yang sudah cukup lama berakting. kalian bukan aktris remaja yang main di sinetron remaja stripping. kalian harusnya bisa berpikir lebih dewasa. Lupakan perseteruaan di antara kalian berdua. Seperti yang tadi kamu bilang, Kafka. Beraktinglah seolah hubungan kalian baik-baik saja. Saling mengobrol dan tersenyum, bercanda di hadapan para penggemar kalian. Kalian sedang mempromosikan film romantis, sudah seharusnya kalian menunjukkan sikap saling romantis di hadapan para penggemar. Kalau perlu, bikin gimmick seolah ada percikan di antara kalian," kata Pak Gun
Helo, Terima kasih sudah baca sampai sini. Salam, Arumi
"Baiklah, Pak. Saya akan berakting seolah-olah saya dan Aktris Kiara Almira punya hubungan baik dan akrab," kata Kafka. "Saya akan usahakan yang sebaik-baiknya. Saya akan serius mempromosikan film saya ini, Pak," ucap Kiara. Pak Gunawan menoleh ke Kiara. "Kamu bersedia kan berakting juga seolah kamu dan Kafka akrab dan berhubungan baik?" tanya Pak Gunawan pada Kiara. Kiara mengangguk. "Saya akan lakukan semaksimal mungkin semampu saya, Pak," janji Kiara. Pak Gunawan tersenyum. "Terima kasih, Kafka dan Kiara. Kita akan lanjut ke jadwal promosi selanjutnya, talk show di stasiun TV, kan? Bersandiwaralah kalian seanjang acara itu berlangsung. Saya yakin kalian pasti bisa, akting kalian kan bagus. Tunjukkan seolah kalian saling dekat, sebut saja hobi atau makanan favorit kalian yang saling kalian ketahui. Aku yakin staf TV bisa menemukan setting cerita kalian yang tepat dan bisa memancing penonton untuk menonton," kata Pak Gunawan.
Sebenarnya, Kafka merasa sangat penasaran dengan Kiara yang selalu ketus padanya. Belum pernah ada satu pun wanita yang bersikap memusuhinya seperti Kiara. Selama ini, Kafka selalu berhasil menaklukkan hati wanita mana pun dan membuat mereka selalu bersikap baik padanya apa pun yang sudah dia lakukan pada para wanita itu. Bahkan ada artis wanita yang telah menikah, tetap membalas dengan genit semua gombalan Kafka, tak peduli dengan statusnya. Atau kah justru karena Kiara belum menikah dan sedang ebrhati-hati dalam hubungannya dengan Alaric karena mereka sedang dalam tahan menuju pernikahan yang membuat Kiara benar-benar menutup hatinya untuk tipe lelaki penggoda seperti Kafka? Sok setia sama calon suami, batin Kafka masih memandangi Kiara yang tampak berjalan menjauhi gedung. Masa iya sih aku nggak bisa bikin dia minimal jadi ebrsikap manis sama aku. AKu nggak suka banget diketusin sama cewek begitu. Sok dingin, sok nggak terpesona sama aku
Kiara terhern-heran melihat pesan dari Kafka. pertama, dia heran mengapa Kafka sampai mau berusaha mendapatkan nomor ponselnya dari orang lain. Mungkin karena Kafka sudaah menduga Kiara tidak akan mau memberikan nomornya pada Kafka. "Ah, payah nih Mas Andre," ucap Kiara refleks saat membaca pemberitahuan Kafka dia mendapat nomor ponsel Kiara dari mana. "Kenapa, Ra?" tanya Livia yang mendengar omelan Kiara. "Ini lho, Mas Andre main ngasih nomor Hape-ku ke Kafka nggak minta izin dulu," jawab Kiara. "Yah, mungkin Mas Andre pikir, kalian kan main di film yang sama bareng, ceritanya jadi pasangan kekasih pula. Masa iya kalian nggak tukeran nomor Hape buat saling komunikasi. Senggaknya, seharusnya kalian lumayan akrab," sahut Livia. Kiara menghela napas. "Nah, itu kesalahan Mas Andre. Bikin kesimpulan sendiri. Kalau aku ketemu dia lagi, aku mau ngingetin supaya dia nggak ngasih nomor Hape-ku ke orang lain tanpa izin lagi," kata Kiara.
"Tapi, Liv, kamu tahu dari mana Kafka punya kebiasaan seperti itu? Maksudku, tentang kebiasaan dia yang suka mengganggu, memikat dan menjerat para wanita, lalu setelah luluh dia campakkan?" tanya Kiara. "Kelakuan dia seperti itu memang sudah sering jadi bahan obrolan di antara kru dan sesama manajer artis kok," jawab Livia. "Tapi saat aku syuting bareng dia di film sebelumnya, dia masih belum banyak tingkah. Sikapnya biasa aja. Nggak tebar pesona dan sok playboy begitu," kata Kiara. "Karena ketika itu dia sedang punya pacar dan pacarnya itu anak pengusaha kaya raya terkenal yang punya power, banyak bodyguard-nya. Jadi, Kafka nggak berani macam-macam. Tapi akhirnya dia nyerah jadi pacar anak super kaya, dia kira enak, ternyata nggak. Gerak geriknya selalu diawasi, dia nggak bisa sembarangan ke kelab malam dan asyik main dengan cewek yang ebrganti-ganti." Livia menjelaskan. Kiara terbelalak mengetahui seperti itu Kafka yang sebenarnya. Dia ingat saat sy
"Memangnya kamu sedang nggak ada kerjaan bisa ikut aku ke mana aja saat tugas promosi ke luar kota?" tanya Kiara menegaskan lagi tentang keinginan Alaric untuk selalu ikut Kiara saat Kiara mempromosikan filmnya di luar kota. "Saat ini memang aku sudah mulai banyak pekerjaan. Aku harus meeting untuk persiapan syuting film terbaruku. Harus berkali-kali membahas skenario, harus survei lokasi, memilih pemain dan lainnya. Kamu tahu kan bagaimana persiapan sebelum mulai syuting. Tapi aku nggak mau kamu pergi ke luar kota cuma sama dia. Saat aku bisa, aku akan ikut kamu," jawab Alaric. "Aku kan nggak sendirian pergi ke luar kota, Mas. Livia sudah pasti bakal ikut. Ada pemeran film lainnya, ada kru juga, ada staf PH-nya. Yang penting, aku jangan nagsih kesempatan dia untuk hanya berduaan sama aku di suatu tempat. Aku akan mengajak Livia ke mana aja. Kalau perlu, Livia juga harus ikut kalau aku mau ke toilet. Masa iya kalau ada Livia dia masih berani berbuat macam-macam?" sah
Sebulan kemudian, Kiara benar-benar semakin sibuk. Promosi untuk filmnya dimulai. Dalam seminggu, dia harus dua kali ke luar kota untuk jumpa fans sekaligus mempromosikan filmnya. Mulai dari kota besar di Sumatra seperti Medan, lalu ke Makassar, Banjarmasin, dan tentunya Denpasar. Pulau Jawa justru paling belakangan, dan Jakarta paling terakhir. Jadwal promosi Kiara yang mulai padat berbarengan dengan kesibukan Alaric yang juga semakin tinggi. Alaric harus beberapa kali mengubah skenario, berdiskusi hingga larut malam. Namun ketika Kiara harus hadir di Denpasar untuk jumpa pers, Alaric ikut serta. Kebetulan Bali tidak terlalu jauh dan saat itu dia sedang ada libur dua hari. Kiara tentu saja senang ditemani Aalric setelah di tiga kota sebelumnya dia hanya ditemani Livia. Alaric membayar sendrii biaya akomodasinya selama di Bali, tetapi dia juga menginap di hotel yang sama dengan Kiara, malah sengaja memilih kamar hotel di lantai yang sama dengan kamar Kiara. P
Livia menoleh ke Alaric dan menghela napas, dia menyesali kejadian di panggung tadi. Dia paham Alaric pasti sangat kecewa melihatnya. "Kiara bilang, Pak Gunawan produser film ini meminta Kiara dan Kafka berakting seolah mereka dekat dan berteman akrab, karena di acara promosi pertama, Kiara dan Kafka bersikap bermusuhan di atas panggung dan itu terlihat sekali. Pak Gunawan mengingatkan bahwa film mereka ini film romantis dan di dalam film mereka menjadi sepasang kekasih. Seharusnya mereka bisa menunjukkan sikap mesra ke penonton supaya penonton merasa baper dan penasaran ingin menonton film itu," kata Livia akhirnya sambil matanya menatap ke panggung. Alaric menoleh sekilas pada Livia, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke Kafka. "Dan si brengsek itu memanfaatkan kesempatan bisa bebas melecehkan Kiara dengan alasan demi fan service. Atau Kiara juga suka disentuh seperti itu," sahut Alaric. Alis Livia terangkat, dia tak mengira Alaric menyahuti ucap
Setelah acara jumpa fans itu selesai, Kiara bergegas turun dari panggung. Penjaga dari pihak PH yang sudah disiapkan untuk menjaga para artis segera membuat barisan penjaga, karena para penggemar langsung berebut ingin melihat lebih dekat idolanya. Susah payah Kiara dan artis lainnya berjalan melewati kerumunan penggemar. Alaric dan Livia bergegas menuju tempat parkir di basement karena para artis itu diarahkan langsung menuju mobilnya masing-masing. "Kiara! Kiara! Cantik banget sih aslinya." terdengar teriakan penggemar. "Kiara! Jadian aja deh sama Kafka. Kalian cocok!" teriak penggemar lainnya. "Iyaaa! Kiara Kafka, cocok banget 2K!" ujar penggemar lain menyahuti teriakan sebelumnya. Semua teriakan itu tentu saja didengar Kiara, dan Kiara berharap Alaric tidak mendengarnya. "Kafkaaaa! jadian aja sama Kiara ya?" etriak seorang penggemar kepada Kafka. Kafka menoleh dan melambaikan tangannya lalu tersenyum. "Doain aja ya!"
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat