"Memangnya kamu sedang nggak ada kerjaan bisa ikut aku ke mana aja saat tugas promosi ke luar kota?" tanya Kiara menegaskan lagi tentang keinginan Alaric untuk selalu ikut Kiara saat Kiara mempromosikan filmnya di luar kota.
"Saat ini memang aku sudah mulai banyak pekerjaan. Aku harus meeting untuk persiapan syuting film terbaruku. Harus berkali-kali membahas skenario, harus survei lokasi, memilih pemain dan lainnya. Kamu tahu kan bagaimana persiapan sebelum mulai syuting. Tapi aku nggak mau kamu pergi ke luar kota cuma sama dia. Saat aku bisa, aku akan ikut kamu," jawab Alaric.
"Aku kan nggak sendirian pergi ke luar kota, Mas. Livia sudah pasti bakal ikut. Ada pemeran film lainnya, ada kru juga, ada staf PH-nya. Yang penting, aku jangan nagsih kesempatan dia untuk hanya berduaan sama aku di suatu tempat. Aku akan mengajak Livia ke mana aja. Kalau perlu, Livia juga harus ikut kalau aku mau ke toilet. Masa iya kalau ada Livia dia masih berani berbuat macam-macam?" sah
Halo, Jumpa lagi dengan lanjutan cerita ini. Selamat baca ya. Salam, Arumi
Sebulan kemudian, Kiara benar-benar semakin sibuk. Promosi untuk filmnya dimulai. Dalam seminggu, dia harus dua kali ke luar kota untuk jumpa fans sekaligus mempromosikan filmnya. Mulai dari kota besar di Sumatra seperti Medan, lalu ke Makassar, Banjarmasin, dan tentunya Denpasar. Pulau Jawa justru paling belakangan, dan Jakarta paling terakhir. Jadwal promosi Kiara yang mulai padat berbarengan dengan kesibukan Alaric yang juga semakin tinggi. Alaric harus beberapa kali mengubah skenario, berdiskusi hingga larut malam. Namun ketika Kiara harus hadir di Denpasar untuk jumpa pers, Alaric ikut serta. Kebetulan Bali tidak terlalu jauh dan saat itu dia sedang ada libur dua hari. Kiara tentu saja senang ditemani Aalric setelah di tiga kota sebelumnya dia hanya ditemani Livia. Alaric membayar sendrii biaya akomodasinya selama di Bali, tetapi dia juga menginap di hotel yang sama dengan Kiara, malah sengaja memilih kamar hotel di lantai yang sama dengan kamar Kiara. P
Livia menoleh ke Alaric dan menghela napas, dia menyesali kejadian di panggung tadi. Dia paham Alaric pasti sangat kecewa melihatnya. "Kiara bilang, Pak Gunawan produser film ini meminta Kiara dan Kafka berakting seolah mereka dekat dan berteman akrab, karena di acara promosi pertama, Kiara dan Kafka bersikap bermusuhan di atas panggung dan itu terlihat sekali. Pak Gunawan mengingatkan bahwa film mereka ini film romantis dan di dalam film mereka menjadi sepasang kekasih. Seharusnya mereka bisa menunjukkan sikap mesra ke penonton supaya penonton merasa baper dan penasaran ingin menonton film itu," kata Livia akhirnya sambil matanya menatap ke panggung. Alaric menoleh sekilas pada Livia, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke Kafka. "Dan si brengsek itu memanfaatkan kesempatan bisa bebas melecehkan Kiara dengan alasan demi fan service. Atau Kiara juga suka disentuh seperti itu," sahut Alaric. Alis Livia terangkat, dia tak mengira Alaric menyahuti ucap
Setelah acara jumpa fans itu selesai, Kiara bergegas turun dari panggung. Penjaga dari pihak PH yang sudah disiapkan untuk menjaga para artis segera membuat barisan penjaga, karena para penggemar langsung berebut ingin melihat lebih dekat idolanya. Susah payah Kiara dan artis lainnya berjalan melewati kerumunan penggemar. Alaric dan Livia bergegas menuju tempat parkir di basement karena para artis itu diarahkan langsung menuju mobilnya masing-masing. "Kiara! Kiara! Cantik banget sih aslinya." terdengar teriakan penggemar. "Kiara! Jadian aja deh sama Kafka. Kalian cocok!" teriak penggemar lainnya. "Iyaaa! Kiara Kafka, cocok banget 2K!" ujar penggemar lain menyahuti teriakan sebelumnya. Semua teriakan itu tentu saja didengar Kiara, dan Kiara berharap Alaric tidak mendengarnya. "Kafkaaaa! jadian aja sama Kiara ya?" etriak seorang penggemar kepada Kafka. Kafka menoleh dan melambaikan tangannya lalu tersenyum. "Doain aja ya!"
Alaric masih menyetir mobil Kiara dengan wajah serius tanpa senyum dan tatapan mata lurus ke depan. "Pertanyaan kamu itu sindiran ya? Tentu saja aku nggak senang mereka mengira aku dan Kafka seperti itu. Para penggemar terkadang memang nggak bisa bedain antara cuma akting di film dengan kehidupan nyata artisnya," jawab Kiara mencoba tetap menjawab dengan sabar. Alaric tak menyahut dan tak menoleh. Pandangannya tetap lurus ke depan. "Aku tadi juga nggak menyangka Kafka akan berakting sejauh itu di panggung. Tapi aku menahan diri untuk nggak menampar dia di depan para penggemar," lanjut Kiara. Alaric tersenyum sinis. "Di film, masih bisa dimaklumi kalian cuma berakting, tapi tadi bukan di film, tadi itu hanya di panggung jumpa fans. Kamu kan bisa bergerak menjauh dengan halus hingga si brengsek itu nggak bisa menjangkaumu dan akhirnya peliukan itu nggak akan terjadi." Alaric membantah pembelaan Kiara tentang kenapa Kiara membiarkan Kafka memeluk
Kiara menoleh ke Alaric, menatap kekasihnya dengan mata sedih dan cemas. "Mas Aric! Tolong jangan ngomong begitu! Nggak ada yang gagal, kita nggak akan pernah gagal. Pernikahan kita tinggal sebulan lagi. Jangan bilang kalau kamu sekarang berubah pikiran nggak berminat menikahi aku lagi cuma gara-gara kelakuan si brengesek itu!" ujar Kiara membantah ucapan Alaric dan Kiara akhirnya ikut menyebut kafka sebagai 'si brengsek' saking kesalnya. Alaric hanya diam. Dia masih tampak enggan menanggapi ucapan Kiara tadi. Kiara memandangi kekasihnya dengan mata berkernyit. Lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menangis. "Cuma segitu saja, Mas? Ternyata cuma segitu saja cinta kamu ke aku? Cintamu bisa musnah dengan cepat cuma karena kamu cemburu?" tanya Kiara dengan suara terisak. Dan hati Kiara semakin sakit ketika Alaric tidak menjawab atau membantah pertanyaannya tadi. Alaric hanya diam sepanjang sisa perjalanan mereka menuju ke hotel tempat mereka mengin
Livia menghela napas, menatap Kiara dengan pandangan prihatin. "Alaric marah gara-gara tadi Kafka memeluk kamu di panggung?" tanya Livia. "Yah, sudah jelas kan, itu pasti bakal bikin Alaric marah. Dan kayaknya Kafka sengaja melakukannya memang supaya Alaric kesal. Sayang tadi aku nggak sempat ngomong sama Kafka setelah acara di panggung selesai. Aku benar-benar akan memarahinya kalau nanti ketemu," jawab Kiara. "Tadi aku sudah ngomong sama Alaric setelah dia terkejut melihat Kafka memeluk kamu di panggung. Alaric bukan hanya kesal pada Kafka, tapi juga padamu. Menurut dia, harusnya kamu menolak pelukan Kafka. Aku sudah jelasin ke dia, kamu nggak mungkin menunjukkan sikap nggak suka pada kafka secara terang-terangan, karena kalian sedang mempromosikan film romantis kalian. Tapi Alaric tetap merasa seharusnya kamu bisa menghindari Kafka," kata Livia. "Iya, tadi dia juga bilang gitu dan dia bilang dia nggak bisa percaya aku lagi. Lalu gimana dengan renca
Setelah emnghabiskan tehnya, Livia mengecek berita di media online. Matanya membelalak ketika membaca judul yang muncul paling pertama. Benar dugaan Alaric, tak lama setelah ekjadian kafka memeluk Kiara di atas panggung acara jumpa fans, pasti akan muncul berita tentang Kiara dan Kafka dengan judul yang mengada-ada. Dan ramalan Alaric itu benar-benar terjadi. "Mm, Ra, bukannya aku mau bikin kamu jadi bad mood lagi ya, tapi kayaknya kamu harus tahu ini deh. Tadi waktu aku ngomong sama Alaric, Alaric sudah memperkirakan ini bakal etrjadi dan ternyata dia benar," kata Livia sambil menyodorkan tabletnya ke Kiara. Mata Kiara berkernyit, dia melirik tablet yang disodorkan Livia, kemudian mengambilnya dan melihat berita dis ebuah media online yang sudah dibuka Livia. Seketika mata Kiara terbelalak. "Apa-apaan lagi sih ini? Kenapa sih dia selalu sengaja bikin gara-gara dan berita heboh?" ujar Kiara kesal, saking kesalnya napasnya sampai agak tersengal.
Esok paginya, semua artis dan staf Production House sudah harus kembali ke Jakarta, sebelum dua hari lagi mereka akan ke Surabaya untuk jadwal selanjutnya acara promosi film "Lost in Bali" sekaligus jumpa fans. Namun sebelum kembali, mereka masih punya waktu untuk sarapan. Pukul sembilan pagi mereka sudah harus berangkat ke bandara dan pesawat akan lepas landas pukul sebelas pagi. Pukul tujuh pagi Alaric sudah keluar dari kamarnya untuk sarapan di restoran hotel. Keluarnya Alaric bertepatan dengan Kiara dan Livia yang juga baru keluar. Mereka tidak janjian akan sarapan bareng karena Alaric masih malas berkomunikasi dengan Kiara. Alaric butuh waktu untuk bisa memaafkan Kiara setelah kejadian dengan Kafka kembali terjadi. Tetapi Livia sudah menelepon Alaric dan menjelaskan keadaan yang sedang mereka hadapi ini. Livia juga menyampaikan usulnya agar untuk kali ini mereka sebaiknya mendiamkan saja gosip yang muncul, bantah saja langsung dengan bukti, yaitu menunju
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat