Alaric masih menyetir mobil Kiara dengan wajah serius tanpa senyum dan tatapan mata lurus ke depan.
"Pertanyaan kamu itu sindiran ya? Tentu saja aku nggak senang mereka mengira aku dan Kafka seperti itu. Para penggemar terkadang memang nggak bisa bedain antara cuma akting di film dengan kehidupan nyata artisnya," jawab Kiara mencoba tetap menjawab dengan sabar.
Alaric tak menyahut dan tak menoleh. Pandangannya tetap lurus ke depan.
"Aku tadi juga nggak menyangka Kafka akan berakting sejauh itu di panggung. Tapi aku menahan diri untuk nggak menampar dia di depan para penggemar," lanjut Kiara.
Alaric tersenyum sinis.
"Di film, masih bisa dimaklumi kalian cuma berakting, tapi tadi bukan di film, tadi itu hanya di panggung jumpa fans. Kamu kan bisa bergerak menjauh dengan halus hingga si brengsek itu nggak bisa menjangkaumu dan akhirnya peliukan itu nggak akan terjadi." Alaric membantah pembelaan Kiara tentang kenapa Kiara membiarkan Kafka memeluk
Terima kasih sudah baca sampai sini. Tunggu ya lanjutannya. Salam, Arumi
Kiara menoleh ke Alaric, menatap kekasihnya dengan mata sedih dan cemas. "Mas Aric! Tolong jangan ngomong begitu! Nggak ada yang gagal, kita nggak akan pernah gagal. Pernikahan kita tinggal sebulan lagi. Jangan bilang kalau kamu sekarang berubah pikiran nggak berminat menikahi aku lagi cuma gara-gara kelakuan si brengesek itu!" ujar Kiara membantah ucapan Alaric dan Kiara akhirnya ikut menyebut kafka sebagai 'si brengsek' saking kesalnya. Alaric hanya diam. Dia masih tampak enggan menanggapi ucapan Kiara tadi. Kiara memandangi kekasihnya dengan mata berkernyit. Lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menangis. "Cuma segitu saja, Mas? Ternyata cuma segitu saja cinta kamu ke aku? Cintamu bisa musnah dengan cepat cuma karena kamu cemburu?" tanya Kiara dengan suara terisak. Dan hati Kiara semakin sakit ketika Alaric tidak menjawab atau membantah pertanyaannya tadi. Alaric hanya diam sepanjang sisa perjalanan mereka menuju ke hotel tempat mereka mengin
Livia menghela napas, menatap Kiara dengan pandangan prihatin. "Alaric marah gara-gara tadi Kafka memeluk kamu di panggung?" tanya Livia. "Yah, sudah jelas kan, itu pasti bakal bikin Alaric marah. Dan kayaknya Kafka sengaja melakukannya memang supaya Alaric kesal. Sayang tadi aku nggak sempat ngomong sama Kafka setelah acara di panggung selesai. Aku benar-benar akan memarahinya kalau nanti ketemu," jawab Kiara. "Tadi aku sudah ngomong sama Alaric setelah dia terkejut melihat Kafka memeluk kamu di panggung. Alaric bukan hanya kesal pada Kafka, tapi juga padamu. Menurut dia, harusnya kamu menolak pelukan Kafka. Aku sudah jelasin ke dia, kamu nggak mungkin menunjukkan sikap nggak suka pada kafka secara terang-terangan, karena kalian sedang mempromosikan film romantis kalian. Tapi Alaric tetap merasa seharusnya kamu bisa menghindari Kafka," kata Livia. "Iya, tadi dia juga bilang gitu dan dia bilang dia nggak bisa percaya aku lagi. Lalu gimana dengan renca
Setelah emnghabiskan tehnya, Livia mengecek berita di media online. Matanya membelalak ketika membaca judul yang muncul paling pertama. Benar dugaan Alaric, tak lama setelah ekjadian kafka memeluk Kiara di atas panggung acara jumpa fans, pasti akan muncul berita tentang Kiara dan Kafka dengan judul yang mengada-ada. Dan ramalan Alaric itu benar-benar terjadi. "Mm, Ra, bukannya aku mau bikin kamu jadi bad mood lagi ya, tapi kayaknya kamu harus tahu ini deh. Tadi waktu aku ngomong sama Alaric, Alaric sudah memperkirakan ini bakal etrjadi dan ternyata dia benar," kata Livia sambil menyodorkan tabletnya ke Kiara. Mata Kiara berkernyit, dia melirik tablet yang disodorkan Livia, kemudian mengambilnya dan melihat berita dis ebuah media online yang sudah dibuka Livia. Seketika mata Kiara terbelalak. "Apa-apaan lagi sih ini? Kenapa sih dia selalu sengaja bikin gara-gara dan berita heboh?" ujar Kiara kesal, saking kesalnya napasnya sampai agak tersengal.
Esok paginya, semua artis dan staf Production House sudah harus kembali ke Jakarta, sebelum dua hari lagi mereka akan ke Surabaya untuk jadwal selanjutnya acara promosi film "Lost in Bali" sekaligus jumpa fans. Namun sebelum kembali, mereka masih punya waktu untuk sarapan. Pukul sembilan pagi mereka sudah harus berangkat ke bandara dan pesawat akan lepas landas pukul sebelas pagi. Pukul tujuh pagi Alaric sudah keluar dari kamarnya untuk sarapan di restoran hotel. Keluarnya Alaric bertepatan dengan Kiara dan Livia yang juga baru keluar. Mereka tidak janjian akan sarapan bareng karena Alaric masih malas berkomunikasi dengan Kiara. Alaric butuh waktu untuk bisa memaafkan Kiara setelah kejadian dengan Kafka kembali terjadi. Tetapi Livia sudah menelepon Alaric dan menjelaskan keadaan yang sedang mereka hadapi ini. Livia juga menyampaikan usulnya agar untuk kali ini mereka sebaiknya mendiamkan saja gosip yang muncul, bantah saja langsung dengan bukti, yaitu menunju
Hari ini Kiara harus ke Surabaya untuk jadwal prmosi film "Lost in Bali " selanjutnya. Namun di hatinya masih ada yang mengganjal. Alaric masih belum mau bekomunikasi dengannya. Pesan-pesnnya diabaikan, teleponnya tidak diangkat. Belum pernah Alaric semarah ini pada Kiara. Livia yang selalu mengingatkan Kiara untuk tidak terlalu cemas dan tetap tenang menghadapi semuanya. Gosip yang merebak di media sosial gara-gara foto Kafka memeluk Kiara adalah gosip skandal Kiara dan Kafka yang lebih berat dari insiden di Bali. Terasa semakin berat karena kali ini Alaric menyalahkan Kiara dan tak bisa mempercayai Kiara lagi. "Alaric kan sudah bilang, dia butuh waktu untuk merenungi semua ini. Aku percaya, Alaric yang sellau berpikir logis pasti akan kembali ke kamu dan mendukung kamu lagi. Dia cuma butuh waktu meredakan kekesalan, Ra. ku paham bagaimana kecewanya perasaan Alaric melihat berita gosip tentang kamu dan Kafka dan dia melihat secara langsung kejadiannya, bukan hanya k
Sesampai di Bandara Juanda, Kiara dan Livia berpisah. Livia langsung pulang ke rumah ibunya, sedangkan Kiara langsung menuju rumah kakaknya. Dia ingin bertemu kakaknya dahulu sebelum ke rumah ibunya. Dia ingin menanyakan dulu pada kakaknya apakah orang tua mereka mengetahui tentang gosip-gosip buruk tentang Kiara yang akhir-akhir ini banyak beredar di medsos. "Halo, Mbak. Apa kabar?" sapa Kiara begitu kakaknya muncul membukakan pintu pagar untuknya setelah dia sampai di rumah kakaknya. Tiara langsung memeluk adik satu-satunya kesayangannya itu. "Baik dong. Kamu juga, kan?" sahut Tiara setelah mengurai pelukan. Lalu dia mengajak Kiara masuk dan menutup kembali pintu pagar. "Sedang ada kerjaan di Surabaya?" tanya Tiara sambil berjalan menuju rumah. "Iya, mulai promosi film baru. Besok siang acaranya. Sebenarnya aku sudah disewakan kamar hotel. Tapi kupikir mumpung aku sedang di sini, kenapa nggak sekalian nginep di rumah Mbak Tiara aja. Kita kan
Kiara menatap klaapertart-nya yang tinggal separuh. "Aku habisin ini dulu ya, Mbak," ucap Kiara. Tiara mengangguk. Kiara melahap klaapertart itu dengan kesepatan sedang. Hingga akhirnya habis, dia meminum beberapa teguk jus jeruknya. "Mbak, apa akhir-akhir ini Mbak Tiara baca gosip-gosip tentang aku di media online?" tanya Kiara memulai pembicaraan. Tiara yang sejak tadi memandangi Kiara memajukan tubuhnya, menunjukkan perhatiannya pada adiknya itu. "Sejujurnya, Ra. Aku berusaha untuk menghindari baca gosip infotainment apa pun, artis siapa pun. Bukan apa-apa, aku tahu gimana dunia entertainment kadang sering menyetting sesuatu hanya supaya beritanya naik, banyak yang membicarakan, sengaja bikin skandal supaya top. Karena itu aku nggak mau baca. Selain itu ya karena aku takut baca fitnah buruk tentang kamu. Apa ada masalah, Ra? Ceritain aja semuanya, siapa tahu aku bisa bantu," tanya Tiara. Kiara menghela napas sebelum mulai menjawab d
Tiara mengerjap. Dia hampir ikut menangis mendengar ucapan Kiara. Dia pun ikut cemas, apa kesalahan adiknya ini hingga seorang Alaric Kanigara yang menurutnya sangat logis dan baik hati bisa sampai tidak mau memaafkan? Tiara bangun dan pindah duduk di samping Kiara, lalu merangkul adiknya itu, meletakkan kepala adiknya di bahunya. "Ra, pasti nggak seburuk itu, kan, Ra? Tolong ceritakan apa yang sudah terjadi yang bikin Alaric nggak bisa memaafkan kamu?" Tiara mengambil tisu di meja dan membantu Kiara menghapus air matanya. Kiara menegakkan tubuhnya. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan untuk membuat perasaannya tenang. Setelah itu, barulah dia merasa sanggup melanjutkan ceritanya. "Alaric itu baik banget. Dia sampai bela-belain nemenin aku ke Bali buat promosi filmku. Acaranya berupa jumpa fans. Tapi di depan Alaric yang emnonton di bawah panggung, Kafka memeluk aku dan aku diam saja dipeluk. Cukup lama, selama beberapa menit
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat