Austin menahan senyumnya saat mendengar pertanyaan Amanda. Entah kenapa pertanyaan itu terdengar lucu di telinganya. Ini adalah kali pertama Amanda meminta bantuan, wanita yang selama ini selalu kukuh mampu melakukan semuanya sendiri akhirnya menunjukkan sisi lemah. Dan jadi satu-satunya orang yang dimintai tolong membuat Austin berbangga hati. "Jadi sekarang kamu sedang memanfaatkan aku?" tanya Austin. "Tidak, aku hanya sedang menagih ucapan Anda kemarin. Bukankah sekarang kita teman?" balas Amanda. Teman artinya harus saling tolong menolong satu sama lain, dan tuan Austin sangat tahu Apa permasalahannya saat ini, jadi tanpa perlu dia jelaskan secara langsung seharusnya tuan Austin langsung membantunya. Mendengar jawaban Amanda tersebut membuat Austin akhirnya tidak mampu menahan tawa, dia suka sekali sikap Amanda yang tidak ingin kalah seperti ini. "Duduklah, aku harus mandi lebih dulu untuk bisa membantumu," ucap Austin setelah tawanya mereda. Saat pria itu pergi bar
Menjelang sore Austin akhirnya mengantarkan Amanda pulang. Mereka langsung menuju yayasan karena lokasinya lebih dekat dibandinginkan kembali ke rumah Austin.Jadi kelak supir Austin lah yang akan mengantarkan mobil milik Amanda ke sini. Sore ini hujan kembali turun, rasanya setiap sore menjelang malam hujan akan terus membasahi kota A selama satu bulan ke depan. Musim hujan yang paling banyak menyisahkan kenangan bagi Amanda. "Pakai jas ku," titah Austin, dalam keadaan seperti ini dia harus menyalakan AC mobil lebih dingin daripada biasanya agar kaca tidak berkabut. Membuat hawa jadi terasa lebih dingin."Pagi tadi aku baru saja mengembalikan jas Anda dan sekarang aku harus meminjamnya lagi" ucap Amanda."Itu artinya Tuhan memang sengaja membuat kita selalu terhubung.""Anda terlalu berlebihan."Austin terkekeh pelan, tidak menjawab lagi dan hanya fokus pada jalanan. Sementara Amanda mulai menggunakan jas milik tuan Austin tersebut. Sama seperti Evan yang aroma tubuhnya selalu di
Selesai makan malam Evan akhirnya coba untuk menghubungi sang mama. Di sampingnya duduk Amanda dan tentu akan mampu mendengar semua pembicaraan ini."Halo Van, cepatlah pulang, untuk apa kamu lama-lama di sana," ucap mama Geni, langsung meminta sang anak untuk segera kembali setelah panggilan mereka terhubung.Rumah tanpa Evan tentu terasa kurang baginya, Evan adalah anak yang sangat dia sayangi. Karena itulah mama Geni selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Evan, termasuk berusaha memisahkan Evan dengan Amanda.Setelah wanita parasit itu meninggalkan keluarga Sanjaya, mama Geni sangat yakin mereka akan segera mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya."Besok aku akan kembali dengan Amanda," jawab Evan dan membuat mama Geni merasa tak senang saat mendengarnya. Dahinya sampai nampak berkerut.Padahal kepergian Amanda dari rumah ini adalah sesuatu yang sangat dia harapkan. Jika bisa Amanda pergi saja untuk selamanya dan tak perlu kembali-kembali lagi.Seria dan Evelyn kini pun du
"Asisten Juan, beri kami waktu. Tolong jangan tekan mama Geni seperti ini," mohon Seria."Maaf Nona, saya juga hanya menjalankan perintah. Jika Anda ingin saya pergi silahkan hubungi tuan Evan lebih dulu," balas Juan dengan pembawaannya yang nampak datar, tanpa ekspresi."Baiklah, aku akan hubungi mas Evan. Tapi aku mohon, jangan mengambil tindakan apapun," mohon Seria.Juan lantas meninggalkan ruangan mama Geni tersebut, diikuti oleh para pelayan yang lain.Ruangan tempat pertemuan keluarga secara privasi yang terhubung langsung dengan kamar mama Geni. Di ruangan inilah mama Geni sering menyambut tamu pentingnya, juga saat bicara dengan anak-anak."Kurang ajar, berani-beraninya Evan memperlakukan mama seperti ini!" bentak mama Geni."Ma, mas Evan tidak salah, kita sama-sama tau dia dipengaruhi oleh mbak Amanda. Coba sekarang mama hubungi mas Evan lagi," pinta Seria, dia juga tak rela jika mama Geni dan Evelyn harus meninggalkan rumah ini.Sebab Seria sendiri pun begitu menginginkan u
"Ma!" panggil Seria namun suaranya tak di dengar lagi. Pintu utama rumah megah tersebut sudah tertutup rapat.Air matanya jatuh dan tak mampu dihentikan, dunianya seolah jungkir balik dalam sekejap.Meskipun Seria belum tahu apa alasan utama mama Geni memperlakukannya seperti ini, mungkinkah hanya bersandiwara di sambungan telepon dengan Amanda. Namun tetap saja dia merasa sakit hati, merasa dipermalukan..Seolah ucapan Amanda beberapa waktu lalu jadi kenyataan, yang akan terus menjadikannya sebagai seorang jalang. Bukan wanita yang diakui oleh semua orang."Amanda, jangan pikir semuanya sudah berakhir! Tidak! Ku pastikan akan merebut semua yang kamu punya!" ucap Seria, bicara diantara tenggorokannya yang terasa begitu tercekat. Tekad yang sudah begitu bulat.Di masa lalu bisa saja dia yang akan jadi calon istri dari Evan Sanjaya, namun karena tuan Sanjaya mengajukan perjodohan tersebut membuatnya kalah. Terlebih Amanda dengan tak tahu dirinya menerima perjodohan tersebut.Sejak awal
Amanda dan Luna bepergian berdua, di tengah jalan Luna bahkan menghentikan mobil di sebuah toko baju bikini. Baju seksi yang sangat umum untuk digunakan di tempat tujuan mereka.Namun sungguh, Amanda benar-benar tak ingin menggunakan baju yang baginya haram tersebut. Terlalu terbuka dan tak layak untuk digunakan."Jangan macam-macam Luna, kita tidak membutuhkan baju seperti itu," ucap Amanda, suaranya terdengar dingin sekali. Sama seperti biasanya. Terlebih sorot matanya terlihat cukup tajam."Kita pergi ke pantai Nyonya, jadi harus beli bikini. Jika anda tidak ingin memilih sendiri, maka akan saya pilihkan," jawab Luna."Luna," panggil Amanda penuh intimidasi, namun asisten pribadinya tersebut seolah tuli. Luna tidak mendengar panggilannya dan tetap masuk ke dalam toko.Dengan sangat terpaksa akhirnya Amanda mengikuti, dia tak ingin semakin terjerumus jika Luna yang memilihkan bikininya, jadi dia harus memilih sendiri agar sesuai dengan selera.Yang tidak terlalu terbuka, yang tetap
Tubuh Amanda terasa kotor semua, jadi dia menolak saat Luna mengajaknya makan siang di tepi pantai tersebut. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Villa.Amanda menyimpan kerang-kerang yang dia kumpulan pada sebuah wadah, lalu buru-buru membersihkan tubuh yang sudah terasa lengket sema."Nyonya, makanan sudah siap," panggil Luna dari arah meja makan.Villa ini memang tidak terlalu luas, namun terasa nyaman dan pas untuk mereka gunakan berdua.Sebelum mendatangi meja makan, Amanda lebih dulu mengambil ponselnya di atas meja nakas. Kemudian melihat cukup banyak pesan masuk, salah satunya adalah dari sang suami.Evan mengatakan bahwa dia telah tiba di rumah. Hari ini juga langsung memutuskan untuk pergi ke kantor.Amanda tak sempat melihat pesan dari tuan Austin, sebab pesan pria itu tertumpuk oleh yang lain."Periksa semua pesan masuk ini, jika tidak penting tidak usah di balas," ucap Amanda, memerintahkan sang asisten pribadi seraya duduk di salah satu kursi meja makan.Tan
"Ma, coba Mama lihat ini. Mas Evan pulang sendirian sementara mbak Amanda justru bersenang-senang di pantai," ucap Evelyn, mengadu pada sang mama setelah dia melihat media sosial milik Luna.Amanda sudah membuat kekacauan di dalam keluarga mereka, tapi wanita itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa penyesalan justru sedang asyik menikmati hidupnya sendiri.Mama Geni juga melihat dengan jelas foto yang ditunjukkan oleh sang anak, Amanda nampak tampil berani dengan bikini yang digunakan. Padahal selama ini Amanda selalu mengenakan pakaian yang tertutup."Apa Evan tahu tentang foto ini?" tanya mama Geni."Aku tidak tahu Ma, akhir-akhir ini aku jarang sekali bicara berdua dengan mas Evan. Bahkan saat berada di kantor saja dia melarangku untuk datang ke ruangannya," adu Evelyn, "Aku juga mau pergi berlibur Ma, aku mau belanja sepuasnya," rengek Evelyn.Dia sungguh merindukan kehidupannya yang dulu, sebelum ada prahara rumah tangga sang Kakak yang juga membuat hidupnya ikut terganggu."Berhen
"Kamu serius akan datang?" tanya Kaginda setelah Amanda mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang mertua."Hem, konferensi pers akan diadakan malam nanti. Sekarang aku masih bisa bekerja, jadi tidak menganggu waktuku," balas Amanda, lalu tersenyum seperti biasa.Kaginda seperti melihat jika sekarang Amanda memiliki dua kepribadian, satu Amanda yang dia kenal selama ini sementara satu sisi Amanda yang penuh dengan dendam."Aku akan mendampingi mu," ucap Kaginda lalu menghela nafasnya dengan kasar."Tidak apa-apa, datanglah saat pukul 7 malam di Sanjaya Group. Kita bertemu di sana," jawab Amanda dan Kaginda menganggukkan kepalanya setuju.Kaginda juga bangkit berdiri siap pergi dari sana, namun sebelum benar-benar pergi dia kembali menatap Amanda dengan intens. Memastikan sekali lagi benarkah Amanda baik-baik saja. Benarkah semua luka itu telah sembuh, karena pengkhianatan keluarganya tak main-main."Aku baik-baik saja, berhenti menatapku dengan tatapan mengasihani seperti itu," ucap
"Amanda," panggil Kaginda yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja.Luna yang awalnya tengah berbincang dengan atasannya itu pun sontak mundur, berniat keluar dan meninggalkan dua wanita ini."Ada apa? kenapa mendadak datang ke sini?" tanya Amanda pula, menatap bingung atas kedatangan sahabatnya tersebut. Biasanya mereka selalu membuat janji temu lebih dulu sebelum ada pertemuan. Tapi kini secara mendadak Kaginda muncul di hadapannya."Ada apa? katamu ada apa? Astaga," Kaginda sampai kehabisan kata-kata. "Aku bahkan sangat sulit untuk masuk ke sini tadi, di depan sana banyak wartawan yang mengerubungi Yayasan," jelas Kaginda kemudian, raut wajahnya nampak cemas.Menatap Amanda dengan begitu intens, menelisik kesedihan macam apa yang dirasakan oleh sang sahabat. Hancur yang mungkin sampai membuatnya sesak untuk bernafas.Sementara Luna telah benar-benar keluar dari ruangan ini, Kaginda berdiri di depan meja kerja Amanda. Dan malah melihat Amanda yang masih sibuk dengan semua pekerjaan
"Seria! Keluar kamu!" pekik mama Geni, dia juga langsung masuk semakin dalam ke rumah tersebut tanpa memerlukan izin. Sampai akhirnya mama Geni melihat Seria yang berdiri di ruang tengah rumah ini.Tatapan mereka saling terkunci, seperti tak ada yang ingin mengalah dalam perselisihan ini. Meski semuanya nampak kacau bagi Seria, namun dia tak ingin mengaku salah. Apalagi sampai menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.Tidak, Seria tidak akan pernah melakukan itu. Sebab baginya ini semua sudah benar.Saat itu bertepatan dengan mama Seria yang juga mendatangi ruang tengah kerena mendengar keributan."Dasar wanita tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mempermalukan Evan!" bentak mama Geni, suaranya yang menggelegar bergema di dalam rumah tersebut. Mama Geni maju dengan cepat dan menjambak rambut Seria."Hentikan Geni! jangan sakiti anakku!" ucap mama Seria, dia juga berusaha keras melepaskan perkelahian, menarik Geni agar melepaskan jambakannya sampai akhirnya Seria yang terlempar ke s
Evan sudah lebih dulu memutus sambungan telepon tersebut karena dia tak ingin kembali mendengar bantahan dari sang mama. Sejak beberapa waktu lalu dia memang sudah memutuskan untuk tidak mengikutsertakan sang mama dalam tiap keputusan yang akan dia ambil.Di masa lalu, Evan telah begitu patuh pada mama Geni. Semua hal yang diperintahkan oleh mamanya pasti dia teruti. Evan tak pernah berpikir panjang, asal sang mama yang memberinya perintah pasti akan dia lakukan.Tapi sekarang dia tidak ingin hidup seperti itu lagi, terlebih setelah menyadari bahwa semua hal yang dilakukan oleh Mama Geni selama ini adalah salah.Demi memperbaiki hidupnya yang sudah hancur, Evan akan memilih jalan yang baginya sendiri adalah yang terbaik.Hari ini Evan memutuskan untuk tetap datang ke perusahaan di tengah-tengah kondisi yang semakin memanas. Namun dia masih memilih untuk diam, tidak mengeluarkan satu katapun sebagai pembelaan."Tuan, beberapa klien membatalkan kerjasama karena skandal ini. Apa yang har
Saat pagi menjelang Evan masih juga belum mampu terpejam. Dia tetap duduk di sofa kamarnya dan melihat sang istri mulai bersiap untuk pergi bekerja.Evan sampai melupakan tentang keberadaan Aska di rumah ini, pikirannya benar-benar buntu. Dia sampai tak berani membuka ponselnya sendiri."Sayang," panggil Evan lirih saat Amanda mulai duduk di meja riasnya."Semalaman Mas tidak tidur?" tanya Amanda pula, berlagak seolah tidak tahu apapun. Tapi siapa yang peduli, dulu pun Amanda berusaha sembuh sendiri dari semua trauma."Bagaimana bisa aku tidur, pagi ini pemberitaan pasti semakin menjadi-jadi. Bisakah kamu membantah berita itu lagi?" tanya Evan, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa terbebas dari jeratan Seria."Mas, sekarang aku tidak mau ikut campur lagi. Kamu yang memulai untuk memiliki hubungan dengan Seria, jadi sekarang selesaikanlah semaunya sendiri," balas Amanda dengan kalimat yang terdengar begitu tegas.Sorot matanya tak mampu diajak untuk bernegosiasi.
Evelyn yang sejak tadi menguping semua kejadian dan pembicaraan sampai gemetar sendiri dibuatnya. Sebab Seria benar-benar mengirimkan bukti perselingkuhannya dan mas Evan ke sebuah media.Bingung apa yang harus dilakukannya juga, akhirnya Evelyn reflek masuk ke dalam kamar sang kakak."Mbak Amanda, aku mohon bantu mas Evan," pinta Evelyn setelah berhasil berdiri di hadapan sang kakak ipar. Mulai merasa bahwa Seria lah parasit yang sesungguhnya di keluarga Sanjaya.Wanita itu tidak menghasilkan apapun kecuali, Aska. Tapi bermimpi bisa jadi bagian dari keluarga ini."Kamu ingin lihat apa yang dikirim Seria pada Dream Media? lihatlah," balas Amanda, dia memutar laptopnya dan diarahkan pada sang adik ipar.Mulut Evelyn ternganga, lalu dengan cepat dia tutup menggunakan kedua tangan. Bagaimana bisa Seria menyebar foto yang begitu intim."Tersebar atau tidak, pihak Dream Media sudah melihat foto-foto ini. Pasti sudah melakukan pemeriksaan pula apakah foto ini asli atau palsu. Aku tidak bisa
Pada akhirnya Evan pilih untuk menyusul Amanda, masuk ke dalam kamar dan mengabaikan tentang kepergian Seria.Di luar sana Seria menangis dan terus mengetuk-ngetuk pintu. Sampai akhirnya penjaga keamanan bertindak dan menarik Seria keluar sampai ke luar gerbang rumah ini."Mas Evan!" pekik Seria dengan suara yang tercekat. Dia juga hanyalah manusia biasa, hal seperti ini membuatnya begitu hancur dan putus asa.Terlebih dulu angan-angan dan harapannya sudah begitu tinggi. Mendapatkan restu mama Geni lalu mampu memuaskan Evan. Tapi sekarang semuanya hancur, tak ada satupun yang mau memperjuangkannya."Kamu yang memulai ini semua Mas, jadi jangan salahkan aku jika mengungkap semuanya," lirih Seria, dengan tangan yang gemetar dia mengambil ponselnya. Sebuah file yang telah dia buat dengan begitu rapi langsung dikirimnya menuju Dream Media.Jantung Seria makin bergemuruh, tak mampu menebak apa yang akan terjadi besok. Sebab berita kali ini pasti akan berdampak lebih besar dari sebelumnya.
Sesaat Amanda hanya mampu mendelik saat merasakan ciuman di bibirnya, namun sepersekian detik kemudian dia coba untuk mendorong dada tuan Austin.Tapi tangannya justru di tahan dan membuat ciuman itu terasa semakin dalam, saat merasakan lidah tuan Austin menelusup masuk ke dalam mulutnya Amanda justru memejamkan mata. Merasakan tubuh yang begitu panas.Detik itu juga Amanda menyadari bahwa ada bagian dari dalam dirinya yang juga menginginkan sentuhan ini.Ketika Amanda tak lagi berontak, barulah secara perlahan Austin melepaskan ciuman tersebut. Ciuman yang membuat nafas keduanya jadi sedikit terengah. "Jangan bersikap seolah kita adalah orang asing, Amanda. Kamu adalah wanitaku," ucap Austin.Dan membuat Amanda menelan ludahnya dengan kasar. Pembicaraan tentang hal ini terus mereka bahas ketika bersama. Namun rasanya cukup sulit untuk membuat Amanda benar-benar membuka hati. Karena merasa semua permasalahannya belum selesai.Pada akhirnya Amanda memilih untuk diam, hatinya pun bimb
Sampai malam menjelang Amanda belum juga pulang ke rumah, Evan yang sejak tadi menunggu dibuatnya begitu cemas. Terlebih Amanda tidak memberi kabar apapun pada Evan.Coba menghubungi Luna pun sia-sia karena panggilan teleponnya tidak mendapatkan jawaban. Sebelumnya Luna sudah diperintahkan oleh Amanda untuk tidak perlu menghubungi ataupun menerima panggilan telepon dari suaminya tersebut.Menghilangnya Amanda membuat Evan jadi berpikir berlebihan, mungkinkah sang istri masih merasa marah tentang kedatangan Seria pagi tadi."Sial," gerutu Evan, di mengusap wajahnya dengan kasar. Mengurung diri di ruang kerjanya dengan perasaan yang campur aduk, marah, bingung dan cemas bercampur jadi satu.Suara pintu yang diketuk membuat perhatian Evan terpecah. Seorang pelayan masuk ke ruang kerjanya."Apa Amanda sudah pulang?" tanya Evan langsung, sebab kabar inilah yang dia tunggu-tunggu."Maaf Tuan, nyonya Amanda belum pulang. Tapi Seria kembali datang ke rumah ini.""Apa? kenapa kalian izinkan ma