Mereka pun saling berpandangan satu sama lain secara bergantian.Mereka sedang berpikir dalam otaknya masing-masing bagaimana caranya untuk bisa menyelesaikan masalah ini dan menemukan jalan keluar."Bos nanti aku antar ibu Vania, bos di sini saja istirahat. Jika nanti bos besar ingin mencari bos, aku akan menjawab jika bos lagi bertemu dengan rekannya." Usul Andre sambil menatap Hans lalu bergantian menatap Vania, "bagaimana?" tanya Andre.Vania pun mengnggukkan kepalanya begitu pula dengan Hans dia mengagukkan kepalanya."Ya sudah kalau gitu aku siap-siap dulu ya." sahut Vania sambil berjalan ke kamar mandi.Dan Andre pun keluar dari kamar Vania, sesampai pintu keluar kamar Vania, Andre menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya. "Bos, jika sampai bos besar tahu kau bisa dipenggal." ucap Andre.Hans yang tertidur di ranjang tempat tidur Vania dia pun mengusap wajahnya kasar, otaknya sudah tak bisa berpikir lagi. "Pokok semua kuncinya ada di kamu dan Tiara. Jangan sampai kele
"Silakan duduk ibu Vania." ucap pak Bram mempersilahkan Vania.Vania pun duduk, dia duduk di sebelah kiri pak Bram, dia duduk saling berhadapan di dalam ruang meeting yang memiliki ukuran yang lumayan luas, dengan meja yang begitu besar dikelilingi banyak kursi. Ruangan meeting yang dilengkapi dengan peralatan modern untuk memberi kemudahan kerja lebih baik pada karyawannya.Ruangan meeting yang memiliki suhu sedikit dingin membuat Vania tak merasakan dinginnya itu, entah mengapa tangannya seperti mengeluarkan air keringat, membuat Vania menggosokkan Kedua telapak tangannya supaya lebih nyaman.Vania duduk dengan tenang, dia berusaha menyembunyikan beberapa kerisauan di dalam hatinya, Vania belum mengetahui Mengapa dirinya diajak bertemu oleh pemilik utama perusahaan tempatnya bekerja.Vania takut ada kesalahan yang tak dia sadari.Vania belum mengetahui jika laki-laki yang sudah berumur tersebut orang tua Hans.Vania pun menatap laki-laki yang duduk di sebelahnya, dalam berbicara pe
Pak Bram pun beranjak dari duduknya, dan dia pun melangkahkan kakinya satu langkah ke depan mendekati Andre yang tengah duduk di meja kerjanya.Pak Bram berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada, dia berdiri di dekat pintu jendela sambil menatap ke arah keluar jendela, yang terlihat langit membiru bersih tanpa awan.Di dalam ruangan yang bersuhu sedikit dingin itu, ada perasaan cemas dan gelisah di hati Andre, dia tak tahu harus apa yang dilakukannya yang jelas dia sedang menggerutu di dalam hatinya."Lantas Siapa yang harus saya percaya di antara kalian berdua?" ucap pak Bram.Kali ini posisi Andre benar-benar terhimpit dia tak tahu harus menjawab apa, kali ini dia begitu pasrah karena tak ada yang menolong dirinya. "Apes bener, ya sudahlah aku jujur saja daripada aku dipecat, perkara bos Hans marah sama aku ya tinggal aja menyalahkannya, suruh siapa Nggak sesuai dengan rencana." ujarnya di dalam hati.Dan Andre pun beranjak dari duduknya, dan dia melangkahkan kakinya untuk mend
Bagaimana tak horny dia adalah sesosok wanita taurus dimana zodiak tersebut memiliki kesan gairah yang sangat begitu tinggi, dalam diamnya dia seperti orang yang cupu namun jika di telisik lebih dalam dia sesosok zodiak yang bisa dikatakan jauh di atas rata-rata,Apalagi bertemu dengan sosok scorpio, di mana zodiak tersebut yang memiliki love language physical touch, sehingga menambah kesan semakin tinggi.Tapi itu hanya sekedar zodiak, kita tak bisa menilai secara keseluruhan berdasarkan zodiak tapi ada kalanya zodiak bisa menjadikan sebuah acuan meskipun itu tak 100%.Vania yang jatuh dalam pelukan Hans, dia menikmati pelukan itu meskipun tubuhnya diselimuti dengan suhu sedikit tinggi imbas dari suhu badan Hans."Saaayang." seru Vania mode manjanya keluar.Hans pun yang merasakan badannya sedikit nyeri dengan suhu badannya yang tinggi dia pun tersenyum di sudut bibirnya, dia benar-benar membuktikan jika wanita yang dicintainya itu adalah wanita yang sangat haus akan sentuhan.Bagai
"Hans kenalkan ini Sisilia, dia adalah anak om Ramon." seru pak Bram kepada Hans.Hans pun terdiam menatap wanita yang duduk di depannya, wanita yang duduk dengan anggun dengan kedua kakinya disila.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke Ramon seorang pengacara besar terkenal dengan penampilan glamornya.Hans menatapnya tanpa sedikitpun berkedip, tetapan Hans adalah sebuah tatapan kemarahan yang besar namun dia tidak bisa menunjukkan rasa kemarahan itu saat ini.Di samping menjaga nama baik orang tuanya dia harus menjaga sikapnya dihadapan orang lain.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke wanita yang duduk di samping Sisilia yang tak lain adalah mama Sisilia,Seorang wanita yang terkenal dengan hobinya memasak, dia memiliki channel yang mempunyai banyak pengikut, di samping itu banyak rumor yang beredar jika Ramon adalah seorang pengacara yang memiliki banyak wanita.Membuat wanita yang bernama Herra tersebut harus mau berdampingan dengan sang suami yang memiliki banyak wanita.Entah
Hans yang tengah duduk dia pun menyandarkan kepalanya di sofa,Dia menarik nafasnya dengan dalam-dalam sambil matanya menatap setiap arah sudut ruangan, yang jelas pikirannya kemana-mana.Sepertinya dia lelah menghadapi situasi yang menurutnya sangat rumit.Situasi yang menekan dirinya."Kedatanganku ke sini aku hanya ingin bertanya satu hal sama papa." ujarnya.Kini Hans mengubah cara duduknya, dia duduk dengan sedikit tegap seolah dia berbicara dengan sedikit serius,Waktu menunjukkan hampir tengah malam namun Hans masih duduk dan ingin mendengarkan penjelasan dari bapaknya secara langsung saat ini juga.Pak Bram pun melipat kedua tangannya di dada, dan dia menatap anak tunggalnya yang tengah duduk di depannya."Katakan apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab pak Bram.Jujur sebenarnya Hans sedikit ragu untuk bertanya ini, namun untuk memenuhi rasa penasaran di hatinya dia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada papanya."Kenapa papa mengangkat seorang karyawan Jadi petinggi perus
Pak Bram pun menatap sang istri, dia menatap dengan matanya yang merah padam seperti rasa amarah di dalam jiwanya.Dia menatap sang istri dengan mendalam, dia menatapnya dengan jarak yang hanya sejengkal."Apa maksud mu? Aku seperti ini karena aku sayang ke Hans. Jangan coba halang-halangi aku." jawabnya.Bu Lucie lansung menampar pak Bram dengan keras, dia sudah tak tahan lagi dengan sikap sang suami yang gak bisa di beri masukan."Sudah cukup, dengarkan aku sekali ini saja, aku tanya apa keuntungan yang kamu dapat jika kamu menjodohkan Hans dengan anak teman mu di luar nilai tambah perusahan kita? Apakah kamu dapat uang di luat iys?" tanyanya secara beruntut.Hans yang melihat perdebatan sengit kedua orang tuanya dia pun mengalihkan pandangannya, dia tak mau melihat kedua orang tuanya yang berperang mulut.Telinganya sangat begitu memerah, dia sudah merasa tak tahan lagi mendengar ucapan-ucapan panas yang keluar dari mulut kedua orang tuanya,Dan Hans mengusap wajahnya dengan kasar,
"Aku telah menjual gelang itu, gelang satu-satunya yang kupersembahkan untuk diriku sendiri Om. Aku jual karena Vero dan Veno saat itu sakit secara bersamaan." jawab Vania.Aska yang berada di balik telepon dia pun mendengar itu langsung menatap kepada sang istri yang duduk di dekatnya, mereka saling menatap satu sama lain seolah mereka memberikan sebuah isyarat jika sebenarnya Vania kurang beruntung di tempat barunya.Dan setelah mereka saling mengobrol santai dengan Vania,Setelah beberapa lama Aska pun menutup panggilan teleponnya.Dan dia meletakkan teleponnya di atas meja tepat di depannya.Dia mengusap wajahnya dengan kasar, dia merasa dirinya telah gagal menjadi orang tua untuk Vania."Aku harus menghubungi sahabatku, dia masih satu negara dengan Vania, Aku harap dia bisa membantu untuk mengawasi Vania." ujarnya kepada Nilam.Dan Nilam pun menganggukan kepalanya tanda dia setuju.Keesokan harinya.Vania datang ke kantor, Dia datang dengan berpakaian yang sangat begitu rapi, D