Ah Nian bisa mendengar suara langkah kaki Lian er, dia sengaja tidak menahan Wei Zhang untuk terus bicara, malahan Ah Nian berniat memancingnya untuk membuat Lian er marah hingga menimbulkan keributan di kediaman keluarga Hua. Sepertinya Lian er sangat kecewa dan kesal, apa mungkin dia tidak mendapatkan bantuan dari Hua Mei, bagus sekali, aku akan menambah kekesalan hatinya, bisik Ah Nian dalam hati. "Hahahahaha, sepetinya kamu terlalu besar kepala, berhentilah sekarang atau kamu akan menyesal dan menangisi diri sendiri, jangan terlalu banyak berharap, kamu pikir siapa Dokter Hwang Jun? Dia adalah pria terhormat, mungkin saat ini dia terlihat sangat memperhatikanmu, tapi jangan sampai hal itu membuatmu merasa terlalu percaya diri bahwa dia bersedia untuk menikahi wanita yang sudah hamil, masalah kamu tidur dengannya atau tidak itu hanya masalah sepele bagi seorang pria yang berkedudukan tinggi sepertinya. Jika kamu tetap berniat untuk membesarkan masalah ini maka khawatirkan dirimu
Hua Mei menekan dadanya sendiri yang terasa nyeri dan sakit. Dia segera menggelengkan kepalanya seraya berusaha berdiri, Juan Lin segera membantunya untuk berdiri. Hua Mei ingin mencegah niat Wei Zhang. "Tidak, kamu tidak boleh menghubungi dokter, bagaimana jika ada yang tahu dia celaka di sini? Aku tidak ingin berurusan dengan polisi, biarkan saja dia mati, aku sangat benci sekali dengan wanita buta itu, lihatlah dia hanya orang cacat yang selalu menyusahkan keluarga kita, dia tidak pantas diselamatkan! Biarkan dia mati, oke? Kita bisa menguburkan mayatnya di kebun belakang, biarkan dia kehabisan darah dan mati!" Bujuk Hua Mei dengan bibir bergetar pada Wei Zhang. Hua Mei menatap kedua mata Wei Zhang seraya memeluk pinggang Wei Zhang, tangan Hua Mei gemetaran bergerak perlahan menyentuh dada bidang Wei Zhang lalu mengusap pipinya hingga Wei Zhang mengalihkan perhatiannya dari sekitar dan hanya tertuju padanya. Wei Zhang menatap kesedihan dan sakit hati tersirat dari kedua mata Hua
Sluurpp, sluurrpp, "aku sangat merindukanmu, cairan milikmu ini membuatku hanya ingin memangsamu sepanjang malam, nikmat sekali organ intimmu," tutur Wei Zhang yang sudah lupa dengan semua hal. Yang Wei Zhang pikirkan sekarang hanya ingin memenuhi hasratnya untuk memuaskan diri sendiri dan juga Hua Mei."Ouhhh, oohhh, keluarkan kejantananmu, tekan lah ke dalam liangku, aku ingin merasakannya semalam suntuk, oohhh, aku tidak sabar lagi, aahhh, sshhh, ayolah," rengek Hua Mei seraya meraba pipi Wei Zhang yang sejak tadi menjilati liang intim Hua Mei serta menyesap kacang kecil di sisi depan organ intim Hua Mei.Cairan Hua Mei terus turun membasahi sisi luar seluruh area intimnya yang merah akibat permainan dari bibir Wei Zhang.Wei Zhang langsung berdiri dan mengeluarkan kejantanan miliknya lalu dia tekan Hua Mei duduk di tepi ranjang, dengan posisi bersandar Hua Mei membuka kedua pahanya. Wei Zhang naik ke atas ranjang dan langsung menyodok-nyodok liang intim Hua Mei dengan penuh nafsu.
"Oh, ouuuh, Hua, oohh, kamu sangat seksi dan menawan, oohhh, terus goyangkan bokongmu, oohh, nikmat sekali rasanya," ujar Wei Zhang.Hua Mei terlihat senang mendengar suara Wei Zhang mendesah penuh kenikmatan, dia sesekali memajukan bokongnya lalu kembali bergoyang naik-turun sampai cairannya membasahi perut Wei Zhang.Lian er segera menyela dan berteriak di ambang pintu."Kalian hentikan, ada orang menerobos masuk ke dalam rumah, mereka semua menuju ke kamar Ah Nian!" Teriak Lian er pada Wei Zhang dan Hua Mei.Hua Mei masih sibuk dan hampir sampai pada titik klimaksnya, dia bisa mendengar ucapan Lian er tapi tubuhnya yang ingin mendapatkan kepuasan detik itu juga menolak untuk berhenti."Oohhh, oohhh, aahh, sshh, nikmat sekali, oohh, aku ingin lebih lama, ohhh, Wei, aku ingin lebih," desah Hua Mei sambil membungkuk dan melumat bibir Wei Zhang.Wei Zhang langsung menyodok-nyodok liang intim Hua Mei dari sisi bawah dengan posisi telentang, Wei Zhang meremas-remas bokong Hua Mei yang se
"Jangan-jangan kamu memutuskan untuk menerimaku hanya demi membalas semua perbuatan keluarga Hua?" Tanya Hwang Jun dengan senyum lebar di bibirnya. Dia sengaja menggoda Ah Nian dengan berpura-pura kesal padanya. Padahal meski Ah Nian sungguh memanfaatkan hubungan antara mereka berdua sebatas untuk membalas dendam, Hwang Jun sama sekali tidak merasa keberatan. Hwang Jun bersedia ditempatkan di posisi apapun asalkan Ah Nian terus menggenggam tangannya.Ah Nian menundukkan kepalanya sambil menggigit bibirnya sendiri. Dengan bibir bergetar Ah Nian mulai mengatakan pada Hwang Jun."Sebenarnya semua yang Tuan Muda Hwang katakan barusan memang benar, pada awalnya aku memutuskan untuk menarik perhatian Tuan Muda Hwang demi keinginanku untuk membalas dendam pada keluarga Hua Mei. Aku ingin merebut semua hal yang menjadi sumber kebahagiaan di dalam keluarga Hua, aku mulai bertaruh pada diriku sendiri dan berani mengambil keputusan untuk melakukannya tepat saat Tuan Muda Hwang mengejarku dengan
Pada keesokan harinya Hwang Jun pergi ke kediaman keluarga Hua setelah membuat janji untuk bertemu. Dia disambut oleh Hua Mei, beserta anggota keluarga yang lain. Saat menatap wajah semua orang di sana, tak satupun dari mereka yang menunjukkan rasa bersalah atas perbuatan Lian er kemarin. Hua Mei segera mempersilakan Hwang Jun masuk ke dalam rumah."Mari Tuan Muda Hwang, silakan masuk." Hwang Jun masuk ke dalam lalu duduk di ruangan utama. Wei Zhang segera mengambil tempat duduk lalu mengajukan pertanyaan pada Hwang Jun."Tuan Muda Hwang, hal penting apa yang membawa Anda jauh-jauh datang ke sini? Apa mungkin untuk membahas kerjasama antara perusahaan sebelumnya?" Hwang Jun mengukir senyum lalu menatap ke arah semua orang di ruangan utama. Lian er juga ada di sana, gadis itu duduk di sebelah Hua Mei tanpa mengatakan sepatah katapun. Sementara Juan Lin duduk tak jauh dari Wei Zhang , pria itu terlihat malas menyambut kedatangan dirinya."Saya sudah memutuskan untuk segera meresmik
Ketika tiba di kediaman, Hwang Jun berjalan masuk ke dalam rumah. Ah Nian sudah menunggu kedatangannya. Mendengar suara langkah kaki Hwang Jun, Ah Nian segera menegurnya."Tuan Muda Hwang? Anda sudah pulang?" Ah Nian berjalan mendekat lalu memeluk pinggangnya. Ah Nian bisa mengetahui di mana posisi Hwang Jun tanpa menggunakan tongkat penuntun jalan miliknya. Dalam waktu singkat dia juga bisa mengenali seluk-beluk jalan dan ruangan di kediaman tersebut. Hwang Jun membeku di tempat tanpa mengatakan sepatah katapun. Ah Nian bisa merasakan amarah bergolak di dalam dada Hwang Jun.Ah Nian langsung melepaskan pelukannya dan memutar badan lalu berjalan menuju ke arah halaman samping, di sana dia berdiri sambil berpegangan pada pagar pembatas, angin semilir terasa begitu sejuk menerpa helaian rambut panjangnya. Ah Nian mengukir senyum pada bibir tipisnya lalu mengangkat tangan kanannya untuk merasakan getaran halus semilir angin di sekitar."Dari irama detak jantungmu aku bisa mendengarnya,
Karena lamaran pertama gagal, Hwang Jun tidak datang lagi untuk meminta Ah Nian dari keluarga Hua. Dia langsung mencetak kartu undangan pernikahan dengan Ah Nian dan akan dilangsungkan satu bulan lagi.Keluarga Hua sangat terkejut dengan keputusan Hwang Jun yang tetap tidak mengurungkan niatnya untuk menikahi Ah Nian."Aku rasa kepalanya pasti terluka, mana ada pria sehebat Hwang Jun malah memilih wanita cacat untuk dinikahi?" Ejek Juan Lin disusul suara tawa keras ketika melihat kartu undangan pernikahan Hwang Jun dengan Ah Nian. Lian er mendengar suara tawa keras Juan Lin, dia segera pergi menghampirinya."Apa yang aku katakan kemarin-kemarin sama sekali tidak bisa membuka pikiran Tuan Muda Hwang? Apa dia sudah buta juga karena tertular oleh Ah Nian? Dia tidak boleh menikahi wanita yang hamil oleh pria lain! Nama baik keluarga Hong bisa tercemar jika beritanya sampai tersebar!" Ujar Lian er seraya menatap kartu undangan pernikahan yang diberikan untuknya."Keluarga Hong tidak tahu
***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san
Hwang Jun tertawa renyah, hal itu membuat Ah Nian merasa lega sekali. Sinar mata Hwang Jun dengan kilat tajam bagai pedang semalam, Ah Nian sangat berharap dia tidak akan pernah melihatnya kembali!"Orangku memang berhasil menangkapnya, tapi dia kabur pukul dua dini hari," Hwang Jun tidak berbicara omong kosong, dia juga menunjukkan pesan dari orang-orang yang dia tugaskan untuk menjaga Juan Lin."Ya, tentu saja, dia pasti sangat ketakutan setengah mati, siapa yang tidak tahu tentang Tuan Muda Yelan? Pasti Juan Lin sangat takut lantaran ulah keluarganya di masa lalu, dia pasti cemas dan berpikir akan mengalami nasib yang sama." Ah Nian meremas tangannya sendiri, jelas sekali kegelisahan tengah singgah di dalam hatinya saat ini."Tenanglah, masalah Juan Lin, aku yang akan mengurusnya, ini tidak ada kaitannya denganmu, Nian. Kamu hanya korban di sini," tuturnya untuk meyakinkan Ah Nian.Ah Nian menganggukkan kepalanya."Jangan sampai Tuan Muda Hwang kenapa-kenapa, aku tidak akan pernah
Ah Nian hanya menelan ludahnya sendiri ketika melihat sorot mata tajam yang sempat dia lihat sekilas pada kedua mata suaminya tatkala bertemu tatap dengannya satu menit yang lalu. Ah Nian langsung meremas baju tidur yang menutupi tubuhnya.Baru beberapa menit Hwang Jun pergi ke kamar mandi ponsel Hwang Jun di atas meja berdering nyaring.Ah Nian kaget sekali, dia langsung mengambilnya dan menjawab telepon. Biasanya Ah Nian juga menerima panggilan di ponsel Hwang Jun semenjak mereka menikah. Dan pikirnya itu telepon dari rekan kerja Hwang Jun seperti biasanya.Begitu mendengar suara di seberang sana, Ah Nian langsung memutuskan panggilan dan menaruh benda pipih tersebut kembali ke atas meja di sebelah ranjang.Ah Nian segera berpura-pura tidur seolah-olah tidak ada yang terjadi.Hwang Jun sudah selesai mandi, dia melihat Ah Nian meremas selimutnya.Hwang Jun pikir Ah Nian kedinginan hingga menggigil."Apa ac-nya terlalu dingin?" Tanya Hwang Jun seraya duduk di sebelah Ah Nian. Hwang Ju
Melihat rekaman kamera dalam ruangan pertemuan tersebut sontak Hwang Jun terduduk lemas di kursi. "Jadi ini yang ingin kamu sembunyikan dariku? Apakah sikapmu berubah belakangan ini juga karena Juan Lin?" Tanya Hwang Jun pada dirinya sendiri. Hwang Jun mengusap wajahnya dengan perasaan gelisah. Dia segera menghapus semua data rekaman di ruangan pertemuan serta detik-detik ketika Ah Nian tiba-tiba ditarik paksa oleh Juan Lin.***Tiga jam kemudian, Hwang Jun tiba di rumahnya. Saat mencari istri tercintanya Hwang Jun melihat Ah Nian sedang duduk melamun di kursi teras samping.Hwang Jun berjalan lesu mendekatinya lalu duduk di sebelahnya dan langsung meletakkan kepalanya di atas pangkuan Ah Nian.Ini tidak seperti biasanya, setiap Hwang Jun bersikap berbeda selalu ada alasan kenapa pria itu melakukannya.Ah Nian merasa cemas dan takut, kedua telapak tangannya mengepal kuat dan dia tidak berani menyentuh tubuh atau kepala Hwang Jun yang biasanya dia belai dengan penuh kasih sayang.Hany