"Ibu, lihatlah baju ini, cantik kan?" ketika Natalie keluar, Jennie pun memamerkan baju yang dia kenakan itu dengan bangga. Natalie menatap baju yang dikenakan Jennie dan berkata dengan terkejut, "Ini adalah baju merk Calvin Klein yang diimpor dari Amerika itu kan, harganya sekitar 50 jutaan, dari mana kamu mendapat uang sebanyak itu?" "Ini gratis loh, Bu," kata Jennie kepada ibunya dengan senyum yang semringah. "Maksudmu gratis? Apakah kamu sedang bercanda?" kata Natalie. "Karena aku ada ini." Jennie lalu mengeluarkan kartu VVIP itu. "Apa itu?" tanya Natalie sambil menatap kartu itu. "Ini adalah kartu VVIP Mall PVJ Bandung, dengan kartu ini, kita bisa membeli seluruh barang di mall itu dengan gratis," kata Jennie. Natalie mengerutkan kening dan sedikit tidak percaya pada putrinya sendiri. Mall PVJ Bandung merupakan salah satu mall terbaik di kota Bandung. Meskipun putrinya merupakan mahasiswa yang sudah tingkat akhir, namun dia masih meru
Mega mengatakan itu dengan marah, lalu masuk kedalam kamar Andin. Sean memijat pundaknya sendiri dan menyimpan kembali makanan itu lalu duduk diruang tamu sambil menonton tv.— Keesokan harinya, Sean mengantar Andin ke sekolah dan sekalian pergi ke Perusahaan Arthaguna. Semenjak dia membeli Perusahaan Arthaguna itu, dia tidak pernah mengunjunginya karena terlalu sibuk menjaga putrinya. Dia kebetulan datang untuk melihat kondisi kantor hari ini dan juga sekalian mencari tahu siapa klien Mega itu. Setelah masuk melalui pintu kantor, Sean melihat beberapa satpam sedang menggosipi dirinya. Setelah mendengar semua perkataan satpam itu, hatinya pun dipenuhi oleh amarah. "Bukankah dia sudah dipecat? Kenapa datang lagi?" "Dipecat? Kamu berpikir terlalu banyak." "Ah, seingatku atasan kita pernah berkata, tidak hanya ingin memecatnya bahkan juga menahan gajinya." "Iya, ini merupakan kekuasaan Direktur Khair. Saat itu aku juga merasa kalau sudah waktunya o
"Pikirlah dengan jelas, sekarang beri aku data klien yang sedang dilayani oleh Mega itu," kata Sean sambil mematikan rokoknya. Chandra mengangguk dan langsung menyuruh sekretarisnya untuk pergi mencari manajer marketing. Dengan cepat, sekretarisnya kembali dengan membawa data klien itu. "Tuan Sean, ini adalah data yang kamu inginkan," kata sekretaris itu dengan hormat dan meletakkan data itu didepan Sean dan menatap Sean dengan tatapan yang berkilau.Siapa yang menduga, Sean yang awalnya hanya merupakan satpam di kantor ini, seketika dia bisa menjadi pemilik saham terbesar diperusahaan ini. Apalagi ketika melihat direktur Chandra sedang berdiri dengan hormat disamping Sean, sekretaris itu pun semakin menghormatinya. Setelah Sean melihat data orang itu, dia lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon Roby. Jika ada yang berani mengganggu istrinya, maka harus berani menanggung resikonya juga! Setelah menutup telepon, Sean kembali berkata, "Satu lagi, atur jadwal untu
"Aku menertawakan kebodohanmu," kata Sean dengan sombong. "Hmm, dasar miskin, jangan terlalu bangga. Pemilik saham baru itu akan hadir dalam rapat yang akan diadakan pada hari rabu. Bersiaplah hari hari tenangmu akan segera berlalu. Satu lagi, apakah kamu tahu siapa klien yang dijumpai oleh istrimu itu? Aku beritahu kamu, klien itu adalah klien yang terkenal akan kegenitannya. Istrimu tidak akan berhasil mendapatkan bisnis itu jika tidak mengikutinya ke hotel. Kamu tinggal menunggu waktu untuk diselingkuhi saja," kata Khair dengan hina. "Oh begitu ya, kalau begitu bersiaplah mungkin kamu akan kecewa nantinya. Harus kamu ingat, dia tidak berani bersikap aneh aneh terhadap istriku. Dia mungkin akan bermohon kepada istriku dan akan menandatangani kontrak itu. Kalau tidak percaya, silahkan tunggu saja," kata Sean sambil tersenyum, lalu pergi dari perusahaan itu. Jika dengan Roby masih belum bisa menangani seorang manajer perusahaan ini, maka dia tidak usah bekerja untu
Mega mengerutkan kening dan menatap alkohol di meja itu dengan penuh keraguan. Dia tidak menyangka kalau Aksa begitu susah dilayani. Melihat keraguan Mega, Aksa pun tersenyum dan terus menatap Mega. Gadis ini dipenuhi oleh aura kewanitaan yang dewasa, terlihat seperti buah persik yang segar dan lembut dia sangat menggoda. "Nona Mega, aku tahu kontrak ini sangat penting bagimu. Aku akan menandatangani kontrak ini jika kamu membicarakan ini di dalam kamar bersamaku. Aku akan langsung menandatanganinya," kata Aksa. Dia berkata sambil kembali mengulurkan tangannya ke atas paha Mega. Aksa merasa kalau ini sudah merupakan waktu yang cocok dan Mega pastinya tidak akan menolaknya lagi.piak! Mega langsung menampar wajah Aksa. "Dasar laki-laki genit, kamu anggap apa aku? Terserah kamu saja mau kasih ke siapa kontrak ini, aku tidak membutuhkannya lagi!" Meskipun Mega membutuhkan kontrak ini, namun dia merupakan seorang wanita yang berprinsip. Apalagi sekarang penya
"Jadi begini, kontrak kali ini akan aku setujui langsung. Mari kita ke lobby untuk mencari meja untuk menandatangani kontrak inu," kata Aksa dengan panik ketika melihat Mega tidak percaya dengannya. Ini adalah perintah dari CEO Ardy yang menyuruhnya untuk segera menyelesaikan masalah ini. Kalau tidak, semua ini akan tidak berakhir dengan baik. "Manajer Aksa, apakah ini serius?" Mega sedikit terkejut dan menatap Aksa dengan tidak mengerti. Apakah tamparannya tadi membuat dirinya menjadi bodoh?"Nona Mega, apakah aku terlihat seperti bercanda? Baru saja, aku mendapat telepon dari CEO Ardy, dia menyuruhku untuk menyetujui bisnis ini untukmu. Nona Mega, kenapa kamu tidak berkata lebih awal kalau kamu mengenal orang penting seperti dia? Kalau kamu mengatakannya lebih awal, maka tidak akan terjadi semua ini," kata Aksa sambil tersenyum pahit. "Aku mengenal orang penting? CEO Ardy? Aku sama sekali tidak mengenalnya," kata Mega kebingungan. Jika benar dia mengenal orang pe
Khair hanya terbengong, "Mega kenal dengan Roby? Dan Roby secara langsung menelepon CEO Ardy karena masalah ini?" Khair tidak berani percaya kalau ini adalah kenyataan. Bagaimanapun caranya berpikir, dia tidak bisa mendapatkan sebuah alasan yang tepat akan semua ini. Karena dia merasa dia telah mengenali Mega dengan jelas. Ekspresi wajah Khair semakin buruk ketika dia tiba tiba terpikir akan perkataan Sean tadi, "Apakah Sean yang membantunya? Orang kaya dari mana? Pastilah Sean yang berpura pura memalsukan itu." "Aksa, kamu benar benar bodoh. Kamu bahkan tidak sadar kalau telah dipermainkan orang lain. Aku mulai curiga bagaimana kamu bisa mendapatkan kedudukan tinggi di perusahaan itu?" Khair menggelengkan kepala dan terasa aura hinaan pada tatapannya. Kabar Mega yang berhasil berbisnis dengan perusahaan Maha Putra Buana pun mulai tersebar di dalam perusahaan. Apalagi pada area marketing, begitu banyak orang yang tidak percaya. Itu merupakan kontrak yang sudah diur
Semua orang disana masih belum sadar dari khayalan mereka. Hanya sebagian orang yang mengerti perkataan Khair tadi. Mereka semua hanya menatap Khair dengan wajah terkejut. Apalagi dua pria dan satu wanita yang tadinya menghina Mega itu. Mereka memiliki kemampuan bekerja dan juga kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan Mega. Namun Mega lah yang diangkat supervisor. Ini membuat mereka menjadi merasa tidak puas dan menatap Mega dengan pandangan yang penuh dendam. "Aku berkata semua orang segera pergi ke ruang rapat. Apakah kalian tidak dengar?" kata Khair ketika melihat tidak ada orang yang bergerak. Dia sedikit marah dan berkata dengan suara yang cukup kuat. Sekarang semua orang sudah mengerti dan berbondong bondong ke ruang rapat. Sementara Mega masih dalam kondisi terkejut. Dia masih belum pernah mengalami kenaikan jabatan selama ini. Semenjak dia bekerja diperusahaan itu, selain hanya ingin mendapatkan gaji pokok, dia juga ingin mendapatkan komisi dari beberapa b