Sean melihat kearah laki-laki yang menyindir Irfan, laki-laki itu bernama Devan. Dulu kondisi keluarganya juga begitu baik, tetapi dia memiliki dendam kepada Irfan dan membuat mereka menjadi musuh. Irfan memandang tepat ke arah Devan, karena kemarahan yang berlebihan hingga membuat wajahnya memerah dan tubuhnya gemetaran. “Kita adalah teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kenapa harus ribut-ribut seperti ini?“ Sean sudah tidak bisa melihat lebih lanjut lagi dan dia bertanya dengan datar. “Ya, ternyata kamu benar-benar sahabat sejatinya, begini saja kamu sudah muncul dan membantunya,” Devan melihat kearah Sean dan menyindirnya. “Yang aku maksud adalah, jika kalian memiliki dendam maka bisa diselesaikan secara pribadi. Hari ini merupakan reuni teman sekolah dan bukan saat yang tepat untuk kalian meluapkan kemarahan. Tentu saja aku sedang membantu Irfan, jika kamu tidak terima maka kamu bisa mencariku secara pribadi,” Sean tersenyum mengejek, dia memang
“Apa kamu masih ingat saat perlombaan sepak bola waktu itu, pada menit terakhir kelas kita masih ketinggalan 1 angka, jadi semua orang mengira jika kita akan kalah. Tetapi siapa sangka jika di menit tambahan kita bisa membalikan keadaan dan lompatan yang dilakukan oleh Davindra membuat kita menyamakan kedudukan. Dan pada akhirnya perlombaan diputuskan untuk dilakukan penambahan waktu dan kita mengandalkan tendangannya waktu itu.” “Iya benar sekali, sundulan yang dilakukan oleh Davindra benar-benar menakjubkan, dia memberikan kenangan terindah pada saat kita kuliah dulu, kita benar-benar menikmati pada masa itu, hahaha.” “Dan juga pada saat acara makan-makan setelah pertandingan, semua orang minum sampai mabuk. Dan pada akhirnya mereka mengantar Rini ke asrama laki-laki dan keesokan harinya Rini yang mengetahui hal itu berteriak, hingga membuat semua orang terkaget-kaget. Aku masih ingat saat itu Sandi yang ketakutan hanya menggunakan celana pendek berlari ke kamar mandi
Langit terlihat semakin gelap dan banyak murid yang sudah sampai, tidak lama kemudian pintu ruangan itu kembali terbuka. Mereka melihat Erwin dan Yasmin yang masuk beriringan, pada saat itu pandangan semua orang yang berada diruangan itu tertuju pada Erwin. Meskipun Yasmin juga merupakan bunga kelas diangkatannya tetapi pandangan mereka masih saja tertuju pada Erwin. Karena pada malam hari ini Erwin merupakan tokoh utama dari acara kali ini.Erwin memiliki latar belakang keluarga yang begitu bagus dan sekarang umurnya yang begitu muda sudah bisa menduduki jabatan kepala bagian, dan dia juga merupakan kepala dari bagian terpenting dalam sebuah perusahaan. Dan pamannya juga seorang wakil pimpinan, membuatnya semakin bangga dan masa depannya begitu cemerlang. “Hallo kepala Erwin !” “Pak Erwin ini kartu namaku !” “Ayo Pak Erwin lama kita tidak berjumpa, malam ini kita tidak akan kembali jika tidak mabuk !” Kedatangan Erwin pada saat itu membuat keramaian acar
Irfan sedikit ragu-ragu tetapi keraguan itu dia tepis dan mengikuti Sean yang berjalan menuju meja yang diduduki oleh Erwin. Tidak ada tempat lagi di meja lainnya, mereka tidak mungkin makan sambil berdiri. Melihat Sean dan Irfan kedua orang miskin itu berani duduk di meja utama, dan orang lain yang melihatnya seketika menjadi tidak senang. Mereka menunjukan senyum merendahkan. Meja utama yang diduduki oleh Erwin masih ada 2 kursi kosong yang tersisa, lalu mereka mendudukinya. Orang-orang yang sudah duduk di meja itu melihat mereka dengan tatapan aneh. Meskipun tidak ada pembagian jelas mengenai tempat duduk dan tidak ada aturan siapa yang harus duduk dimana. Mereka semua sudah dewasa asalkan memiliki pengalaman dalam bersosialisasi ataupun kesadaran diri, tentu saja mereka tahu jika mereka harus duduk dimana jika berada di acara saat ini. Jika kamu ingin duduk di meja utama maka kamu harus memiliki kemampuan dan kekuasaan, jika tidak dimata orang lain kamu dianggap tid
Sorot mata Yasmin terlihat mencemooh tetapi Erwin malah terlihat kebingungan. Apa aku saja yang berpikir terlalu banyak, dan Sean adalah seseorang yang mengenal bos dari La Castillo saja ? Davindra menggelengkan kepalanya, berdasarkan status yang disandangnya dan jika dibandingkan dengan Sean yang hanya orang miskin maka benar-benar membuat dia kehilangan martabatnya. Dia beranjak dari tempat duduknya, melihat ke semua orang, dia mengatakan dengan lantang, “Hadirin sekalian sebelum meminum anggur ini lebih baik rasanya jika kita meminta Pak Erwin untuk bersulang terlebih dahulu untuk kita semua.” Semua orang mengiyakan apa yang Irfan katakan, dan meminta Erwin untuk mengatakan dua patah kata. “Baiklah kalau begitu, aku akan mengatakan beberapa patah kata,” Erwin juga tidak menolak lagi, dia beranjak dari tempat duduknya dengan mengangkat gelas anggurnya, pandangan matanya entah disengaja atau tidak melihat ke arah Sean, dan tersirat bangga di dalam matanya.
Hari ini Erwin mengundang mereka sepasang suami istri untuk datang ke acara reuni kali ini. Tentu saja karena dia tidak memiliki niat baik untuk mereka, tetapi kenapa Sean masih saja membiarkan Erwin bersikap semaunya. “Tolong kalian dengarkan sebentar, ternyata ada seseorang yang tidak tau malu disini, di acara yang diadakan oleh Pak Erwin ternyata dia masih berani mengatakan jika Pak Erwin masih tidak pantas untuk dia ajak bersulang,” Yasmin berkata dengan menunjuk ke arah Sean dengan begitu keras karena ingin semua orang mendengarnya. “Eh Sean, sejak kapan kamu berubah menjadi orang yang memalukan? Apakah pendapatanmu setiap bulan sudah ratusan juta atau bahkan milyaran? Apa kamu tidak ingin membuat temanmu ini merasakan kesuksesanmu?” “Iya benar, kita semua adalah teman lama, biarkan semua orang minum bersamamu.” Mendengar perkataan itu membuat seseorang kembali mencemoohnya. “Jika kamu merasa iri dengan kesuksesan Pak Erwin jangan ragu untuk mengak
Laki-laki itu atasannya Erwin, yaitu Irwan. “Tuan Sean, ternyata kamu juga datang untuk makan malam disini?,” Irwan menyapa Sean dengan ramah. Beberapa hari yang lalu Sean baru saja mengajaknya makan, tetapi dia masih saja tidak mempercayainya. Pemuda yang kelihatannya biasa-biasa saja ternyata pemilik Perusahaan Champion. Semua atasannya memperlakukannya dengan begitu baik, semua bagian harus bekerja sama dengan Perusahaan Champion, perlakuan sebesar itu adalah pertama kalinya dia lihat di dalam perusahaan tempatnya bekerja. Tentu saja, semua orang begitu paham akan hal ini. Bagaimanapun juga hanya investasi yang salurkan kepada Perusahaan Champion saja sudah melebihi investasi perusahaan Wijaya. Pajak yang disetorkan oleh perusahaan Wijaya dalam setahun saja lebih dari 10 Triliun, dan membuat perusahaan Wijaya mendominasi pasar di Bandung. Dan setelah Perusahaan Champion resmi beroperasi maka semua orang bisa membayangkan seberapa besarnya Perusahaan Champion na
“Baiklah, aku pasti akan mempertimbangkan apa yang disarankan oleh tuan Sean,” Irwan mengangguk mengiyakan. Meskipun dia berkata seperti ini, tetapi dia benar-benar berada dalam kesulitan, dalam hatinya dia sangat ingin menuliskan nama Erwin ke dalam daftar untuk mengikuti proyek itu. “Iya, kalau begitu terimakasih atas waktunya, dan selamat makan malam Pak Irwan,” Sean mengangguk dan kemudian berjalan menuju ke mobilnya. Karena diperlakukan dengan semena-mena oleh Sean dan Irfan, Erwin juga sudah tidak ingin melanjutkan acara ini, dia meminta maaf kepada semuanya dan pamit untuk meninggalkan acara. Orang lain yang melihat hal ini juga sudah tidak memiliki keinginan untuk makan dan minum, dalam hati mereka merasa kesal kepada Sean dan Irfan karena telah mengacaukan acaranya, dan kemudian turut membubarkan diri. Sedangkan percakapan Sean dan Pak Irwan juga dilihat oleh mereka yang baru saja keluar dari dalam restoran di hotel itu. Melihat Sean yang sepertinya memili