"Jangan sok tahu yah! Dan a-apa yang kalian bicarakan … syarat apa?" kesal Kiana, menatap sinis pada kakaknya. Entah keduanya masih menjahili Kiana atau sudah mode serius, tetapi Kiana masih kesal pada keduanya. "Cepat-cepat lamar, Kak. Di rumah, anak ini sangat suka mengganggu siapapun," ucap Sagara sembari terkekeh, mengabaikan pertanyaan adiknya. Marc menyunggingkan smirk tipis, menatap Kiana dengan intens. "Tujuan utamaku ke sini memang untuk melamar adikmu, Sagara. Deg deg deg' Jantung Kiana berdebar kencang, punggungnya terasa panas dan entah kenapa ada perasaan menggelitik dalam hati yang membuatnya se-senang. Namun, Kiana bersuara menepis perasaan itu, siapa tahu Marc dan Sagara sedang bercanda. Kedua pria ini kan usil! *** Kiana terjebak bersama Marc. Kakaknya pergi dengan Dean untuk mengurus sesuatu, dan sampai sekarang belum kembali. "Kau mengantuk, Amore?" tanya Marc berat, entah sejak kapan sudah duduk di sebelah Kiana–merangkul pundak Kiana secara posse
Karena ada Marc di rumahnya, Kiana kabur dari sana dan pergi ke rumah kakek neneknya. Ternyata mommy daddynya di sana, mempersiapkan acara ulang tahun sang nenek–Zahra, untuk nanti malam. Kakek neneknya (dari sang mommy) juga hadir."Itu-- calon suamimu datang," ucap Kinara pada Kiana, menggoda adiknya sembari senyum-senyum. Sekarang Kinara sudah tahu alasan kenapa Kiana mengindari Marc saat di rumah keluarga Lucas, ternyata Marc adalah kekasih Kiana dan saat itu keduanya ada masalah. Semua sudah jelas!Kiana mendengkus pelan, memutar bola mata secara jengah. Dia tak tahu siapa yang menyebarkan berita itu, tetapi hampir seluruh keluarganya telah mengetahui jika Marc adalah kekasihnya dan neraka akan segera menikah.Masalahnya …-'Kami tidak pernah pacaran. Hubungan kami hanya sebatas mantan bos dan staf yang dipecat secara tidak baik.' batin Kiana, menolak salah tingkah pada ucapan Kinara. Namun, Kiana mendadak muram dan dongkol. Marc datang bersama Sofia, Dean dan Gebara. Kenapa So
"Kamu nona muda di keluarga Melviano?" tanya Sofia dengan gemetar dan wajah yang memucat. Dia berharap Kiana mengatakan tidak. Kiana yang ingin pergi kembali menunda, menoleh sinis ke arah Sofia dengan senyuman jahat di bibir. "Benar," ucapnya enteng. "Ahahaha … aku tidak percaya. Jika kamu nona muda keluarga ini, kenapa kamu bekerja ke perusahaan Tuan Marc? Kenapa kamu tidak bekerja dengan perusahaan Seliza atau KrystalRoyal M?" "Terserah." Kiana menjawab cuek, "tapi kalau tidak salah, kamu pernah mengataiku murahan. Daddyku paling berpengaruh di keluarga Yudistia dan Melviano, pikirkan saja nasibmu jika aku sampai mengadukanmu pada daddyku." Setelah mengatakan itu, Kiana segera pergi dari sana. Sofia pucat pias, berjalan gemetaran dari ruangan tersebut. Bagaimana bisa Kiana mendadak menjadi nona muda di keluarga ini? Perempuan rendahan itu hanya rakyat jelata, karena selama ini Kiana makan siang saja selalu meminta uang pada Marc. Dan Sofia juga pernah melihat Marc mengiming-imi
"Aku tak sebanding dengan Tuan Marc dan dia lebih cocok dengan Nona Kiana," ucap Sofia sedih, menundukkan kepala dalam agar dia semakin menarik simpati Audi. "Nak." Audi mengangkat meraih dagu Sofia, mengangkatnya lembut supaya Sofia tak menunduk. Tatapan Audi begitu lembut, iba pada Sofia, "keluarga ini tak pernah melihat seseorang dari latar belakang keluarga. Meskipun Kiana nona muda keluarga Melviano, tetapi dia tak lebih baik darimu. Wanita arogan itu tak pantas menjadi pendamping Marc-ku. Bagaimanapun caranya, Nenek akan menghentikan pernikahan keduanya." Audi membawa Sofia dalam dekapannya, berniat menguatkan Sofia yang menurutnya ditindas oleh Audi. Setelah mendengar cerita Sofia tentang Kiana, Audi semakin tak menyukai Kiana. Selain mempermainkan Marc, ternyata perempuan sangat angkuh. Hanya karena dia seorang nona muda, dia menindas seseorang yang lebih lemah darinya. Diam-diam Sofia menyunggingkan senyuman culas, merasa senang karena Audi berpihak padanya. Kiana mung
Setelah insiden salah sebut nama daddynya, Kiana dan keluarga Marc makan malam bersama. Hubungan antara kedua keluarga cukup hangat, daddynya dan daddy Marc yang sudah berteman lama membuat keduanya langsung nyambung dalam obrolan. Sedangkan mommynya yang memang seorang extrovert sejati dengan mudah mengambil hati mommy Marc yang memiliki pribadi welcome dan ramah. Setelah makan malam selesai, kedua keluarga lanjut membahas hubungan Marc dan Kiana. Kedua keluarga memberikan Kiana dan Marc berdiskusi berdua, apakah keduanya yakin ingin menikah atau tidak. Sebenarnya itu usulan dari Disha yang punya sedikit keraguan pada Kiana. Dia yakin sekali Kiana perempuan baik, tetapi ini mengenai perasaan Kiana. Bagaimana jika Kiana tak suka pada Marc dan dia terpaksa menerima semua ini? Oleh sebab itu Disha membiarkan Marc dan Kiana mengobrol berdua lebih dulu, sekalian Disha berbicara hati-hati mengenai keresahannya pada kedua orangtua Kiana. Sekarang Marc dan Kiana berada di teras samping
Karena kedua keluarga sepakat jika pernikahan dilakukan di negara Kiana, keluarga inti Lucas datang ke sini untuk menghadiri pernikahan Marc dan Disha yang tinggal beberapa hari lagi. Setelah malam itu, Disha tak bisa menghentikan apa-apa. Putranya keukeuh menikahi Kiana. Damon dan Sagara mendukung Marc. Sedangkan Davin, dia netral. Disha ragu karena semakin ke sini, dia semakin melihat jelas Kiana yang selalu bersikap ogah-ogahan saat bertemu Marc. Bahkan perempuan itu berusaha menolak ajakan Marc untuk bertemu dan kencan. Disha sangat miris pada putranya yang terlihat seperti mengemis cinta. Apa benar ucapan mama mertuanya, jika Kiana hanya mempermainkan perasaan Marc? Kiana bersedia menikah tetapi tidak punya perasaan pada Marc. Itu sama saja mempermainkan bukan? "Mommy." panggil Marc, di mana saat ini mereka berada di sebuah toko perhiasan–Marc ingin membeli hadiah berupa gelang untuk Kiana. Dia perhatikan, Kiana sangat suka menggunakan gelang. Disha tersenyum kemudian menoleh
"Kiana menggebu-gebu, antara kesal dengan orang yang menabrak suaminya dan kesal pada perempuan yang memuja-muja Marc. Para perempuan yang berbisik-bisik seketika melangkah mundur, menatap Kiana dengan raut muka takut-takut. Bagaimana tidak? Perempuan itu sangat galak dan sepertinya menggigit. Marc geleng-geleng kepala, segera menarik Kiana untuk pergi dari. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Disha pada putranya, di mana Marc sudah di tempat yang aman. Disha baru menghampiri karena tadi terdiam–mengamati Kiana yang marah-marah pada orang-orang di sana. Disha begitu kaget melihat Kiana menantang siapapun di sana, hanya karena calon suaminya tertabrak. Satu lagi! Mendadak Kiana menyebut Marc suaminya. "Aku tidak apa-apa, Mom. Jangan khawatir," ucap Marc, tersenyum tipis pada mommynya.Kiana terdiam dan gugup, ternyata Marc ke sini bersama mommynya. Jangan bilang calon ibu mertuanya ini melihatnya saat melabrak siapapun orang-orang di sana. Ini sangat memalukan jika benar! "Ka-kam
"Siapa ka--" Bug' Marc melayangkan pukulan kuat ke wajah pria itu, membuat Jack berakhir tersungkur kasar. "Menyingkir dari depan mobilku. Kau menghalangi jalan," dingin Marc. Jack buru-buru mengambil bunga dan kotak cincinnya yang bercecer saat dia tersungkur tadi, kemudian dia buru-buru berlari dari sana. Sial! Pria itu sangat menakutkan dan siapa dia?! Coba saja pria itu tak muncul, Jack pasti bisa membawa Kiana dan meyakinkan Kiana untuk menjadi miliknya. Sedangkan Marc, dia kembali ke mobil–duduk di kusir kemudi, membuat Disha dan Kiana gugup di kursi penumpang. Masalahnya, tujuan mereka adalah ke rumah sakit, untuk mengantar Marc yang sedang sakit akibat terbakar. Tetapi mereka ke rumah sakit di antar oleh Marc yang merupakan calon pasien. Bagaimana konsepnya? *** "Aku menunggu Kak Marc datang, tetapi malah dia yang datang. Dia ingin mengajakku balikan, padahal dia dan aku saja tidak pernah pacaran. Dia terus menuduhku sebagai simpanan Kak Sagara, dan aku sangat
"Bagaimana, Wife? Kau suka?" tanya Marc, menoleh pada istrinya dengan senyuman lembut. Alis Marc menaikkan sebelah, terkekeh pelan melihat reaksi istrinya. Belum apa-apa tetapi Kiana sudah membeku di tempat. Cih, bahkan dia belum mengutarakan cintanya pada sang istri. Kiana mematung di tempat, punggungnya terasa panas tetapi tangannya dingin. Masih dibagian sini tetapi Kiana sudah sangat gugup. Ya Tuhan! Kiana tak percaya jika Marc biasa menyiapkan tempat se indah ini. "Ekhem." Suara deheman tersebut membuat Kiana menoleh pada Marc. Matanya membelalak lebar, tak percaya dan terkejut pada Marc yang sudah bertekuk lutut dihadapannya. Pria itu memegang kotak hitam mewah, di mana ketika dibuka isinya adalah … kosong. "Ko-kosong?" bingung Kiana, gugup dan berdebar tak karuan. Marc mendapat kotak dan ternyata benar, kotak tersebut kosong. Dia berdecak pelan kemudian berdiri. Wajah Marc terlihat kesal, dingin secara bersamaan. "Ti-tidak apa-apa, Kak Marc. Tanpa cincin jug
"MARC!" jerit Disha antara syok dan horor. Akan tetapi yang dia panggil malah terlihat santai. Disha geleng-geleng kepala, sudah menangis karena melihat kejahatan putranya. Disha sangat lega suaminya tak ada di sini akan tetapi dia lupa juga titisan suaminya ada di sini. Marc dan Damon, sama saja! "Penjaga!" Daniel memangil penjaga, kemudian menyuruh mereka untuk membereskan kekacauan yang Marc lakukan, "bawa mayat perempuan ini, buang ketengah hutan. Jangan sampai ada jejak yang tertinggal." "Baik, Tuan." Para penjaga melaksanakan perintah, langsung membawa mayat Sofia dari sana. "Masalah sudah selesai. Dan … Marc, lain kali jangan seperti tadi. Kasihan orang-orang rumah yang tak terbiasa dengan suara tembakan, Nak. Apalagi istrimu," tegur Daniel kemudian pada cucunya. Dia geleng-geleng kepala karena Marc dan Damon sangat persis. Untung daddy dari cucunya tak ada di sini. Karena jika Damon di sini, tentu Damon akan membenarkan tindakan Marc dan bahkan bisa memarahi siapapun
"Bisa saja kamu membuat surat palsu," elak Sofia. "Masalah di rumah Kakek Nenekku, bukannya kamu yang lebih dulu menuduhku yang bukan-bukan?! Kamu menuduhku gembel dan berniat mengacaukan pesta, kamu mengusirku dari rumah Nenek dan Kakekku sendiri. Dan wajar bukan jika aku menyuruh maid di rumah Kakek Nenekku mengawasimu karena … seorang tamu tidak dikenal bisa-bisanya ada di ruang keluarga kami. Padahal ruangan itu area terlarang untuk para tamu. Pertanyaannya, kenapa kamu bisa di sana? Pasti berniat macam-macam bukan?" "Aku bukan pencuri!" marah Sofia, berteriak kesal karena tak tahan dengan tuduhan Kiana. Yang membuatnya semakin kesal adalah semua orang diam dan mendengarkan perkataan Kiana. "Kenapa marah? Aku saja tidak marah saat kamu mengusirku dari rumahku sendiri." Sofia memucat, menggelengkan kepala pada Audi. Dia berharap Audi tak percaya pada perkataan Kiana. "A-aku tidak mengusirnya, Nenek. A-aku bertujuan baik. Saat itu-- dia mengenakan pakaian santai. Sedangkan a
"Kenapa kalian memenjarakan Sofia, Marc?" tanya Audi, menatap Marc dengan ekspresi tak enak kemudian menatap satu persatu anggota keluarga yang lain– yang telah ia suruh berkumpul di kediaman Lucas. Sofia juga ada di sana, sudah ia bebaskan dari penjara. Sofia menghubunginya, mengatakan jika Marc telah memenjarakannya karena kesalah pahaman. "Aku tidak memenjarakannya, Nek," jawab Marc, "dan aku juga tak mungkin memenjarakannya," lanjut Marc, seketika membuat Sofia tersenyum manis–merasa jika Marc memiliki perasaan padanya oleh sebab itu Marc tak ingin menjebloskannya dalam penjara. Audi juga terlihat senang mendengarkan penuturan Marc, ternyata Marc tak ingin menjebloskan Sofia dalam penjara. "Hukuman di penjara terlalu ringan untuk wanita itu. Kejahatan yang dia perbuat sudah sangat banyak," lanjut Marc, seketika membuat senyuman Audi hilang. Begitu juga dengan Sofia yang langsung memucat. "Penjara terlalu enak baginya," tambahnya yang semakin membuat Sofia ketakutan. "Marc
Kiana menatap gambarnya yang salah coret, menganga sedikit lalu menoleh pada suaminya. Pria satu ini! Sangat-sangat tak aman untuk kesehatan jantung Kiana. Hell! Dari tadi, Marc sudah bagus hanya diam dan tak bersuara. Tetapi kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan suara? See?! Sekalinya Marc berbicara, gambar Kiana rusak. Bencana! "Jawab." Marc bangkit dari kursi lalu menghampiri Kiana, dia berdiri di belakang istrinya–menatap sejenak pada gambar desain Kiana yang tergores pencil, cukup dalam dan parah. Melihat itu, Marc menarik salah satu sudut bibir ke atas–membentuk sebuah smirk tipis, geli melihat gambar istrinya. Jadi perempuan ini tadi kaget dan salah coret? Cih, menggemaskan. "Kau mencintaiku, Wife?" tanya Marc, membungkuk ke arah Kiana. Satu tangannya memegang sandaran kursi Kiana, satu lagi bertopang pada sisi meja istrinya. Kiana yang sedang menghapus bagian yang salah pada desain, menjadi kikuk lalu berakhir salah hapus. Marc berdecis geli, menarik penghapus dari tangan i
Ceklek' Marc menoleh ke arah pintu, mendapati istrinya di sana. Kiana terlihat kaget, mungkin tak mengira jika Marc telah datang. Kiana masuk dalam kamar, menutupi pintu sembari berjalan menghampiri suaminya. Dia tersenyum manis, senang karena Marc akhirnya kembali. Ada banyak hal yang ingin Kiana ceritakan pada Marc, salah satunya niatan Gebara untuk melamar Kinara–kakaknya. Karena jika Gebara ingin melamar Kinara, pasti mereka akan ke negara Kiana. Itu yang membuat Kiana sangat senang, dia bisa pulang lalu bertemu dengan keluarganya. Tak bisa dipungkiri, Kiana sangat rindu pada keluarganya. "Kak Marc kapan pulang?" tanya Kiana, masih tersenyum manis pada Marc. Pria itu menaikkan sebelah alis, menampilkan raut muka dingin dan tatapan yang cukup mengintimidasi. "Baru saja." Kiana cengar cengir, mendudukkan diri di pinggir ranjang. "Kau sepertinya terlihat sangat senang." Kiana menganggukkan kepala. "Kak Gebara sudah memantapkan niatannya untuk melamar Kak Kinara. Minggu
Sofia! "Untuk apa kamu datang ke sini?" sinis Kiana, menatap Sofia kesal secara terang-terangan. "Tuan meninggalkan laporan penting dan aku datang untuk menjemputnya," ucap Sofia dengan nada angkuh, berniat masuk akan tetapi Kiana dengan cepat mendorong pundaknya. "Jangan menginjakkan kaki kotormu ke dalam kamarku dan Kak Marc." Tak mau kalah, Kiana memperlihatkan keangkuhan yang sesungguhnya pada Sofia, "makhluk rendahan sepertimu bisa mencemari kamar kami," lanjut Kiana. Sofia mengepalkan tangan, menatap begitu marah pada Kiana. "Kiana! Jaga ucapanmu, ini bukan keluarga Melviano! Mungkin di keluargamu, kamu adalah nona muda yang selalu dihormati dan dimanja. Tetapi di sini …-" Kiana langsung memotong, berkata santai dengan bersedekap di dada, "nyonya Lucas. Aku malah naik jabatan di sini. Dari Lady Melviano, menjadi Nyonya Lucas. Iri, Remahan Biskuit?" ejek Kiana di akhir kalimat. Sofia semakin marah mendengar ucapan Kiana. Dia sangat tak terima, apalagi bagian Kiana meny
"A-aku memang kecelakaan, Tante. A-aku bahkan hampir mati." pekik Sofia, menangis dengan air mata yang terus meluruh. Disha menghela napas, tak ingin berdebat lagi dengan perempuan tersebut. "Kalau begitu biarkan Arseno memeriksa kakimu," ucap Disha dengan nada tegas. Sofia memucat, gugup dan terlihat panik. Kakinya tidak sakit ataupun patah. Meski Arseno bukan dokter ortopedi, tetapi dia yakin kalau Arseno akan tahu kebohongannya. Namun, jika dia keukeuh menolak, Disha akan lebih curiga padanya. Disha memanggil beberapa maid untuk membawa Sofia ke dalam, setelah itu dia menyuruh keponakannya untuk memeriksa kaki Sofia. ***Cup' Marc mencium bibir Kiana, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Saat ini mereka sudah dalam kamar, membuat Marc leluasa untuk mencium istrinya. "Ummff--" Kiana memberontak, cukup kaget karena Marc tiba-tiba menciumnya. Dia juga ingin mengatakan sesuatu pada Marc, oleh sebab itu dia berupaya menghentikan Marc. "Kau menolak ciumanku?" ucap Marc, me
Setelah berbicara pada Eliza, Kiana menemui mama mertuanya. Dia tak enak hati melihat sang mama mertua yang sibuk ikut membantu persiapan pesta untuk nanti malam. Karena tidak tahu harus membantu apa, Kiana mendekati mama mertuanya untuk bertanya. Akan tetapi, sang mama mertua malah menyuruh Kiana istirahat–menyuruh Yoona supaya mengantar Kiana ke kamar. Yoona berbeda dengan Eliza, perempuan ini sangat santai dan juga ramah. Yoona memiliki seorang kakak bernama Gerald De Lucas, dan dia ternyata bekerja di DSL. Hanya saja karena Kiana tak memperhatikan dan Gerald tak terlalu menonjol orangnya, Kiana tak tahu jika Gerald adalah sepupu Marc. Suaminya juga punya satu sepupu laki-laki lainnya. Namanya Arseno De Lucas (anak dari Ando dan Aulia) di mana Ando adalah paman tertua Marc. Arseno sendiri memilih berbeda, menjadi seorang dokter bedah yang sudah terkenal keahliannya di negara ini. "Yoona, aku akan membantumu. Katakan apa yang bisa ku lakukan?" ucap Kiana, menolak masuk dalam ka