Share

75. Tuduhan Krisna

Penulis: Aww Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 16:59:23

Begitu mereka berjalan menjauh, Krisna berhenti di tempat yang cukup sepi, lalu berbisik, “Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau hamil?”

Radha berdiri terpaku di tempatnya, berhadapan dengan Krisna yang wajahnya penuh emosi. Suasana lorong pengadilan yang sepi membuat setiap kata yang mereka ucapkan terasa menggema. Mata Krisna menyipit, menatap Radha dengan intens.

“Apa kau sengaja ingin mempercepat proses perceraian kita, agar kehamilanmu ini tidak diketahui?” tanyanya lagi, nadanya lebih menekan kali ini. “Kenapa kau menyembunyikannya? Apa karena itu bukan anakku, melainkan anak dari pria lain?”

Radha mencoba mempertahankan ketenangannya meskipun hatinya berdegup kencang. Ia tidak menyangka Krisna akan mengetahuinya. “Apa maksudmu? Aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan ide gila itu,” jawabnya, suaranya datar namun tegas.

Krisna mendengus, lalu menarik selembar kertas dari sakunya dan menyerahkannya kepada Radha. “Ini. Mungkin ini bisa menjelaskan maksudku.”

Radha meraih
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   76. Emosi Yang Memuncak

    Radha berdiri mematung, matanya bergantian menatap Krisna dan Saga yang kini saling berhadapan dengan ketegangan yang hampir bisa disentuh. Krisna menyeringai tipis, tangannya melipat di dada, matanya tajam menusuk ke arah Saga. “Kebetulan sekali kau ada di sini, Saga. Rasanya jadi lebih mudah untuk menyelesaikan semuanya,” ujar Krisna dengan nada sarkas. “Aku bahkan tidak perlu repot-repot mencarimu ke tempat lain.” Saga tetap berdiri tenang, menatap Krisna tanpa ekspresi berlebihan. “Aku tidak tahu apa yang kau maksud, Krisna. Tapi kalau ini soal Radha, sebaiknya kau jangan membuat keributan di sini.” Krisna tertawa pendek, sarkastis. “Apa kau pikir aku butuh nasihat darimu?” Saga tidak terpancing. Ia hanya berdiri tegap, menatap Krisna tanpa ekspresi. Tapi ketenangan itu justru membuat Krisna semakin gelisah. “Sudahlah,” Krisna mendesis, melangkah lebih dekat dengan nada mengejek. “Kau di sini karena ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, bukan? Tapi biarkan aku me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   77. Krisna Vs Saga

    BUGH! Saga tak tahan lagi. Tinju kerasnya melayang tepat ke wajah Krisna, membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah. Mata Saga berkilat penuh amarah, dadanya naik turun dengan napas memburu. “Jaga mulutmu, Krisna! Kau sudah melewati batas!” Krisna mengusap sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah, lalu menyeringai. “Sudah aku duga, kau memang menyimpan perasaan untuk Radha sejak dulu. Iya ‘kan? Berlagak menjadi dewa penolongnya, tapi sebenarnya kau punya hasrat lain untuknya! Cuih! Apa aku harus berterima kasih padamu karena sudah menjadi pria yang selalu berada di sisinya?” “Diam kau, Krisna!” Saga melangkah maju dengan kepalan tangan siap menghantam. “Aku sudah cukup sabar dengan semua omong kosongmu. Kau pikir aku akan diam saja kali ini setelah mendengar kau menghina Radha dan juga ibuku?!” Krisna mendengus. “Ah, benar. Ibumu. Wanita yang tidak tahu malu itu? Berusaha menjebak ayahku dengan tidur dengannya agar bisa menjadi nyonya besar di keluarga Harlingga. Lalu karen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   78. Saga Ditangkap Polisi

    "Ini tidak mungkin. Kak Saga tidak pernah melakukan itu...," suara Radha bergetar, berusaha keras menjaga ketenangannya. Saga yang berdiri di samping Radha tampak lebih tenang, meskipun sorot matanya tajam penuh emosi yang tertahan. "Pak, saya yakin ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Memang benar ada perkelahian antara saya dan Krisna, tapi mengenai laporan yang diajukan oleh Krisna tentang saya melakukan pelecehan terhadap Radha, itu sama sekali tidak benar." “Benar, Pak,” Radha turut membela Saga, dengan membenarkan ucapannya. “Laporan itu sama sekali tidak benar. Ini sebenarnya hanya masalah internal keluarga kami.” Petugas polisi yang memimpin tampak menghela napas panjang. "Kami hanya menjalankan tugas, Nyonya. Jika ada hal yang ingin disampaikan, silakan sampaikan di kantor. Tapi kami harus tetap membawa Tuan Saga sekarang." “Tapi, Pak ....” Radha mencoba menahan para petugas polisi itu selama mungkin untuk membiarkan dirinya menjelaskan lebih detail mengenai apa yang terj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   79. Menikahlah Dengan Nindy

    “Ini tentang pernikahanmu... dan Nindy.” Perlahan, Krisna berbalik, sorot matanya tajam menusuk ke arah ibunya. “Mama tidak serius, kan?” suaranya terdengar rendah, nyaris berbisik namun penuh tekanan. Gayatri mengangguk mantap. “Mama sudah membicarakan ini dengan papamu. Setelah kau menceraikan Radha, Mama ingin kau menikah dengan Nindy.” Ruangan terasa hening seketika. “Pernikahan ini sudah terlalu lama tertunda, Krisna,” lanjut Gayatri. “Kau dan Nindy, harusnya sudah menikah sejak dulu. Tapi kakekmu, entah kenapa tiba-tiba saja memutuskan untuk membawa wanita miskin itu ke dalam keluarga kita.” Namun sebelum Gayatri bisa melanjutkan, Krisna menatap lurus ke arahnya, dingin dan penuh peringatan. “Aku tidak akan menikah dengan siapa pun, Ma,” tegas Krisna. Kedua alis Gayatri saling bertaut, keheranan. “Kenapa? Bukankah kalian saling mencintai? Lalu apa yang salah? Atau jangan-jangan kau sudah mulai menaruh hati pada wanita itu?” Krisna tak menjawab. Dia hanya berdiri mematu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   80. Hanya Bisa Menduga

    Sidang perceraian pertama Radha baru saja berakhir. Sang hakim mengetuk palu, menandai keputusan untuk melanjutkan proses ke pertemuan berikutnya seminggu lagi untuk proses mediasi. Ruang sidang yang semula terasa tegang kini perlahan-lahan mulai kosong. Radha menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya yang masih terasa begitu cepat. Langkah pertama untuk berpisah dari Krisna telah berhasil dilewati Radha. Meski tadi saat persidangan berlangsung, ia sempat gugup. Tangannya gemetar saat diminta untuk memberikan jawaban kepada hakim, namun karena telah mendapatkan arahan langsung dari Pak Arman, Radha bisa mengatasinya dengan tenang. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi di pertemuan selanjutnya? Pak Arman, yang baru saja selesai merapikan berkas-berkas di mejanya, mendekat ke arah Radha. Dengan senyum tipis, ia berkata, "Bagus sekali, Nyonya Radha. Apa yang Anda lakukan tadi sudah sangat baik. Anda berhasil menyampaikan pendapat Anda denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   81. Mulai Tak Terkendali

    Setelah memantapkan hatinya, Radha melangkah keluar dari kantor polisi dengan perasaan yang masih penuh keraguan. Radha memikirkan bagaimana reaksi Krisna saat melihatnya nanti. Apakah Krisna akan kembali marah padanya? Atau mungkin lebih buruk lagi, dengan tetap bersikap dingin seperti biasanya? Hingga akhirnya, taksi yang Radha pesan pun datang.Saat tiba di rumah Krisna, Radha menemukan suasana di sekelilingnya tampak begitu sunyi. Biasanya, ketika Radha masih tinggal di rumah itu, beberapa penjaga dan juga pelayan akan menyambut kedatangannya. Tapi kenapa sekarang malah tidak terlihat satu orang pun? “Apa Krisna menyuruh mereka semua pergi, ya?” Radha bertanya-tanya dalam hati. Ia meneruskan langkahnya mendekati bangunan super mewah yang ada di hadapannya. Sebuah rumah megah yang terlihat seperti istana, kini tampak kosong seakan-akan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Dengan hati-hati, Radha membuka pintu depan dan melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   82. Kian Memanas dan Ancaman Saga

    “Tidak peduli apa yang kau pikirkan, tapi kau tidak berhak mempertanyakan hubungan apa pun antara aku dan Kak Saga, ketika kau sendiri tidak tahu menjaga batasanmu dengan Nindy!”Krisna mendengus keras, wajahnya kembali mengeras seperti batu. Dengan sorot mata tajam, ia menatap Radha yang masih berusaha menenangkan napasnya setelah insiden barusan.“Sudah aku katakan, jangan pernah membawa-bawa nama Nindy dalam masalah ini, Radha,” ujar Krisna dingin. Suaranya terdengar datar, tetapi mengandung nada ancaman yang sangat jelas. “Kalau ingin membela dirimu sendiri, lakukan tanpa melibatkan orang lain. Nindy bukanlah wanita menjijikkan seperti dirimu. Dia jauh lebih bisa menjaga dirinya daripada kau yang dengan mudahnya tidur bersama pria lain yang bukan suaminya sampai hamil seperti ini.”Radha membelalakkan mata mendengar tuduhan itu. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Jangan pernah bandingkan aku dengan wanita itu, Krisna! Dia tahu kau sudah menikah, tapi tetap menempel padamu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   83. Meminta Krisna Mencabut Laporannya

    Krisna menutup telepon dengan gerakan tegas, nada dingin Saga masih terngiang di telinganya. Ia menghela napas panjang, meraih sebotol wiski yang berada di meja kerjanya, namun tak sempat meneguknya karena perasaan gelisah yang tiba-tiba menghantamnya. Tanpa sepatah kata, Krisna melangkah keluar dari ruang kerjanya dengan langkah lebar, meninggalkan Radha yang masih berdiri di sana dengan tatapan penuh tanya. "Kau mau pergi ke mana?" Radha berlari kecil mengikuti Krisna. "Pembicaraan kita masih belum selesai." Krisna tak mengindahkan ucapan Radha. Ia terus berjalan, membiarkan wanita itu berusaha mengejar langkahnya. Raut wajahnya yang sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun, selaras dengan sikap dinginnya yang seolah jelas menunjukkan bahwa kehadiran Radha di sampingnya tidak lebih dari sekedar angin lalu baginya. Namun Radha tidak menyerah. "Krisna, niatku datang ke sini untuk berbicara baik-baik denganmu. Aku ingin membahas tentang laporan yang kau ajukan pada Kak Saga. Tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   97. Sulit Ditebak

    “Seberapa berpengaruhnya dia?” Andre tersenyum tipis, tetapi kali ini senyumnya lebih dingin. “Cukup untuk bisa masuk ke dalam lingkaran bisnis kelas atas tanpa harus membawa nama Harlingga. Dan cukup untuk membuat banyak orang bertanya-tanya… siapa sebenarnya yang berdiri di belakangnya.” Aresha membatu seketika. Jadi, Joshua bukan hanya sekadar putra Baskara yang tersembunyi. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang memiliki kekuatan, pengaruh, dan—kemungkinan besar—rencana tersendiri. Ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jika kau ingin tahu lebih banyak, aku bisa menyelidikinya lebih dalam,” tawar Andre. Aresha menghembuskan napas panjang. “Kalau begitu lakukanlah.” Andre mengangguk, lalu bangkit. Sebelum pergi, ia menatap Aresha dengan pandangan tajam. “Tapi Aresha, aku sarankan satu hal.” “Apa?” “Berhati-hatilah.” Suaranya rendah, nyaris seperti peringatan. “Joshua bukanlah orang yang bisa disentuh dengan mudah.” Aresha hanya tersenyum kecil. Namun di dalam hatin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   96. Mencari Informasi Tentang Joshua

    Aresha merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Joshua adalah putra lain dari Baskara. Jika itu benar, berarti… dia dan Joshua memiliki darah yang sama. Perutnya terasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara di sekitar masih dikuasai angin sepoi-sepoi yang seharusnya menenangkan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa tenang dengan kondisi pikirannya yang kacau balau saat ini. “Saga,” bisiknya, mencoba memastikan kembali. “Apa kau benar-benar yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan? Barangkali saja yang kau maksud adalah Joshua yang lain?” Di seberang telepon, suara Saga terdengar lebih berat, seolah ia sendiri belum siap menerima kenyataan ini. “Ya, aku juga tidak menutup kemungkinan akan hal itu,” katanya pelan. “Tapi tetap saja, Aresha. Tidak ada salahnya untuk bersikap waspada terhadap segala hal yang bisa menghancur

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   95. Saling Menantang, Ternyata Dia Adalah....

    Aresha mengedarkan napas perlahan, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum tipis yang tak terbaca. Namun, tatapannya menajam, menyelidik pria yang berdiri di hadapannya. Joshua. Nama yang terdengar asing, tetapi caranya berbicara seolah ia tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Sorot matanya yang tajam, tak menunjukkan sedikit pun celah yang bisa dimanfaatkan Aresha. Dia jelas bukanlah orang biasa. Aresha menggeser sedikit berat badannya ke satu sisi, menyilangkan tangan di depan dada, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Aku tak tahu siapa yang memberimu informasi, tapi aku rasa kau sedang salah paham, Tuan Joshua,” ujarnya, suaranya tetap ringan namun berhati-hati. Joshua tersenyum kecil, seolah mengapresiasi usaha Aresha untuk tetap tenang. "Salah paham?" ulangnya, seakan mengecap kata itu di lidahnya. "Apakah itu benar? Aku rasa aku tidak mungkin salah." Aresha tertawa pelan, seolah menertawakan ketidakmasukakalan kata-kata pria itu. Namun, hatinya be

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   94. Kegabutan Aresha Membawa Petaka?

    "Astaga, aku mencarimu sejak tadi, Tuan Saga." Radha mengernyit. Dia tidak memahami bahasa itu, tetapi jelas dari ekspresi Saga bahwa dia mengenal wanita ini. Saga, yang sejak tadi menegang, akhirnya menghela napas, lalu menatap wanita itu dengan sorot penuh kewaspadaan. “Aresha…” gumamnya, seolah tak percaya bahwa wanita itu benar-benar ada di sini. Aresha tersenyum tipis, lalu mengarahkan tatapannya pada Radha. "Dan siapa wanita cantik ini?" tanyanya, kini berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar. "Apakah dia kekasihmu, Tuan Saga?" Saga yang sedang meneguk napas panjang langsung tersedak mendengar pertanyaan itu. Dia terbatuk pelan, lalu menoleh dengan tatapan penuh peringatan ke arah Aresha. "Berhenti bersandiwara," desisnya. Namun, Aresha hanya mengangkat bahunya ringan, seolah tak peduli dengan reaksi Saga. Radha, yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, akhirnya tersenyum sopan. "Saya Radha," katanya dengan tenang. "Adik iparnya Kak Saga." Aresha pura-pura terkejut,

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   93. Kekesalan Saga

    Saga membawa Radha keluar dari dalam gedung, melewati lorong panjang yang berlapis marmer, lalu menuruni beberapa anak tangga. Radha tidak mengerti ke mana pria itu akan membawanya, tetapi ia tetap mengikuti langkah panjang Saga tanpa banyak bertanya. Udara pagi yang terik hari itu masih tetap terasa sejuk, dengan angin lembut yang berembus perlahan, menyingkap beberapa helai rambut panjangnya. Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya sampai di sebuah taman kecil yang tersembunyi di balik gedung pertemuan. Tempat itu tampak tenang, jauh dari hiruk-pikuk para tamu yang masih bercengkerama di dalam. Dedaunan berguguran di sekitar bangku-bangku kayu yang kosong, dan aroma bunga mawar samar tercium di udara. Saga akhirnya berhenti, membiarkan Radha mengambil napas sejenak sebelum berbalik menghadapnya. Radha mengamati pria itu dengan saksama. "Kenapa kau bisa tiba-tiba ada di sini, Kak Saga?" tanyanya, suaranya masih mengandung sedikit keraguan. Saga menyandarkan dirinya ke ti

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   92. Krisna Menolak Pergi Bersama Radha

    Radha menelan ludah, tubuhnya menegang saat jarak antara dirinya dan Krisna semakin tipis. Udara di sekitar mereka terasa berat, seakan dipenuhi ketegangan yang tak kasat mata. Mata pria itu membara, dipenuhi dengan kemarahan dan penghinaan yang menyelinap tajam dalam setiap kata-katanya. “Sejauh apa kau akan bertahan demi permainan yang kau ciptakan bersama kakekku, Radha?” suaranya rendah, tetapi tajam seperti pisau yang menusuk langsung ke jantungnya. Radha mengalihkan pandangan, tidak sanggup menatap mata itu terlalu lama. “Aku tidak sedang bermain, Krisna. Aku hanya… mencoba bertahan.” Krisna terkekeh sinis, jemarinya terangkat, menyentuh dagu Radha sebelum mencengkeramnya dengan tekanan yang cukup kuat hingga memaksa wanita itu mendongak menatapnya. “Bertahan?” Krisna mengulangi dengan nada penuh ejekan. “Jangan membuatku tertawa, Radha. Kau bilang ingin bercerai, tapi kau tetap saja mengikuti semua perintah Kakek Felix seperti anjing yang setia.” Radha merasakan amarah men

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   91. Jawaban Radha Atas Permintaan Kakek Felix

    Ketegangan menyelubungi ruangan pertemuan seperti kabut yang enggan beranjak. Di balik pintu kayu mahoni yang tertutup rapat, hanya ada mereka berempat—Kakek Felix yang duduk dengan tenang di kursi utama meja bundar, Krisna dengan sorot mata yang menyala oleh kemarahan yang ditahan, Radha yang masih terdiam dalam pusaran dilema, dan seorang sekretaris pribadi yang berdiri di samping Kakek Felix, wajahnya tanpa ekspresi, seolah sudah terbiasa dengan apa yang dilihatnya. Di antara mereka, hanya suara detik jam yang terdengar. Sebuah jeda yang nyaris tak tertahankan sebelum akhirnya Krisna bersuara, memecahkan keheningan dengan nada tajam dan penuh amarah. "Aku masih tidak mengerti hukuman macam apa ini," ucapnya dingin. "Kenapa aku harus datang ke acara itu bersama Radha? Aku sudah bilang, aku tidak mau." Radha yang sejak tadi duduk diam, mengeratkan jemarinya di pangkuan. Ia sudah menduga Krisna akan menolak. Jika dia tidak ingin datang bersamanya, lalu kenapa dirinya juga harus dip

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   90. Pembicaraan Yang Tak Biasa

    Di sebuah kafe mewah yang terletak di dekat bukit lapangan golf, Radha duduk diam di salah satu sudut ruangan. Penampilannya cukup anggun dalam balutan blouse berwarna pastel yang sederhana, namun tetap memancarkan kesan berkelas. Tatapannya lurus tertuju pada pria tua di hadapannya, yang tengah menyeruput teh dengan santai—seolah percakapan mereka bukanlah sesuatu yang penting. Padahal, bagi Radha, perbincangan ini bisa menentukan arah hidupnya selanjutnya. “Jadi, bagaimana?” Kakek Felix akhirnya angkat bicara, meletakkan cangkirnya perlahan. “Apa kau sudah membuat keputusan atas tawaran yang aku berikan padamu semalam?” Radha menghela napas perlahan. Ia meremas jemarinya sendiri di pangkuannya, berusaha menyusun kalimat yang tepat. “Saya...” Kakek Felix mengangkat satu alisnya, menunggu Radha melanjutkan kalimatnya. Pancaran matanya yang tajam, yang telah menyaksikan puluhan tahun intrik bisnis dan politik, seakan sedang menelanjangi kebimbangan Radha. “Kau bisa mengatakan tida

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status