Share

60. Dipaksa Pulang

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-12-22 17:21:24

Pagi menjelang siang, sinar matahari mengintip lembut dari sela-sela pepohonan, mengiringi perjalanan Radha dan Saga dalam mobil menuju vila pribadi milik Saga. Jam di dashboard menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. Radha bersandar di kursi penumpang, menatap lurus ke jalanan dengan pikiran yang terasa berat. Saga, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirik Radha dengan tatapan penuh perhatian.

"Kau diam saja sejak tadi," ucap Saga, memecah keheningan. Suaranya tenang, namun penuh rasa ingin tahu. "Kau baik-baik saja, Radha?"

Radha menoleh sebentar, lalu tersenyum kecil. "Aku baik, Kak. Maaf, aku hanya sedang memikirkan banyak hal."

Saga mengangguk paham. "Aku mengerti. Tapi... jujur saja, aku merasa tidak enak atas apa yang sudah dilakukan Kakek Felix padamu. Keluargaku, sudah terlalu sering membuatmu dalam masalah."

Radha menggeleng cepat. "Tidak, Kak. Justru aku yang merepotkanmu. Rasanya aku yang terlalu sering melibatkanmu dalam masalahku."

Saga tertawa kecil, nam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   61. Nakula Terluka

    Radha duduk di tepi ranjang di salah satu kamar vila milik Saga. Di luar jendela, cahaya bulan menyorot lembut ke permukaan laut yang tenang, tetapi keindahan itu tidak mampu meredakan guncangan di hatinya. Di hadapannya, Nakula terbaring dengan wajah lebam dan sudut bibir pecah. Luka-luka itu adalah bukti kekejaman yang dilakukan oleh Freya, ibu kandungnya sendiri. Dengan hati-hati, Radha merendam kain ke dalam mangkuk berisi air dingin dan menempelkannya ke pipi Nakula. Jemarinya gemetar, bukan karena dinginnya air, tapi karena rasa bersalah yang menyesakkan dada. “Tahan sebentar ya, Nakula. Maaf, aku... benar-benar minta maaf. Ini semua salahku,” ucap Radha dengan suara bergetar. Nakula tersenyum kecil meski wajahnya jelas menahan nyeri. “Kak, jangan minta maaf. Aku yang memilih membantu Kakak.” Radha menatap wajah adik tirinya dengan perasaan pilu. “Tapi dia ibumu, Nakula. Kenapa dia bisa sekejam ini padamu? Kalau dia melakukannya padaku, aku mungkin bisa menerima. Tapi kau...

    Last Updated : 2024-12-24
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   62. Ungkapan Hati Saga

    Malam merangkak pelan di atas vila yang sunyi. Hanya suara angin yang bermain lembut di antara dedaunan, menemani langkah Radha yang baru saja selesai merawat luka Nakula. Hatinya sedikit lega melihat adik tirinya itu tertidur dengan tenang, meski bayang-bayang kejadian tadi masih mengendap di benaknya. Radha melangkah pelan menuju taman belakang, di mana cahaya bulan temaram membasahi rerumputan dengan sinarnya yang redup. Saga duduk sendirian di bangku taman, pandangannya terlempar jauh ke langit yang dihiasi bintang-bintang. Ketika Radha mendekat, Saga menoleh dan menyambutnya dengan senyum samar. "Bagaimana keadaan Nakula?" tanya Saga, suaranya terdengar hangat, namun ada secercah kekhawatiran yang sulit disembunyikan. Radha duduk di sampingnya, membiarkan malam meresapi keheningan di antara mereka sejenak. "Dia sudah sedikit mendingan. Dan sekarang dia tertidur dengan pulasnya." Saga mengangguk pelan, meski hatinya masih dihantui rasa bersalah. "Seharusnya aku lebih waspada

    Last Updated : 2024-12-24
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   63. Mengaku Sebagai Suami Radha

    Pagi itu, cahaya matahari mengintip lembut dari balik jendela ruang makan. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi ruangan, bersanding dengan aroma roti panggang yang masih hangat. Namun, di tengah suasana yang terasa nyaman, Radha duduk diam, menatap kosong ke arah piringnya yang masih kosong. Pikirannya melayang pada percakapan mereka berdua semalam. Di mana ungkapan hati Saga masih terngiang jelas di telinganya. “Aku hanya ingin kau tahu... aku akan selalu ada di sini—di sampingmu. Tidak peduli sebagai apa pun yang kau butuhkan.” kalimat itu kembali terngiang, membuatnya semakin resah. Radha meneguk ludah, merasa canggung setiap kali mengingat kata-kata itu. Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa pria yang selama ini ia anggap seperti kakaknya sendiri, ternyata memiliki perasaan lebih. Saga selalu ada untuknya, menjadi tempatnya bersandar di saat sulit. Namun, Radha tak ingin merusak hubungan baik mereka hanya karena perasaannya yang tak bisa ia balas. Jadi, pagi itu, ia memutus

    Last Updated : 2024-12-25
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   64. Sosok Mencurigakan Di Tengah Keramaian

    "Tentu, Dok. Terima kasih atas sarannya. Saya pasti akan menjaga istri saya sebaik mungkin.” Dr. Sasmitha tersenyum puas. Sementara Radha, di sisi lain, hanya bisa memandang Saga dengan bingung. Hingga setelah keluar dari ruang pemeriksaan, ia langsung menoleh ke arah pria itu. “Kenapa tadi Kak Saga bilang seperti itu? Dr. Sasmitha mungkin akan salah paham dengan kita berdua,” ujarnya setengah berbisik. Saga terkekeh pelan. “Aku hanya ingin mempercepat proses pemeriksaannya saja. Kalau nanti dia tahu kau datang ke sini bukan bersama suamimu tapi dengan pria lain, malah akan jadi panjang urusannya. Meskipun sebenarnya kau dan Krisna akan segera bercerai. Jadi aku rasa itu tidak masalah, 'kan?” Radha mendesah panjang. “Tapi tetap saja Kak, tolong lain kali jangan lakukan itu lagi. Aku tidak mau ada orang lain yang salah paham dengan hubungan kita." “Baiklah, tidak akan lagi,” jawab Saga sambil tersenyum kecil. "Maaf, ya?" Radha menghela napas panjang dan mengangguk pelan. “Kak, b

    Last Updated : 2024-12-25
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   65. Wanita Masa Lalu Saga

    Saga langsung bangkit dari kursinya, langkahnya cepat dan mantap menuju arah di mana ia melihat kilatan kamera. Radha dan Clara sempat terdiam, saling pandang dengan kebingungan. “Kak Saga!” panggil Radha, suaranya tertahan. "Tunggu sebentar," jawab Saga singkat. "Aku harus memastikan sesuatu." Sebelum Radha bisa menahannya, Saga sudah berjalan cepat menerobos kerumunan restoran. Clara hanya melirik sekilas, tampak tidak terlalu peduli. Ia kembali menyibukkan diri dengan gelas anggurnya, sementara Radha menatap punggung Saga yang semakin menjauh. Ia melangkah cepat ke antara meja-meja, melintasi pelayan yang membawa nampan, dan menggeser kursi-kursi yang menghalangi jalannya. Matanya menyapu seluruh area restoran, mencari jejak seseorang dengan kamera. Saga akhirnya melihat sesosok pria berjaket hitam dengan topi abu-abu yang tampak terburu-buru menuju pintu keluar. Tanpa pikir panjang, Saga mempercepat langkahnya dan menyusul pria tersebut. Tangan Saga hampir menyentuh bahu pria

    Last Updated : 2024-12-26
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   66. Hal Yang Tak Bisa Dipaksakan

    Clara menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya menyipit menatap Saga dengan tajam. "Tidak hidup di masa lalu, huh? Kau pikir aku bisa melupakan semuanya begitu saja, Saga?" Clara menyilangkan tangan di depan dadanya, nada suaranya naik satu tingkat. Saga mengaduk pelan kopinya yang mulai dingin. "Bukan soal mudah atau tidak, Clara. Tapi kita harus memilih apa yang ingin kita jalani. Dan aku telah memilih untuk melangkah ke depan." Clara tertawa pendek, sarkastik. "Oh, tentu. Kau memilih melangkah ke depan dengan dia, bukan? Wanita itu tampaknya tidak punya latar belakang seperti kita, tidak punya kedudukan yang setara, dan—" "Clara." Saga memotong dengan suara tegas, menatapnya langsung. "Jangan mulai membandingkan dirimu dengan Radha." Clara meletakkan cangkir tehnya dengan sedikit keras. "Kenapa? Karena kau tahu aku benar? Apa yang dia punya yang aku tidak miliki, Saga?" "Entahlah, mungkin dia bukan tipe wanita yang suka membuat keputusan secara sepihak lalu pergi tanpa penj

    Last Updated : 2024-12-28
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   67. Tamparan Keras Buat Clara

    Clara memandang surat di tangannya dengan ekspresi penuh keterkejutan. Tulisan "Hasil Pemeriksaan Kehamilan: Positif" terus berputar dalam pikirannya. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Matanya beralih ke Radha, yang kini berdiri dengan wajah tenang namun terlihat sedikit canggung. "Apa ini?" tanya Clara dengan suara tertahan, sambil menunjuk surat itu. "Kau hamil?" Radha mengangguk, senyumnya tipis namun tetap tenang. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil surat itu dari Clara. "Ya, aku hamil," jawabnya singkat, lalu memasukkan surat itu ke dalam tasnya dengan hati-hati. Kata-kata itu menghantam Clara seperti badai. Dadanya berdebar, dan pikirannya berputar liar. Semua potongan puzzle seolah mulai menyatu dalam pikirannya. Radha hamil, dan itu menjelaskan semuanya. Perubahan sikap Saga, jarak yang tiba-tiba muncul di antara mereka, dan kini—jawabannya menjadi jelas. "Tentu saja," ujar Clara dengan nada sarkastik, tangannya terlipat di depan dada. "Jadi ini alasan

    Last Updated : 2024-12-31
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   68. Memutuskan Untuk Pergi

    "Pergi dari sini sekarang, atau kau akan melihat versi terburukku yang belum pernah kau lihat." Clara tergagap, napasnya memburu. Tatapan dingin Saga terasa menusuk hingga ke tulangnya, membuat kakinya goyah. Ia menelan saliva dengan susah payah, namun tenggorokannya terasa kering seolah ada batu besar yang mengganjal. “S-Saga… aku… aku hanya—” "Pergi." Suara Saga terdengar lebih rendah, hampir seperti desisan, namun sarat dengan ancaman yang membuat nyali Clara ciut. Clara mundur selangkah, tangannya bergetar di sisi tubuhnya. Ia menatap Radha dengan kebencian yang belum reda, namun ketakutan pada Saga lebih kuat. Tanpa berkata lagi, ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan restoran dengan langkah tergesa. Saga lalu beralih menatap Radha yang masih berdiri di tempatnya, wajahnya kaku, dan tangan gemetar di sisi tubuhnya. Suara pengunjung di restoran perlahan menghilang, tergantikan oleh denyut jantung yang terdengar jelas di telinga Saga. Ia menarik napas dalam-dalam, menco

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   97. Sulit Ditebak

    “Seberapa berpengaruhnya dia?” Andre tersenyum tipis, tetapi kali ini senyumnya lebih dingin. “Cukup untuk bisa masuk ke dalam lingkaran bisnis kelas atas tanpa harus membawa nama Harlingga. Dan cukup untuk membuat banyak orang bertanya-tanya… siapa sebenarnya yang berdiri di belakangnya.” Aresha membatu seketika. Jadi, Joshua bukan hanya sekadar putra Baskara yang tersembunyi. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang memiliki kekuatan, pengaruh, dan—kemungkinan besar—rencana tersendiri. Ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jika kau ingin tahu lebih banyak, aku bisa menyelidikinya lebih dalam,” tawar Andre. Aresha menghembuskan napas panjang. “Kalau begitu lakukanlah.” Andre mengangguk, lalu bangkit. Sebelum pergi, ia menatap Aresha dengan pandangan tajam. “Tapi Aresha, aku sarankan satu hal.” “Apa?” “Berhati-hatilah.” Suaranya rendah, nyaris seperti peringatan. “Joshua bukanlah orang yang bisa disentuh dengan mudah.” Aresha hanya tersenyum kecil. Namun di dalam hatin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   96. Mencari Informasi Tentang Joshua

    Aresha merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Joshua adalah putra lain dari Baskara. Jika itu benar, berarti… dia dan Joshua memiliki darah yang sama. Perutnya terasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara di sekitar masih dikuasai angin sepoi-sepoi yang seharusnya menenangkan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa tenang dengan kondisi pikirannya yang kacau balau saat ini. “Saga,” bisiknya, mencoba memastikan kembali. “Apa kau benar-benar yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan? Barangkali saja yang kau maksud adalah Joshua yang lain?” Di seberang telepon, suara Saga terdengar lebih berat, seolah ia sendiri belum siap menerima kenyataan ini. “Ya, aku juga tidak menutup kemungkinan akan hal itu,” katanya pelan. “Tapi tetap saja, Aresha. Tidak ada salahnya untuk bersikap waspada terhadap segala hal yang bisa menghancur

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   95. Saling Menantang, Ternyata Dia Adalah....

    Aresha mengedarkan napas perlahan, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum tipis yang tak terbaca. Namun, tatapannya menajam, menyelidik pria yang berdiri di hadapannya. Joshua. Nama yang terdengar asing, tetapi caranya berbicara seolah ia tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Sorot matanya yang tajam, tak menunjukkan sedikit pun celah yang bisa dimanfaatkan Aresha. Dia jelas bukanlah orang biasa. Aresha menggeser sedikit berat badannya ke satu sisi, menyilangkan tangan di depan dada, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Aku tak tahu siapa yang memberimu informasi, tapi aku rasa kau sedang salah paham, Tuan Joshua,” ujarnya, suaranya tetap ringan namun berhati-hati. Joshua tersenyum kecil, seolah mengapresiasi usaha Aresha untuk tetap tenang. "Salah paham?" ulangnya, seakan mengecap kata itu di lidahnya. "Apakah itu benar? Aku rasa aku tidak mungkin salah." Aresha tertawa pelan, seolah menertawakan ketidakmasukakalan kata-kata pria itu. Namun, hatinya be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status