Home / Rumah Tangga / Tuan CEO, Mari Bercerai! / 54. Hati Yang Menghangat

Share

54. Hati Yang Menghangat

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-12-06 12:00:10

"Apa maksud perkataan Kakek tadi?” Krisna membuka pembicaraan tanpa basa-basi, nada suaranya terdengar serius. “Kesempatan apa yang dia bicarakan?”

Radha mengangkat kepalanya perlahan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Ia tahu percakapan ini akan berbuntut panjang jika Radha mengatakan yang sebenarnya. “Bukan apa-apa,” jawabnya pendek, berusaha menutupi.

Krisna mendengus tidak percaya, melangkah lebih dekat. “Jangan berbohong, Radha. Kau tahu aku tidak sebodoh itu sampai kau harus menutupinya.”

Radha menghela napas panjang. Ia mencoba bersandar sejenak, sembari menatap lurus ke arah Krisna. “Dibandingkan dengan itu, apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya dingin. “Bukankah kata pengacaramu, kau sedang berada di luar kota?”

Krisna mengernyit, tidak menyangka Radha akan balik bertanya. Namun, ia menjawab dengan tenang, “Aku memang di sana. Ada rapat internal di perusahaan cabang. Tapi Martha tiba-tiba meneleponku. Katanya kau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   55. Kendalikan Dirimu!

    Krisna berdiri diam di dapur setelah meletakkan gelas dan handuk basah yang tadi digunakannya. Pikirannya penuh dengan bayangan Radha yang terbaring lemah di kamar. Ia menghela napas, mencoba meredakan perasaan yang bercampur aduk. Saat ia melongok ke arah halaman luar, terlihat beberapa orang suruhan kakeknya sudah tidak ada di tempat. Hanya beberapa yang masih berjaga di pintu gerbang.“Kakek … apa yang sebenarnya kau rencanakan kali ini?” pikir Krisna sambil meraih ponselnya. Ia mengetik cepat, lalu menekan tombol panggil.“Martha,” panggilnya ketika suara di ujung sana menjawab. “Aku ingin kau menunda semua proses perceraian itu. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi tunda saja.”“Tapi, Pak Krisna …,” Martha tampak hendak membantah, namun Krisna memotong.“Tidak ada tapi. Ini perintah.”Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Krisna memutus panggilan. Ia menghela napas panjang dan melirik dapur.

    Last Updated : 2024-12-06
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   56. Kau Membuatku Gila

    “Kendalikan dirimu, Krisna,” gumamnya tegas, namun suaranya nyaris tenggelam oleh deru napasnya sendiri. Krisna berdiri cepat, menjauh dari kasur tempat Radha terbaring. Namun, setiap langkah terasa seperti menambah beban yang tak kasatmata di pundaknya. Ia mencoba menjauhkan diri, bukan hanya dari Radha, tetapi juga dari pergulatan batinnya yang semakin menggila. Akan tetapi, suara pelan dari tubuh Radha yang menggigil memaksa langkahnya terhenti. Krisna menoleh, dan pandangannya jatuh pada tubuh Radha yang tampak semakin kecil di balik selimut yang ia berikan sebelumnya. “Sial,” batinnya menggerutu. Selimut itu tidak mampu menghalau dingin yang menyerang tubuh Radha, bahkan napasnya terdengar lebih berat dan tersengal.Krisna memejamkan mata sejenak, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Sial, apa yang harus kulakukan?" pikirnya penuh frustrasi.Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, memeriksa layar untuk yang entah ke berapa kali. Tidak ada pesan. Tidak ada

    Last Updated : 2024-12-06
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   57. Pertengkaran Di Pagi Hari

    "APA INI?!" Suara lengkingan Radha menggema di seluruh ruangan, memecahkan keheningan pagi. Dengan wajah pucat, ia mendapati dirinya terbangun di tempat tidur megah itu, tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, dan hanya selimut tebal yang melilit erat. Napasnya tersengal, matanya melirik panik ke sekeliling kamar.Pintu kamar terketuk pelan dari luar. Suara khawatir seorang pelayan terdengar memanggil Radha berulang kali. "Nyonya Radha, Anda baik-baik saja?! Apa yang terjadi?”"Ja-Jangan masuk! Aku ... aku baik-baik saja!" seru Radha, suaranya bergetar.Pikirannya melayang ke ingatan samar-samar semalam—demam tinggi, tubuhnya menggigil, dan sosok Krisna yang duduk di tepi tempat tidur. Ia ingat tangannya yang dingin menyeka keringat di dahinya. Tapi apa yang terjadi setelah itu?Tepat saat ia mencoba mengingat lebih jauh, pintu kamar kembali terbuka lebar, kali ini menampilkan sosok Krisna yang masuk dengan santai. Ia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, wajahnya tampak s

    Last Updated : 2024-12-08
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   58. Perubahan Sikap Krisna

    Radha berdiri di depan cermin, memandangi pantulan dirinya dengan tatapan campur aduk. Gaun sederhana berwarna lembut yang ia kenakan tampak pas di tubuhnya, seolah dibuat khusus untuknya. Jemarinya menyusuri kain lembut itu, merasakan betapa nyaman dan ringan bahan yang digunakannya.Selama mereka menikah, Krisna hampir tidak pernah peduli pada hal-hal kecil seperti ini. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali Krisna menunjukkan perhatian yang nyata terhadapnya. Namun, setiap kali ia mengenakan sesuatu yang dipilih oleh Krisna, entah bagaimana rasanya selalu pas. Warna, potongan, bahkan desainnya—semuanya terasa seperti mencerminkan dirinya.“Sebenarnya, ada apa dengan Krisna? Kenapa sikapnya sedikit berubah di saat kami akan bercerai?” gumam Radha, setengah melamun.Helaan napas yang panjang terdengar darinya, sembari meletakkan sisir di atas meja rias setelah beberapa kali menggunakannya untuk menyisir rambut basahnya. Radha mencoba mengalihkan pikirannya, tetapi pertanyaan i

    Last Updated : 2024-12-10
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   59. Momen Yang Terganggu

    "Radha," ujar Krisna perlahan. "Kau bisa pulang setelah ini. Tapi, untuk saat ini, duduklah. Biarkan aku membuatkan sesuatu untukmu."Radha mendesah panjang. Ia ingin membantah, namun entah kenapa tubuhnya justru mengikutinya lagi. Ia duduk di kursi dapur, mengamati punggung Krisna dari belakang.Krisna bergerak dengan cekatan, seperti seseorang yang sudah terbiasa melakukannya. Tangannya meraih bahan-bahan dari lemari es, kemudian mulai menyiapkan sesuatu. Radha memperhatikan tanpa sadar, merasa aneh dengan situasi ini."Sejak kapan kau bisa memasak?" tanya Radha akhirnya, suaranya terdengar ragu.Krisna meliriknya sekilas, senyum kecil muncul di wajahnya. "Ada banyak hal tentang aku yang tidak kau tahu, Radha. Sama seperti aku yang tidak pernah benar-benar tahu apa yang kau pikirkan."Radha terdiam mendengar jawaban itu. Ia tidak tahu bagaimana merespons, jadi ia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aroma harum mulai memenuhi udara, membu

    Last Updated : 2024-12-11
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   60. Dipaksa Pulang

    Pagi menjelang siang, sinar matahari mengintip lembut dari sela-sela pepohonan, mengiringi perjalanan Radha dan Saga dalam mobil menuju vila pribadi milik Saga. Jam di dashboard menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. Radha bersandar di kursi penumpang, menatap lurus ke jalanan dengan pikiran yang terasa berat. Saga, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirik Radha dengan tatapan penuh perhatian. "Kau diam saja sejak tadi," ucap Saga, memecah keheningan. Suaranya tenang, namun penuh rasa ingin tahu. "Kau baik-baik saja, Radha?" Radha menoleh sebentar, lalu tersenyum kecil. "Aku baik, Kak. Maaf, aku hanya sedang memikirkan banyak hal." Saga mengangguk paham. "Aku mengerti. Tapi... jujur saja, aku merasa tidak enak atas apa yang sudah dilakukan Kakek Felix padamu. Keluargaku, sudah terlalu sering membuatmu dalam masalah." Radha menggeleng cepat. "Tidak, Kak. Justru aku yang merepotkanmu. Rasanya aku yang terlalu sering melibatkanmu dalam masalahku." Saga tertawa kecil, nam

    Last Updated : 2024-12-22
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   61. Nakula Terluka

    Radha duduk di tepi ranjang di salah satu kamar vila milik Saga. Di luar jendela, cahaya bulan menyorot lembut ke permukaan laut yang tenang, tetapi keindahan itu tidak mampu meredakan guncangan di hatinya. Di hadapannya, Nakula terbaring dengan wajah lebam dan sudut bibir pecah. Luka-luka itu adalah bukti kekejaman yang dilakukan oleh Freya, ibu kandungnya sendiri. Dengan hati-hati, Radha merendam kain ke dalam mangkuk berisi air dingin dan menempelkannya ke pipi Nakula. Jemarinya gemetar, bukan karena dinginnya air, tapi karena rasa bersalah yang menyesakkan dada. “Tahan sebentar ya, Nakula. Maaf, aku... benar-benar minta maaf. Ini semua salahku,” ucap Radha dengan suara bergetar. Nakula tersenyum kecil meski wajahnya jelas menahan nyeri. “Kak, jangan minta maaf. Aku yang memilih membantu Kakak.” Radha menatap wajah adik tirinya dengan perasaan pilu. “Tapi dia ibumu, Nakula. Kenapa dia bisa sekejam ini padamu? Kalau dia melakukannya padaku, aku mungkin bisa menerima. Tapi kau...

    Last Updated : 2024-12-24
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   62. Ungkapan Hati Saga

    Malam merangkak pelan di atas vila yang sunyi. Hanya suara angin yang bermain lembut di antara dedaunan, menemani langkah Radha yang baru saja selesai merawat luka Nakula. Hatinya sedikit lega melihat adik tirinya itu tertidur dengan tenang, meski bayang-bayang kejadian tadi masih mengendap di benaknya. Radha melangkah pelan menuju taman belakang, di mana cahaya bulan temaram membasahi rerumputan dengan sinarnya yang redup. Saga duduk sendirian di bangku taman, pandangannya terlempar jauh ke langit yang dihiasi bintang-bintang. Ketika Radha mendekat, Saga menoleh dan menyambutnya dengan senyum samar. "Bagaimana keadaan Nakula?" tanya Saga, suaranya terdengar hangat, namun ada secercah kekhawatiran yang sulit disembunyikan. Radha duduk di sampingnya, membiarkan malam meresapi keheningan di antara mereka sejenak. "Dia sudah sedikit mendingan. Dan sekarang dia tertidur dengan pulasnya." Saga mengangguk pelan, meski hatinya masih dihantui rasa bersalah. "Seharusnya aku lebih waspada

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   97. Sulit Ditebak

    “Seberapa berpengaruhnya dia?” Andre tersenyum tipis, tetapi kali ini senyumnya lebih dingin. “Cukup untuk bisa masuk ke dalam lingkaran bisnis kelas atas tanpa harus membawa nama Harlingga. Dan cukup untuk membuat banyak orang bertanya-tanya… siapa sebenarnya yang berdiri di belakangnya.” Aresha membatu seketika. Jadi, Joshua bukan hanya sekadar putra Baskara yang tersembunyi. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang memiliki kekuatan, pengaruh, dan—kemungkinan besar—rencana tersendiri. Ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jika kau ingin tahu lebih banyak, aku bisa menyelidikinya lebih dalam,” tawar Andre. Aresha menghembuskan napas panjang. “Kalau begitu lakukanlah.” Andre mengangguk, lalu bangkit. Sebelum pergi, ia menatap Aresha dengan pandangan tajam. “Tapi Aresha, aku sarankan satu hal.” “Apa?” “Berhati-hatilah.” Suaranya rendah, nyaris seperti peringatan. “Joshua bukanlah orang yang bisa disentuh dengan mudah.” Aresha hanya tersenyum kecil. Namun di dalam hatin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   96. Mencari Informasi Tentang Joshua

    Aresha merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Joshua adalah putra lain dari Baskara. Jika itu benar, berarti… dia dan Joshua memiliki darah yang sama. Perutnya terasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara di sekitar masih dikuasai angin sepoi-sepoi yang seharusnya menenangkan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa tenang dengan kondisi pikirannya yang kacau balau saat ini. “Saga,” bisiknya, mencoba memastikan kembali. “Apa kau benar-benar yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan? Barangkali saja yang kau maksud adalah Joshua yang lain?” Di seberang telepon, suara Saga terdengar lebih berat, seolah ia sendiri belum siap menerima kenyataan ini. “Ya, aku juga tidak menutup kemungkinan akan hal itu,” katanya pelan. “Tapi tetap saja, Aresha. Tidak ada salahnya untuk bersikap waspada terhadap segala hal yang bisa menghancur

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   95. Saling Menantang, Ternyata Dia Adalah....

    Aresha mengedarkan napas perlahan, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum tipis yang tak terbaca. Namun, tatapannya menajam, menyelidik pria yang berdiri di hadapannya. Joshua. Nama yang terdengar asing, tetapi caranya berbicara seolah ia tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Sorot matanya yang tajam, tak menunjukkan sedikit pun celah yang bisa dimanfaatkan Aresha. Dia jelas bukanlah orang biasa. Aresha menggeser sedikit berat badannya ke satu sisi, menyilangkan tangan di depan dada, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Aku tak tahu siapa yang memberimu informasi, tapi aku rasa kau sedang salah paham, Tuan Joshua,” ujarnya, suaranya tetap ringan namun berhati-hati. Joshua tersenyum kecil, seolah mengapresiasi usaha Aresha untuk tetap tenang. "Salah paham?" ulangnya, seakan mengecap kata itu di lidahnya. "Apakah itu benar? Aku rasa aku tidak mungkin salah." Aresha tertawa pelan, seolah menertawakan ketidakmasukakalan kata-kata pria itu. Namun, hatinya be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status