Satya menutup telepon itu. Melihat wajah Clara yang terkejut, dia berkata, "Ya, dia orang yang kamu bayangkan itu!"Kenyataan ini membuat Clara sangat kaget. Setelah beberapa lama, dia baru bertanya, "Kenapa dia mau? Dia itu sekretaris utama Malik, cuma berada di bawah satu orang."Satya bersandar ke divan ranjang, lalu memandang Clara dengan intens. Hingga saat Clara menunduk, Satya baru menarik kembali pandangannya dan berkata dengan dingin, "Clara, uang bisa menyelesaikan 99% permasalahan di dunia ini. Nggak ada orang yang nggak serakah! Dulu kamu juga kudapatkan karena kekayaanku .... Baiklah, aku nggak mau ungkit masalah itu lagi. Tapi kupikir, Surya bukan hanya demi uang. Pasti ada alasan lainnya."....Clara berlutut di sampingnya, mendengarkan cerita Satya dengan fokus. Satya agak tersentuh melihatnya. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus kepala Clara dan bergumam, "Tapi nggak masalah! Jalani sesuai jodoh saja. Aku sudah kerja sama dengannya selama beberapa saat. Clara, kita
Satya mengambil barang-barang yang diserahkan Aida. Setelah masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman, dia menelepon Gracia setelah berpikir sejenak. Meski saat ini sudah tengah malam, Gracia tetap mengangkat telepon Satya karena mengingat vila yang diberikannya."Pak Satya ada perintah apa?"Satya berkata dengan perlahan, "Besok pagi umumkan ke departemen humas Grup Chandra, lamaranku berhasil. Dalam tahun ini akan menikah."Gracia langsung tercengang. Padahal ini adalah pernikahan kembali, apa perlu sampai begitu berlebihan?Satya mengangkat alisnya. "Kenapa? Memangnya nikah kembali nggak boleh diadakan dengan meriah?"Bukan hanya diadakan dengan meriah, Satya bahkan ingin mengumumkan pernikahannya kepada semua orang di kota ini. Dia ingin semua orang tahu bahwa dirinya telah berhasil mengejar kembali istrinya dan akan menikah. Dia juga akan memberi hadiah pernikahan yang paling romantis untuk Clara.Gracia berpikir dalam hati, 'Orang yang jatuh cinta memang nggak ada logika.'Usai
Satya tercengang. Dia memang butuh waktu untuk menenangkan diri, mengingat dia pernah menjalani operasi vasektomi. Namun, sekarang keajaiban itu terjadi. Dia dan Clara akan memiliki anak lagi. Satya terdiam beberapa detik.Clara merasa tidak senang, dia mendorong Satya dengan lembut dan berkata dengan nada dingin, "Kamu nggak sedang meragukan anak ini, 'kan? Kalau kamu meragukannya, kita batalkan saja pernikahan kita .... Kamu juga nggak perlu memaksakan diri untuk mengakui anak ini.""Nggak ragu, nggak ragu!" ucap Satya buru-buru. Kemudian, dia memegang perut Clara dengan hati-hati sambil terus mengelusnya, bahkan dia bertanya dengan bodohnya, "Ini anak laki-laki atau perempuan?"Clara menepis tangannya, "Baru berapa minggu, mana bisa tahu?" Satya langsung menggendongnya dan berjalan menuju kamar tidur. Clara khawatir dia akan memulai balasan lagi.Clara memukul pundak Satya sambil berkata, "Turunkan aku."Satya langsung membawa Clara ke tempat tidur dan mendudukkannya di sana. Seseka
[ Lamaran Presdir Grup Chandra Berhasil, Pernikahannya akan Diadakan dalam Waktu Dekat. ]Di atasnya, juga diterbitkan foto pertunangan. Mungkin karena waktu yang terbatas, mereka menggunakan foto lama, di mana Satya dan Clara terlihat beberapa tahun lebih muda dari sekarang. Saat itu Clara terlihat sangat muda dan segar, berbeda dengan sekarang.Vigo terkejut melihatnya. Tiba-tiba, tangan Renata menarik koran itu.Suara Renata terdengar penuh sindiran, "Orang lain sudah mau menikah, kamu masih nggak rela! Vigo, kamu nggak bisa relakan siapa pun .... Siapa yang sebenarnya kamu cintai! Benar juga, sulit untuk menentukan pilihannya, bukan? Yang satu adalah wanita idamanmu, yang satu lagi sedang hamil anak harammu."....Vigo terkejut. Dia langsung meraih pergelangan tangan Renata dan berkata dengan tegang, "Kamu bilang apa?"Renata menyingkirkan tangannya dengan kasar. Dia sudah menahan diri selama beberapa hari, kini kesabarannya telah habis. "Apa yang kubicarakan? Aku sedang bicarakan
Setelah masuk ke mobil, Clara masih tampak agak linglung .... Satya menggenggam tangannya, lalu berpaling dan bertanya dengan lembut, "Lagi mikir apa?"Clara memeluk lengan Satya, lalu bersandar di bahunya. "Satya, kadang-kadang saat terbangun di tengah malam, aku masih terus berpikir kenapa kita bisa sampai di titik ini .... Vigo sudah menikah dan punya anak. Terlepas dari bagaimana perasaannya, dia tetap terikat oleh statusnya dan nggak bisa melakukan hal-hal yang melampaui batas, apalagi ada perasaan masa lalu di antara kita.""Aku nggak ngerti, kenapa Pak Malik nggak bisa menerimaku? Masalah rem mobil juga aku nggak bisa merelakannya."....Satya menjawab dengan suara serak, "Karena kekuasaan! Karena dia ingin membantu Vigo bangkit.""Dalam hatinya, aku ini kelemahan bagi Vigo?" tanya Clara dengan sedih. Satya mengecup bibirnya, lalu bergumam, "Dalam hatiku, kamu selalu jadi nomor satu!"Perkataan ini cukup menghibur bagi Clara. Mungkin tidak sepenuhnya perasaan tidak adil itu akan
Urusan pernikahan kebanyakan diurus oleh Annika dan Shinta. Clara fokus merawat janinnya. Kehamilan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, hampir sama dengan saat dia mengandung Joe. Clara menebak bahwa dirinya mengandung anak laki-laki, tetapi Satya mengharapkan seorang anak perempuan.Jadi, Clara tidak memberi tahu Satya karena khawatir pria ini tidak bisa tidur dan sibuk mencari cara untuk mengubah jenis kelamin anaknya.Angin musim gugur bertiup. Daun pisang di luar jendela mulai menguning dan ujung daunnya menggulung. Terkadang di malam hari, ada lapisan tipis embun beku di atasnya. Bagian dalam vila mulai terasa hangat, membuat siapa pun merasa sangat nyaman.Clara hampir tidak pernah keluar sejak hamil. Sore harinya Satya menelepon, mengajaknya untuk makan malam bersama sekaligus mencoba gaun yang sudah diperbaiki. Clara menyetujuinya dengan senang hati. Setelah mandi, dia mengganti pakaiannya.Di halaman lantai bawah, terdengar suara mesin mobil. Clara mengira itu adalah Saty
Veren meninggalkan ruang baca. Di sisi lain, Satya akhirnya pulang. Begitu Satya masuk, Aida diam-diam menghampiri dan berbisik, "Tadi Nyonya Veren datang. Nyonya Clara terlihat agak sedih sekarang."Satya mengernyit, lalu mengangguk sebagai isyarat sudah mengerti. Kemudian, Satya menemui Clara di taman bunga. Clara tampak bersandar di sofa dan melamun. Jelas, kedatangan Veren membuatnya sedih.Satya menghampiri dan mengelus kepada Clara sambil berkata, "Kalau mood-mu kurang bagus, kita bisa cari hari lain untuk mencoba gaun."Dengan tatapan mendalam, Satya mendekapkan Clara ke pelukannya. Pada akhirnya, mereka tetap pergi ke restoran untuk makan dan pergi ke butik untuk mencoba gaun.Satya sudah mencoba setelannya sebelumnya. Dia pun duduk di ruang VIP dan membaca majalah sambil menunggu Clara dengan sabar. Sekitar setengah jam kemudian, staf membawa Clara keluar. Gaun merah, rambut disanggul, mahkota berkilau, semua ini membuatnya sangat menawan.Satya tak kuasa berdiri. Dia terkesim
Bianka bertanya dengan mata berkaca-kaca, "Serius?"Clara membujuknya seperti membujuk anak kecil, "Tentu saja."Bianka menyeka air matanya sambil berkata, "Baiklah, aku akan mendengarkanmu."Saat ini, Satya mendorong pintu dan masuk. Begitu masuk, dia langsung melihat Bianka menangis. Jika itu biasanya, dia tidak akan peduli. Namun, dia ingin membangun citra pria lembut di depan Clara sehingga bertanya dengan penuh perhatian, "Apa yang terjadi? Kenapa Bianka menangis?Bianka merasa malu. Dia membelakangi Satya sambil menyeka air mata. Clara menyuruh Bianka untuk keluar dulu. Setelah Bianka keluar, Satya menutup pintu dan bertanya, "Ada apa dengannya? Dia biasanya sangat murah hati. Nggak mungkin dia merasa sedih karena kalian akan berpisah, 'kan?"Clara merasa lucu. Dia menyahut, "Bianka melihat Adnan."Ekspresi Satya menjadi dingin. Sesaat kemudian, dia terkekeh-kekeh dan berujar, "Apa bagusnya pria itu? Dia sama sekali nggak punya tekad yang kuat. Bianka nggak akan rugi meskipun keh