Alaia langsung mencium ayahnya dengan senang. Di depan pintu ruang lukis di lantai tiga. Satya membuka pintu perlahan dan menunjukkannya pada Alaia melalui celah pintu. Cahaya di ruang lukis itu terpantul ke luar ruangan. Di tengah malam ini, Clara masih sedang melukis. Dia tidak mengenakan pakaian mahal, melainkan hanya menggunakan sebuah daster yang sederhana. Rambut panjangnya dikepang di depan dadanya.Clara tampak sangat cantik saat sedang serius. Padahal Alaia yang ingin melihat ibunya, tapi malah Satya yang tercengang memandang Clara. Melihat sosok Clara yang cantik dari luar ruangan, Satya benar-benar merasa Clara adalah istrinya dan dia merasa sangat bangga terhadap istrinya.Angin malam yang masuk melalui jendela mengacak-acak rambut hitamnya. Karena khawatir Alaia akan kedinginan, Satya segera menggendong anak itu pergi. Saat menangani pekerjaannya, Alaia hanya berbaring manis di pangkuan Satya. Dia sangat patuh. Seperti malam-malam sebelumnya dalam empat tahun itu, ketergan
Apinya tidak besar, tetapi situasinya sangat serius. Lukisan asli Van Gogh yang ada di dalamnya, terbakar hingga hitam legam dan bingkainya jatuh dari dinding ke lantai, berubah menjadi tumpukan sampah.Manajer galeri seni berlari turun dari lantai atas. Dia menatap tumpukan puing-puing di lantai dengan ekspresi terpana. Setelah beberapa saat, dia menoleh ke Satya, "Lukisan asli Van Gogh terbakar seperti ini, gimana kita mau menjelaskan ini? Karierku sudah berakhir!"Pria sejati biasanya tidak akan mudah menangis, tetapi manajer tersebut menangis terisak-isak di depan umum. Masalah ini sangat serius, baik dia maupun Satya tidak bisa menanganinya sendirian. Dia meraih tangan Satya untuk membahas langkah selanjutnya. Bagaimana jika ada orang asing yang datang meminta pertanggungjawaban mereka. Namun, Satya berkata dengan tegas, "Pak, aku akan tanggung semuanya! Aku nggak akan membiarkanmu kesulitan."Manajer itu merasa terkejut dan senang, tetapi juga merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, i
Lukisan itu sama persis dengan karya asli Van Gogh. Dari mana datangnya lukisan palsu ini? Clara tidak datang sendirian. Dia datang bersama Gracia dan 50 orang pengawal elite Grup Chandra. Setiap pengawal itu mampu mengalahkan belasan orang sekaligus.Malik memicingkan matanya. Clara berjalan ke hadapannya dan berkata, "Lukisan ini adalah karya asli Van Gogh! Lukisan yang terbakar itu barang palsu."Semua orang menjadi heboh. Malik hanya tersenyum sinis, "Kenapa aku harus percaya padamu? Lukisan yang diletakkan di galeri itu adalah benda asli." Dia memberi isyarat pada Surya. Surya langsung mengerti maksudnya dan maju untuk menasihati Clara, "Nona, kami sedang bahas masalah penting. Cuaca panas begini, sebaiknya Nona pulang saja .... Kalau sampai sakit nanti Pak Malik akan sedih."Clara mendorongnya dengan perlahan, kemudian berkata dengan wajah serius, "Tentu saja aku tahu ini bukan tempat untuk bercanda! Kalau bisa bawakan karya asli ini, tentu saja aku sudah yakin .... Aku juga ngga
Clara menanggapinya dengan tanpa ekspresi, "Aku tahu, demi Vigo."Malik menenangkan dirinya sejenak. "Vigo masih dikurung! Apa kamu juga merasa Vigo melakukan kejahatan yang nggak bisa dimaafkan?"Clara menunduk, lalu berkata dengan tenang, "Kamu yang nggak bisa dimaafkan! Kamu nggak seharusnya menyentuh rem mobil Satya. Saat itu, kalau aku dan anak-anak ada di dalam mobil, mungkin aku nggak bisa berdiri di hadapanmu lagi sekarang. Karena aku juga sudah dibunuh olehmu! Joe dan Alaia juga sama! Vigo adalah kesayanganmu. Sama seperti Vigo, Joe dan Alaia juga kesayanganku! Kalau kamu melukai mereka, aku akan menggunakan segala cara untuk balas dendam padamu ... termasuk mengorbankan reputasi Keluarga Sadali, reputasimu, dan nyawa Vigo!"....Clara telah mengerahkan semua tenaganya untuk melontarkan ucapan yang kejam. Bagaimanapun, Malik adalah ayahnya. Clara juga merasa tidak nyaman mengucapkan semua ini. Akhirnya dia mendorong pintu dan berjalan keluar.Cahaya matahari di luar sana teras
Setengah jam kemudian, sebuah mobil berwarna hitam memasuki vila dan berhenti di depan rumah utama. Begitu mobil itu berhenti, Satya menggendong Clara turun dari mobil. Clara masih belum terbangun.Satya menggendong Clara melewati ruang tamu yang megah dan berjalan menuju kamar di lantai dua. Sampai setelah meletakkan Clara ke atas ranjang, dia baru bisa menghela napas lega. Satya duduk di samping ranjang sembari merapikan rambut Clara yang berantakan. Dia terus mengelus wajah Clara.Di luar pintu, terdengar suara derap kaki. Tanpa dilihat sekalipun, Satya bisa menebak bahwa suara itu adalah milik Alaia. Saat berlari ke kamar dan melihat ibunya sedang tertidur, Alaia langsung berjalan mengendap-endap sambil berbisik pada ayahnya, "Ibu ngantuk ya?""Ibu sudah lelah." Satya mengelus kepala gadis itu.Mata Alaia yang bulat tampak berseri-seri. Dia diam-diam maju dan mengecup wajah ibunya yang harum. Satya tersenyum sekilas, lalu menggendongnya."Ayah bawa ke taman untuk main-main ya. Buka
Satya menutup telepon itu. Melihat wajah Clara yang terkejut, dia berkata, "Ya, dia orang yang kamu bayangkan itu!"Kenyataan ini membuat Clara sangat kaget. Setelah beberapa lama, dia baru bertanya, "Kenapa dia mau? Dia itu sekretaris utama Malik, cuma berada di bawah satu orang."Satya bersandar ke divan ranjang, lalu memandang Clara dengan intens. Hingga saat Clara menunduk, Satya baru menarik kembali pandangannya dan berkata dengan dingin, "Clara, uang bisa menyelesaikan 99% permasalahan di dunia ini. Nggak ada orang yang nggak serakah! Dulu kamu juga kudapatkan karena kekayaanku .... Baiklah, aku nggak mau ungkit masalah itu lagi. Tapi kupikir, Surya bukan hanya demi uang. Pasti ada alasan lainnya."....Clara berlutut di sampingnya, mendengarkan cerita Satya dengan fokus. Satya agak tersentuh melihatnya. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus kepala Clara dan bergumam, "Tapi nggak masalah! Jalani sesuai jodoh saja. Aku sudah kerja sama dengannya selama beberapa saat. Clara, kita
Satya mengambil barang-barang yang diserahkan Aida. Setelah masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman, dia menelepon Gracia setelah berpikir sejenak. Meski saat ini sudah tengah malam, Gracia tetap mengangkat telepon Satya karena mengingat vila yang diberikannya."Pak Satya ada perintah apa?"Satya berkata dengan perlahan, "Besok pagi umumkan ke departemen humas Grup Chandra, lamaranku berhasil. Dalam tahun ini akan menikah."Gracia langsung tercengang. Padahal ini adalah pernikahan kembali, apa perlu sampai begitu berlebihan?Satya mengangkat alisnya. "Kenapa? Memangnya nikah kembali nggak boleh diadakan dengan meriah?"Bukan hanya diadakan dengan meriah, Satya bahkan ingin mengumumkan pernikahannya kepada semua orang di kota ini. Dia ingin semua orang tahu bahwa dirinya telah berhasil mengejar kembali istrinya dan akan menikah. Dia juga akan memberi hadiah pernikahan yang paling romantis untuk Clara.Gracia berpikir dalam hati, 'Orang yang jatuh cinta memang nggak ada logika.'Usai
Satya tercengang. Dia memang butuh waktu untuk menenangkan diri, mengingat dia pernah menjalani operasi vasektomi. Namun, sekarang keajaiban itu terjadi. Dia dan Clara akan memiliki anak lagi. Satya terdiam beberapa detik.Clara merasa tidak senang, dia mendorong Satya dengan lembut dan berkata dengan nada dingin, "Kamu nggak sedang meragukan anak ini, 'kan? Kalau kamu meragukannya, kita batalkan saja pernikahan kita .... Kamu juga nggak perlu memaksakan diri untuk mengakui anak ini.""Nggak ragu, nggak ragu!" ucap Satya buru-buru. Kemudian, dia memegang perut Clara dengan hati-hati sambil terus mengelusnya, bahkan dia bertanya dengan bodohnya, "Ini anak laki-laki atau perempuan?"Clara menepis tangannya, "Baru berapa minggu, mana bisa tahu?" Satya langsung menggendongnya dan berjalan menuju kamar tidur. Clara khawatir dia akan memulai balasan lagi.Clara memukul pundak Satya sambil berkata, "Turunkan aku."Satya langsung membawa Clara ke tempat tidur dan mendudukkannya di sana. Seseka