Saat malam tiba, langit mulai diliputi kegelapan. Satya mendengus saat mendengar ucapan Clara. "Clara, kamu nggak benar-benar mengira aku mencintaimu, 'kan?"Sambil bicara, Satya mendekat ke samping telinganya. Suaranya sangat lembut, tetapi terdengar sangat dingin, "Aku hanya belum puas menidurimu! Setelah kita cerai, aku menyadari bahwa aku jadi nggak bisa terangsang saat ada wanita cantik yang telanjang di hadapanku .... Tapi saat melihatmu berlutut dan memohonku, gairahku sebagai seorang pria langsung bangkit. Aku agak menyesal sekarang, nggak seharusnya aku bercerai denganmu. Tapi, perceraian tetap nggak akan menghalangi kita berhubungan badan. Mungkin setelah melepas status suami dan istri, kita bisa jadi lebih bebas tidur bersama!"Satya sengaja mengatakan hal yang mempermalukan Clara untuk menyakitinya. Benar saja, Clara langsung ingin menampar Satya saat mendengar ucapan itu. Namun, tangannya malah ditahan oleh Satya.Perawakan Satya sangat tegap dan kekar, dia bisa menahan ta
Satya tidak melunak sama sekali! Kenapa Clara sebodoh itu bisa beranggapan bahwa Satya akan mengalah? Kenapa dia mengira bisa mengancam Satya dengan mogok makan untuk membebaskannya ....Clara membatin, 'Clara, kamu terlalu meninggikan dirimu sendiri dan terlalu meremehkan Satya. Pria itu nggak manusiawi, dia itu bajingan!'Mata Clara hanya dipenuhi kesuraman, dia terbaring di ranjang dengan diam. Kini dia tidak ingin mogok makan lagi, tapi juga tidak berselera makan. Clara telah merasa putus asa terhadap hidupnya sepenuhnya.Sudut matanya dibanjiri air mata karena tidak melihat harapan apa pun lagi terhadap hidupnya. Melihatnya terbangun, Satya awalnya ingin berbicara padanya. Namun saat melihat air matanya yang menetes, hati Satya kembali menjadi kejam.Dokter Jordy yang dipanggil Satya ini termasuk orang yang berpengalaman. Dia tahu bahwa temperamen Satya sangat buruk, sehingga biasanya dia tidak ingin melayani Satya. Namun karena Satya membayarnya 200 juta untuk sekali kunjungan, d
Satya kembali ke kamar utama. Clara tetap tidak mau meliriknya dan hanya hidup di dunianya sendiri. Mungkin dunia itulah yang paling indah untuknya. Tidak ada paksaan, monopoli, apalagi jarum yang dingin dan infus yang tiada akhirnya, serta penjara yang mewah ini.Sudah hampir dua tahun dia terkurung dalam rumah ini. Clara tidak mengerti, padahal Satya telah balas dendam dan merenggut masa muda serta cintanya .... Lalu, apa lagi yang membuat Satya masih merasa tidak puas?Satya berdiri di depan lemari dan meletakkan ponselnya di atas meja. Setelah itu, dia berkata dengan tenang terhadap Clara, "Clara, ayo kita negosiasi persyaratan!"Clara tertegun sejenak.Setelah itu, Satya kembali melanjutkan, "Ikut aku pulang ke Kota B! Aku akan membelikan rumah besar untukmu. Kalau kamu mau, kamu bisa terus bersekolah atau buka galeri lukisan yang berkelas. Aku nggak akan mengurungmu lagi! Joe juga akan ikut bersamamu, dia akan punya masa kecil dan orang tua yang utuh."Clara mengedipkan matanya p
Ujung kertas yang tajam menggores kulit Clara. Darah mengalir dari tangannya. Satya tetap bergeming. Dia tersenyum sinis dan berujar, "Robek saja. Lagi pula, itu hanya kopian."Clara memelototi Satya. Sementara itu, Satya malah merasa rileks. Akhirnya, mereka berdua tidak perlu berpura-pura lagi. Satya tidak perlu berusaha menunjukkan ketulusannya dan Clara tidak perlu bersikap lemah. Kenyataan memang begitu kejam.Dari awal, hubungan mereka berdua tidak mungkin membaik. Satya menyimpan perasaan dendam yang begitu mendalam, mana mungkin dia memiliki rasa cinta lagi?Satya tidak membujuk Clara. Dia turun ke lantai bawah. Di bawah cahaya lampu, Satya tetap terlihat elegan.Aida yang menggendong Joe segera bertanya saat melihat Satya turun, "Apa Nyonya sudah mau makan?"Satya menatap Aida sembari menyahut dengan dingin, "Tunggu sampai dia mau makan sendiri. Selain itu, suruh Dokter Jordy nggak usah datang. Mulai sekarang, dia nggak usah menyuntik vitamin lagi."Aida tertegun. Satya bernia
Clara tahu Satya memang kejam. Dia tertawa, lalu menimpali dengan sinis, "Satya, kamu juga merasa tersiksa karena harus menutupinya begitu lama, 'kan? Selama ini, kamu terus memikirkan cara untuk menyiksa kami. Alkohol dan wanita seperti obat biusmu, sedangkan rokok itu hiburan bagimu.""Coba kamu tanya dirimu sendiri, apa kamu sudah benar-benar keluar dari penjara? Nggak! Satya, sebenarnya kamu masih hidup di penjara!" lanjut Clara.Satya mendengus dan menanggapi, "Apa pun yang kamu bilang, kenyataannya tetap nggak bisa berubah. Aku tunggu keputusanmu."Clara menunduk sembari membalas, "Aku mau mempertimbangkannya lagi.""Tiga, dua, satu ...," ujar Satya. Dia tidak memberi Clara kesempatan untuk mengulur waktu lagi. Satya adalah orang yang kejam. Dia tidak akan bersikap lunak kepada wanita, apalagi Clara.Clara segera menyahut, "Aku setuju!"Kala ini, Clara merasa putus asa. Dia terus mengulang ucapannya, "Aku setuju. Satya, aku setuju."Clara sangat membenci Satya dan dirinya yang bo
Clara tidak bisa menghentikan. Satya tetap membuka pintu sambil menggendongnya. Di bawah sinar lampu, kulit putih Clara terlihat sangat mulus, bahkan berkilauan karena keringatnya.Rambut hitam Clara yang panjang pun tergerai di pinggangnya dan bergoyang dengan pelan. Semua ini membuatnya terlihat sungguh menggoda.Satya sama sekali tidak berhenti. Sementara itu, tatapan Clara tampak linglung. Setibanya di kamar, Satya menurunkannya di ranjang yang empuk dan melanjutkan permainannya yang kasar. Meskipun Clara menolak untuk bekerja sama, Satya tetap punya cara untuk membuatnya pasrah.Beberapa saat kemudian, ranjang menjadi berantakan. Di dalam kamar mewah ini, yang terdengar hanyalah suara derit kasur dan gumaman parau wanita. Clara terus memohon, tetapi Satya tidak berniat untuk melepaskannya.Sepasang mata yang suram itu menatap Clara lekat-lekat, berharap wanita ini tunduk. Satya punya tenaga untuk menyiksanya semalaman.Pada akhirnya, Clara tidak tahan lagi. Dia merangkul leher Sat
Gracia tersenyum sopan sambil membalas, "Harganya 400-an miliar!"Aida melirik sekilas Satya, perasaannya agak campur aduk. Apakah ini rumah atau kandang mewah untuk mengurung burung merak? Bagaimanapun, Aida berada di pihak Clara sehingga selalu mencemaskannya.Tidak seperti biasanya, Satya bersikap sangat perhatian kali ini. Dia membawa Clara dan Joe naik, lalu membuka pintu kamar utama di lantai 2. Selain kamar mereka, masih ada kamar bayi di dalamnya. Jadi, mereka bisa menjaga Joe sekaligus memiliki privasi.Joe masih kecil. Begitu masuk, Satya segera menutup jendela dan menyalakan penghangat ruangan. Ketika menoleh, dia melihat Clara menggendong Joe. Mereka seperti kembali ke masa lalu.Satya menatap sesaat dari samping jendela. Kemudian, dia berjalan ke belakang Clara dan memeluk keduanya. Saat ini, hati Satya dipenuhi kehangatan.Mungkin karena Clara menjadi lebih penurut, mungkin karena amarah Satya telah mereda, mungkin juga karena Satya telah memperoleh kepuasan. Intinya, pri
Satya tidak mengharapkan jawaban darinya. Dia menuruni tangga, lalu berjalan ke luar dan masuk ke mobil. Saat ini, dia baru merasa lebih lega.Gracia duduk di seberangnya. Satya menarik dasinya, lalu memejamkan mata dan bertanya, "Kamu juga merasa aku nggak seharusnya membawanya pulang, 'kan?"Gracia tersenyum tipis sembari menyahut, "Sekretaris yang berkualifikasi nggak pernah ikut campur masalah pribadi bosnya."Satya pun membuka matanya sedikit dan melirik Gracia dengan sinis.....Malam ini, Satya mengadakan rapat di perusahaan sehingga tidak pulang ke vila. Keesokan harinya, Clara pun menelepon Gracia.Sesudah mendengar permintaan Clara, Gracia berucap dengan lembut, "Aku akan memberi tahu Pak Satya nanti. Tapi, aku rasa dia juga akan setuju kalau kamu memberitahunya sendiri."Clara menggigit bibirnya dan membalas, "Aku nggak ingin bicara dengannya."Gracia termangu mendengarnya. Pada akhirnya, dia hanya bisa menghela napas. Setelah mengakhiri panggilan, dia memasuki ruang presdir