Jony langsung memeriksa kondisi Zakki. Nahasnya, hasil pemeriksaan tidak terlalu bagus.Meskipun sudah sadarkan diri, seluruh tubuh Zakki tidak bisa bergerak. Tangan dan kaki Zakki tidak bisa digerakkan, terutama tangan kanannya dinyatakan lumpuh total.Zakki menerima kenyataan ini dengan tenang. Ke depan, Zakki harus menghabiskan sisa hidupnya di atas kursi roda. Dia juga harus belajar menggunakan tangan kiri. Intinya, dia akan hidup sebagai orang cacat.Zakki tidak menyesal, dia berkata dengan tenang, "Ariel adalah anakku, aku melakukan semua ini secara sukarela. Jangan beri tahu Annika, aku bukan suaminya lagi. Annika punya hak untuk mengejar kehidupan yang lebih baik."Jony tidak sanggup mendengarnya, dia membalikkan badan dan pergi.Dian berlutut di samping tempat tidur. Dia menangis sambil memukul dadanya sendiri. "Zakki, untuk apa? Annika sangat mencintaimu. Kalau tahu kondisimu, dia pasti akan memilih untuk tinggal di sisimu."Zakki memejamkan mata, setetes air mata mengalir da
Annika tercengang, dia sempat memikirkan berbagai macam kemungkinan. Hanya saja, dia tidak mengira akhirnya akan jadi seperti ini.Selama hidup bersama, Zakki memperlakukan Annika dengan lembut dan penuh kasih sayang. Zakki bahkan berulang kali mengajak Annika kembali bersama.Annika mengaku, dia memang masih memiliki perasaan terhadap Zakki. Namun Zakki malah mengatakan kalau dia sudah bersama Chika?Mata Annika berkaca-kaca. Akal sehat menyuruhnya untuk segera membawa Ariel pergi. Sayangnya, akal sehat selalu tidak berguna di kala jatuh cinta.Annika tidak percaya, dia ingin mendengarnya langsung dari mulut Zakki.Annika langsung menelepon Zakki. Suara dering telepon berbunyi cukup lama .... Setelah hampir 1 menit, akhirnya Zakki menjawab telepon Annika.Namun Zakki dan Annika diam saja, tidak ada yang membuka pembicaraan. Di ujung telepon, hanya terdengar embusan napas satu sama lain.Akhirnya Annika bertanya, "Serius?""Em, aku sudah bersama dia." Zakki menjawab dengan tegas, "Kamu
Seiring waktu, Annika akan melupakan Zakki.Zakki mengepalkan tangan, dia berusaha untuk bangkit dan duduk. Namun sekujur tubuhnya tidak bertenaga, dia hanya bisa berbaring di atas tempat tidur selayaknya orang lumpuh.Zakki terengah-engah sambil meneteskan air mata. "Maaf, Annika. Maafkan aku ...."....Annika belum menyempatkan waktu untuk mengambil barang-barangnya di Vila Kusnadi. Dia harus mengurus Ariel dan kadang-kadang membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan jalan.Beberapa kali Annika pernah melewati ruang perawatan Zakki. Di saat Annika marah, dia tidak tahu bahwa Zakki sedang berbaring tak berdaya.Waktu berlalu sangat cepat, satu bulan telah berlalu.Kondisi Ariel mulai stabil. Dia sangat merindukan Zakki, dia selalu menanyakan keberadaan ayahnya.Setiap Ariel merindukan Zakki, Annika selalu menelepon Zakki dan membiarkan Ariel berbicara kepadanya.Setiap Zakki dan Ariel mengobrol, Annika selalu menyingkir. Annika tidak mau mendengar suara Zakki, dia takut mak
Apakah Zakki ada di rumah?Annika beranjak keluar, tatapannya terus tertuju kepada 2 mobil yang sering digunakan Zakki.Sesaat melihat Annika, pelayang bergegas menghampiri dan menyapa, "Nyonya sudah pulang."Annika tersenyum. "Tidak perlu memanggilku nyonya, panggil Annika saja.""Apakah Zakki ada di rumah?" Annika lanjut bertanya.Pelayan tidak berani menjawab. Tanpa pikir panjang, Annika langsung beranjak masuk ke dalam rumah. Dia kaget melihat sosok yang sedang duduk di ruang tamu .... Chika ada di sini?Ekspresi Annika sontak berubah, wajahnya memucat. Chika sama sekali tidak kaget melihat kedatangan Annika.Chika menyapa Annika dengan ramah, tetapi auranya seolah menegaskan kalau dirinya yang berkuasa di rumah ini. "Barangmu dan Ariel sudah dirapikan, ada di kamar. Ayo, aku antar. Tapi kita jangan terlalu ribut, akhir-akhir ini Zakki lagi sibuk mengurus sebuah proyek. Dia sudah beberapa hari tidak tidur, sekarang lagi istirahat."Chika tersenyum lembut, dia tampak seperti seorang
Zakki menjawab dengan datar, "Supaya dia membenciku."Zakki menatap Chika dan berbalik tanya, "Kamu lihat sendiri keadaanku, masa aku masih harus memberikannya harapan dan menyuruhnya untuk merawatku seumur hidup? Daripada sakit di kemudian hari, lebih baik sakit sekarang. Ini akhir yang baik untuk siapa pun."Chika tersenyum dingin. "Baik untuk siapa pun? Memangnya kamu tahu apa yang dia pikirkan? Jelas-jelas kemarin kamu memperlakukannya dengan baik, terus sekarang tiba-tiba malah meniduri wanita lain. Dia pasti bakal berpikir ke mana-mana. Zakki, kamu nggak pernah pikir, bagaimana kalau suatu hari nanti kamu sembuh dan ingin mengejarnya lagi? Dia nggak bakal mau kembali bersamamu, atau mungkin dia sudah menjadi milik orang lain."Zakki terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku rela."Zakki menggunakan tangan kiri untuk mendorong kursi rodanya kembali ke kamar.Chika menatap punggung Zakki, matanya tampak berkaca-kaca. Chika sudah kalah, dia kalah telak. Dia tidak pernah menyangka kalau Z
Zakki menyadari kondisinya. Untuk bergerak saja susah, apalagi mengejar Annika ke bandara?Lantas, apakah Zakki harus mengatakan bahwa dirinya menjadi seperti ini demi Ariel? Sebenarnya dia tidak berpacaran dengan Chika, lalu meminta Annika untuk kembali ke sisinya dan merawatnya?Zakki tidak tega ....Annika sedang hamil, mereka akan segera memiliki anak kedua. Annika pasti akan menjadi ibu yang baik, Ariel juga segera memiliki saudara. Zakki ingin melihat mereka bahagia."Zakki, kenapa kamu masih merasa tidak adil?" Zakki bergumam sambil berbaring di lantai.Setelah menenangkan diri, Dania membuka pintu kamar dan masuk kembali. Begitu membuka pintu, dia kaget dan berteriak, "Zakki!"Dania bergegas memapah Zakki ke atas kursi roda. Zakki kesakitan sampai meneteskan keringat."Aku ... aku akan menghubungi dokter," ucap Dania dengan suara gemetar. Hatinya remuk melihat kondisi Zakki.Namun Zakki menahan Dania. Zakki menatap lembaran foto USG yang terjatuh di lantai sambil berkata, "Tida
Dian tidak dapat menahan tangisnya di hari bahagia ini.Dian menyesali perbuatannya. Seandainya dulu dia tidak memperlakukan Annika dengan buruk, rumah tangga Zakki dan Annika tidak akan hancur seperti sekarang ...."Aku yang memperlakukannya dengan buruk," ucap Zakki. Dia menatap Dian, lalu berbicara dengan pelan, "Bu, sekarang Annika sudah bahagia, jangan mengganggunya lagi. Setelah anak-anak besar, Annika masih bisa menemukan pria yang lebih baik. Cepat atau lambat, dia akan memiliki kehidupan sendiri."Dulu Zakki adalah pria yang arogan dan percaya diri, tetapi sekarang dia malah menyerahkan Annika pada orang lain.Perasaan Dian diliputi kesediahm. Ketika Dian sedang menenangkan diri, pelayan datang membawakan sup bunga teratai. Dian mengambil sup tersebut, lalu mengaduknya untuk menyuapi Zakki. "Zakki, ayo, tinggal di rumah Ibu. Biar Ibu bisa merawatmu."Sejahat-jahatnya Dian, Zakki adalah putranya sendiri. Dian tidak tega melihat kondisi putranya.Zakki mengambil mangkuk sup dan
Annika menjawab dengan suara pelan, "Sania berencana memindahkan bisnisnya ke Kota Brata."Melisa mengetahui insiden yang menimpa Faisal. Melisa dan Faisal pernah berkomunikasi beberapa kali.Melisa menggenggam tangan Annika. "Kalau Sania memang jadi pindah ke sini, hubungi aku kalau butuh bantuan. Aku pasti akan membantunya.""Terima kasih." Annika tersenyum.Melisa dan Annika sedih setiap mengingat musibah yang menimpa Sania.Di saat bersamaan, seorang pelayan menghampiri. "Nyonya, ada tamu penting yang sudah datang."Melisa terpaksa berpamitan kepada Annika. "Akhir-akhir ini aku lagi coba menjalin hubungan dengannya. Aku harus mengundangnya beberapa kali untuk membujuknya datang. Aku tinggal sebentar, ya! Anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan."Annika mengangguk sambil tersenyum. Setelah Melisa pergi, Annika ingin berjalan-jalan di sekitar taman yang sepi.Begitu membalikkan badan, Annika melihat ... Zakki!Zakki duduk di kursi roda. Dari belakang, tubuhnya memancarkan aura yang