Ponsel Zakki berdering saat subuh. Dia bangkit untuk menyalakan lampu tidur di nakas, lalu melihat sekilas Annika yang juga ikut terbangun. Setelah itu, dia menjawab telepon itu dengan suara pelan, "Ibu, ada apa?"Orang yang meneleponnya adalah Dian. Suara Dian terkesan semakin tenang dalam kegelapan malam ini, " Zakki, Nenek sepertinya sudah nggak sanggup lagi. Bawa Annika juga untuk mengucapkan perpisahan terakhir pada Nenek."Zakki terdiam cukup lama, lalu menjawab dengan suara serak, "Kami akan segera datang!"Hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, mereka telah selesai berpakaian dan berangkat saat itu juga. Air hujan mengguyur mobil Rolls-Royce yang mewah itu dan menetes menyusuri jendela mobil bagaikan tetesan air mata ....Zakki tidak mengebut karena mengingat Annika sedang hamil saat ini. Mereka tidak berbicara sama sekali. Annika duduk di sampingnya sambil menatap tetesan hujan di luar jendela. Dia sangat paham, kali ini adalah malam terakhirnya mereka menemani Lily ....Lampu
Zakki mendongak untuk menahan air matanya yang hendak menetes. Setelah itu, dia memegang tangan Lily, lalu bergumam pelan, "Aku Raditya .... Aku sudah pulang ....""Raditya sudah pulang!" Lily memalingkan wajahnya untuk melihat Zakki, tetapi dia tidak bisa membedakannya. Lily hanya merasa, wajah itu mirip sekali dengan Raditya, putra yang telah dibesarkannya dengan susah payah ....Lily tidak punya tenaga lagi, napasnya semakin melemah dan dia tidak bisa memanggil nama itu lagi. Sambil menatap Raditya yang berada di hadapannya ini ... ekspresi Lily tampak damai. Sebab, putranya telah pulang.Dalam hatinya berpikir, 'Raditya, apakah kamu tahu? Kamu bakal jadi kakek. Dua bulan lagi Keluarga Ruslan akan punya penerus. Raditya, kamu pasti akan senang melihatnya!'Lily tidak rela meninggalkan dunia ini karena Raditya telah pulang. Zakki memegang tangannya sambil berkata kepada orang lain di ruangan itu dengan suara pelan, "Aku mau menemani Nenek sendirian, kalian tidur saja dulu!"Setelah s
Setelah mengurus pemakaman Lily, kehidupan orang-orang kembali tenang. Zakki menjadi sering pulang lagi.Hubungan Zakki dan Annika masih dingin seperti biasa. Mereka jarang mengobrol saat makan, cukup jauh saat tidur di ranjang yang sama. Bahkan, Zakki terkadang tidur di ruang tamu. Akan tetapi, Zakki sesekali bisa memeluk Annika dari belakang dan mengelus perutnya untuk merasakan kehadiran anak mereka.Ketika Annika terbangun dari tidurnya karena sentuhan Zakki, dia akan membiarkan pria ini mengelus perutnya. Selain itu, tidak ada lagi interaksi lainnya, seolah-olah mereka mempertahankan hubungan ini hanya karena anak.Annika sudah lupa bahwa dia pernah menyukai Zakki. Zakki lupa bahwa dia ingin menebus kesalahan pada Annika. Bahkan, Zakki pernah mengatakan, "Annika, aku ingin punya anak perempuan. Dengan begitu, setiap aku pulang kerja, akan ada gadis kecil yang memeluk kakiku dan memanggilku ayah."Mereka telah melupakan kenangan indah yang pernah ada dan hanya ingat pada rasa sakit
Sania berucap dengan mata berkaca-kaca, "Aku pasti akan memperlakukan anakmu dengan baik!"Annika tersenyum tipis mendengarnya. Tidak berselang lama, Sania pun pamit karena harus menjaga toko.Sesudah Sania pergi, Annika duduk sendirian di depan jendela besar. Matahari terbenam menyinari masuk, mengenai wajahnya yang agak kemerahan dan membuat ekspresinya tampak agak lembut.Saat ini, bayi di perutnya menendang-nendang, seperti sangat bahagia dan bersemangat. Annika pun meletakkan telapak tangan di perut untuk merasakan kehadiran Ariel. Hatinya dipenuhi kelembutan. Dia tampak tersenyum karena membayangkan wajah Ariel.Ariel akan lahir di awal musim dingin. Annika pergi ke mal dan membeli banyak pakaian untuk Ariel. Setiap pakaian yang dipilihnya berwarna merah muda, juga sangat lucu.Ketika menuruni eskalator dan melewati area pakaian pria, seorang pramuniaga menghampirinya dan menjelaskan dengan ramah, "Bu, toko kami lagi ada diskon 12% hari ini. Kamu juga tahu kami jarang sekali disk
Hujan turun seharian. Sore harinya, terlihat awan indah mengapung di langit. Dengan syal di bahu, dia berdiri di balkon sambil menikmati pemandangan.Annika teringat pada berbagai kenangan indah dengan Zakki. Dia masih ingat pernah membakar buku hariannya yang menuliskan tentang Zakki di sini, juga foto pernikahan mereka. Masa lalu itu terukir di hatinya, mungkin tidak bisa dilupakan untuk seumur hidup.Ponsel di kamar tidur terus berdering. Annika berjalan ke kamar tidurnya untuk menerima panggilan. Yoyok yang menelepon. Dia membawa kabar buruk untuk Annika. "Bu, situasi kakakmu sangat gawat. Menurut informasi yang bisa dipercaya, ada bukti baru dan persidangan dimajukan. Dia mungkin akan dipenjara setidaknya 5 tahun.""Tapi, jangan khawatir dulu. Aku sudah mencari tahu, yang mengambil alih kasus ini punya hubungan mendalam dengan Keluarga Ruslan. Asalkan Pak Zakki bersedia membantu, masih ada kemungkinan membaik," jelas Yoyok.Annika menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar. Kenap
Zakki berkata dengan nada menyindir, "Kalau begitu, kamu kira dirimu sangat berharga? Kamu kira aku keberatan kalau kita bercerai? Kamu kira aku nggak bisa hidup tanpamu?"Annika membelalakkan mata dan menahan air matanya. Dia tidak percaya dengan perkataan Zakki ini. Ternyata, dia begitu rendahan di mata Zakki? Menurut Zakki, dia hanya menjual diri selama ini? Mudah sekali pria ini berbicara. Parahnya, semua ini hanya karena dia tidak menjawab panggilan dari rumah sakit.Zakki melepaskan tangan Annika. Tanpa melirik Annika, dia langsung berjalan pergi untuk menemui wanita yang dicintainya itu. Ternyata, Shilla lebih penting dari Annika. Parahnya, Annika baru tahu hal ini sekarang.Annika pun tersenyum ringan. Mengapa dia meminta bantuan dari Zakki? Dia mengira Zakki bersedia membantunya? Konyol sekali. Jelas-jelas dirinya hanya pelampiasan nafsu pria ini! Annika tahu sendiri bagaimana Zakki memperlakukannya dan melindungi Shilla.Lantas, mengapa masih bersikap bodoh seperti ini? Menga
Sekujur tubuh Annika terasa sakit! Sakit sampai sulit bernapas! Seolah-olah dia akan mati sebentar lagi! Namun, dia merasa sangat enggan jika harus kehilangan Ariel!Ariel sudah berusia 8 bulan, tetapi belum melihat dunia. Annika sangat mencintai darah dagingnya. Dia sangat mengharapkan kelahiran Ariel, jadi harus bertahan! Dia tidak boleh mati!Annika menarik napas dalam-dalam, seolah-olah cara ini bisa meringankan rasa sakit akibat kontraksi. Dia mendongak, lalu berteriak sekuat tenaga, "Tolong! Tolong selamatkan anakku!"....Tidak ada yang mendengar teriakannya karena suara petasan memenuhi seluruh langit. Annika pun menopang tubuhnya dengan tangan, lalu merangkak dari pintu kamar sampai ke tangga. Darah terus mengalir hingga akhirnya menetes ke bawah tangga.Annika teringat pada kata-kata yang dilontarkan Zakki malam itu. Selain rasa sakit karena kehilangan ayah dan melahirkan, dia juga merasakan sakit karena Zakki. Kini, yang menetes bukan hanya darah, tetapi juga air mata.....
"Siapa pun yang berani mendekat, aku akan menghabisinya!""Aku nggak bakal segan-segan membuat Grup Raksa jadi pemberitaan utama.""Aku akan menghancurkan reputasi Grup Raksa! Bukannya kalian paling mementingkan harga diri? Kenapa diam saja? Hah? Apakah kalian pernah memperlakukan Annika selayaknya manusia?"....Dari kejauhan, Jeremy memperhatikan Sania dengan tenang. Jeremy tertegun menyaksikan kegilaan Sania yang berusaha mati-matian untuk melindungi Annika.Setelah beberapa lama, Jeremy berjalan menghampiri Sania, lalu menarik dan menahannya agar tidak sembarangan bergerak.Sania tersentak mencium aroma tembakau yang melekat pada tubuh pria yang berdiri di belakangnya. Ternyata Jeremy!"Suruh dia untuk menyelamatkan nyawa Annika! Annika nggak boleh mati, dia tidak boleh mati! Jeremy, aku mohon. Aku dan anakku memohon padamu. Tolong ...."Jeremy menahan Sania sambil menoleh ke arah Dian dan berkata dengan suara teredam, "Selamatkan Annika! Kalau tidak, Zakki pasti akan menggila dan