Marcella menggeleng pelan sambil membalas, "Nggak memikirkan apa-apa!"Joe meraih tangannya dengan lembut, lalu berkata dengan suara serak, "Masih bilang nggak memikirkan apa-apa? Lihatlah susunya, sudah hampir meluap."Marcella menunduk, ternyata memang benar begitu. Joe mematikan aliran air dengan cekatan. Kemudian, dia memeluk pinggang Marcella yang ramping sejenak sebelum berujar pelan, "Aku dengar dari pengawal, orang tua Yolanda pergi mencarimu?"Marcella pun mengangguk pelan. Dia teringat apa yang dikatakan Septi waktu itu. Sebagai sesama orang tua, Marcella seharusnya bisa mengerti perasaan mereka dan memaafkan Yolanda demi kebaikan anaknya sendiri.Meski memahami perasaan mereka, Marcella tahu bahwa kecelakaan itu melibatkan Joe. Jadi, dia merasa tidak berhak untuk memberikan pengampunan, apalagi meleraikan mereka.Joe yang pernah menjadi suaminya, bisa membaca pikiran dan gerak-geriknya dengan mudah. Namun, dia tidak mengungkit hal itu.Mereka berdua saling berpelukan dalam k
Tasya tidak percaya. Benar saja setelah Olivia selesai minum susu, dia mengulurkan tangannya ke arah Tasya dan meminta untuk digendong.Menghadapi bayi kecil yang wangi dan lembut ini, mana mungkin Tasya tega menolak? Setelah menggendongnya, dia tidak bisa melepaskannya lagi.Malam harinya, Tasya harus menempelkan beberapa plester di tubuhnya untuk meredakan rasa pegal.....Keesokan harinya, Satya dan Clara datang untuk menjemput mereka keluar dari rumah sakit. Setelah semua urusan selesai, Joe membawa istri dan anaknya pulang ke apartemen mereka.Olivia yang sudah bangun pagi, kini tertidur lagi di pelukan ibunya. Joe membungkuk untuk menyentuh putrinya, tetapi ucapannya ditujukan pada Marcella. "Aku akan keluar sebentar. Kita akan terbang jam 2 siang."Marcella menduga dia akan menemui Yolanda. Tanpa sadar, dia memanggil, "Joe."Joe memegang gagang pintu, lalu berbalik dan berujar sambil tersenyum padanya, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan."Cahaya matahari musim g
Sinar matahari dari luar jendela yang sempit merembes jatuh ke tubuh Yolanda, memberinya setitik kehangatan. Namun, hal ini kian menonjolkan sikap acuh tak acuh Joe padanya.Yolanda tahu bahwa Joe bersedia mengampuninya karena Marcella. Dia tahu mereka hendak kembali ke Kota Brata.Mengampuni Yolanda hanyalah hal kecil bagi Joe. Pria itu masih memiliki masa depan yang cerah bersama Marcella. Ya, mereka akan hidup bahagia.Yolanda melihat tatapan Joe padanya yang tenang dan tanpa emosi, seolah-olah dirinya hanyalah sebuah masalah bisnis yang harus ditangani. Benar juga, tadi Joe juga berkata bahwa hubungan mereka adalah transaksi.Yolanda tertawa kecil, terlihat sedikit lega. Sekarang dia sudah bisa berpikir jernih. Tidak ada artinya dia menyerahkan dan menghancurkan hidupnya sendiri demi pria yang tidak mencintainya.Untungnya, semua belum terlalu terlambat. Meski Yolanda tidak bisa kembali menjadi pengacara, keluarganya masih kaya dan memiliki banyak koneksi.Masih ada masa depan inda
Apa lagi yang bisa Marcella katakan? Satya pun mengalah dan meminta pelayan membawakan empat gelas.Semua orang mengangkat gelas dan bersulang untuk merayakan keluarnya Joe dari rumah sakit sehingga mereka bisa berkumpul bersama sekarang.Sayangnya, Joe tidak boleh minum terlalu banyak. Jika tidak, Satya pasti akan mengajaknya minum hingga teler hari ini. Kebahagiaan putranya benar-benar memuaskan hati Satya.Joe dan Alaia sudah memiliki rumah tangga masing-masing, Ivander seharusnya juga tidak akan menjadi masalah. Kini, satu-satunya yang membuat Satya pusing adalah Vloryne.Vloryne tinggal jauh dari rumah. Gadis itu bahkan tidak tahu bahwa Joe sempat terluka serius. Setelah menghabiskan segelas anggur, Satya merasa lebih tenang. Vlori akan pulang setahun lagi!Gelas Joe juga sudah bersih. Dia mendongak, memperlihatkan wajahnya yang memerah.Tahu Marcella mencemaskannya, Joe pun menggenggam tangan wanita itu dan berbisik, "Aku nggak akan tumbang hanya karena segelas anggur ini."Joe s
Sebelum Marcella sempat menyahut, Satya berseru pada putranya lagi, "Cepatlah, Joe! Pesawat nggak akan menunggu kita!"Ucapan Satya membuyarkan atmosfer romantis di sana. Joe berhenti menggoda Marcella. Sambil memeluk Marcella, dia bertanya dengan serius, "Kita pulang sekarang?"Pulang. Itu benar-benar kata yang indah!Marcella hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketika melihat sinar mentari di luar jendela, rasanya tidak ada hal penting yang harus dikatakannya lagi. Mereka hendak pulang bersama sekarang.....Dua jam kemudian, mereka tiba di vila yang pernah mereka tinggali sebelumnya. Setelah setahun pergi, melihat vila itu lagi membuat perasaan Marcella campur aduk.Joe menatap Marcella dan berucap lembut, "Kalau kamu nggak suka tinggal di sini, kita bisa pindah ke tempat lain.""Nggak perlu, di sini juga bagus," balas Marcella.Para pelayan di vila sibuk mengangkut koper dan barang bawaan majikan mereka. Sementara itu, Ratih menggendong Olivia, terlihat begitu menyukai bayi mungil it
Joe sudah rapat selama 3 jam. Takutnya dia akan tumbang jika melanjutkan rapatnya selama 2 jam lagi. Apalagi Joe masih sakit.Setelah berpikir sejenak, Marcella memanggil pelayan untuk menjaga anaknya. Dia menyampirkan jubah di bahunya, lalu meletakkan obat Joe dan segelas air di nampan. Marcella membawa nampan ke ruang kerja untuk mencari Joe.Asap rokok memenuhi ruang kerja di lantai 2. Para petinggi Grup Chandra sedang berdebat. Joe belum menyampaikan pendapatnya.Cara paling bagus untuk menundukkan para bawahan adalah membiarkan mereka saling menekan. Joe tidak akan membela siapa pun karena itu bukan sikap seorang pemimpin yang baik.Saat suasananya makin tegang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Joe mengira pelayan yang datang, jadi dia merasa tidak senang.Joe mengisyaratkan kepada Tasya untuk membuka pintu, lalu Tasya pun melaksanakan perintah Joe. Siapa sangka, Marcella yang berdiri di depan pintu.Bahkan, Marcella membawa obat. Tasya melihat Joe dan melapor, "Pak Joe, B
Awalnya Joe mengira Marcella akan menghindar, tetapi perkiraannya salah. Marcella malah membelai wajah Joe, lalu berkata dengan lembut, "Bukannya wajar kalau aku memperhatikanmu? Apa kamu nggak butuh perhatianku?""Mana mungkin aku nggak butuh perhatianmu?" tanya Joe dengan suara serak. Kemudian, dia tidak menghabiskan waktu lagi. Joe memegang kepala Marcella dan mencium bibirnya dengan lembut.Joe berciuman dengan Marcella sambil mengobrol dengannya. Dia menanyakan tentang Olivia dan makan malam. Akhirnya, Joe tersenyum semringah.Joe tampak menawan saat tersenyum sehingga banyak wanita yang terpesona kepadanya. Apalagi sekarang Marcella ada di pelukannya.Setelah mencium Marcella, Joe tidak buru-buru berhubungan intim dengannya. Dahi mereka saling menempel dan Joe terus mengajak Marcella berbincang. Dia ingin menikah lagi dengan Marcella.Marcella tidak langsung menolak. Dia bertanya dengan tubuh gemetaran, "Bukannya kita begini sudah cukup baik?""Apanya yang baik? Marcella, aku mer
Ucapan Joe terdengar ambigu sehingga wajah Marcella memerah. Joe memang sengaja, tetapi dia tidak melanjutkan lagi.Joe menjalankan mobil dan mengobrol dengan istrinya. Sekarang Joe juga membicarakan masalah di perusahaan dengan Marcella, seperti tentang sekretaris cantik yang baru datang.Joe tidak tertarik pada wanita cantik itu. Dia menceritakan hal ini hanya untuk membuat Marcella cemburu. Marcella juga tidak marah.Beberapa waktu ini, hubungan mereka sangat harmonis. Mereka terlihat seperti pasangan suami istri biasanya, tetapi lebih romantis.Joe bukan tipe pria yang mengungkapkan perasaannya dari kata-kata, melainkan tindakan. Dia sangat perhatian dan malamnya dia akan bermesraan dengan Marcella. Setiap minggu, Joe akan memberi Marcella hadiah. Semua tindakan Joe membuat hati Marcella tersentuh.Marcella juga membalas Joe dengan memberinya kejutan kecil, seperti membeli kemeja dan dasi atau meladeni permintaan Joe saat malam hari ....Pokoknya mereka berdua sangat mesra. Joe tid