Waktu menunggu terasa sangat lama. Semua keluarga Joe menunggu di depan pintu ruang operasi. Mereka menatap lampu yang menyala di atas ruang operasi dengan penuh harap.Olivia yang sedang digendong Ivander sepertinya merasakan sesuatu. Dia membuka mata memandang wajah pamannya. Mata hitamnya tampak berair.Marcella tidak berkedip. Dia tidak mau duduk dan terus berdiri di depan pintu ruang operasi selama beberapa jam. Ketika matanya mulai perih dan tubuhnya hampir terjatuh, pintu ruang operasi akhirnya terbuka dari dalam.Ahli bedah yang bertanggung jawab atas operasi Joe keluar. Dia melepaskan masker mulut, lalu tersenyum kepada Keluarga Chandra. Katanya, "Operasinya berhasil. Meskipun limpanya sudah diangkat, ini nggak akan memengaruhi kehidupannya di kemudian hari."Mendengar ini, Keluarga Chandra menghela napas lega. Kaki Marcella seketika terasa lemas. Untung Satya memapahnya tepat waktu.Satya selalu menyayangi menantu perempuannya. Jadi, dia memanfaatkan kemampuan finansialnya un
Septi juga memohon. Situasinya sangat tidak menyenangkan.Satya menunduk memandang wanita yang malang itu sambil tersenyum sinis. Dia berujar, "Aku bisa membebaskannya. Tapi, apa dia bisa melepaskan Joe, Marcella, dan anak mereka? Apalagi, kalau pun aku membebaskannya, pihak jaksa juga nggak akan mengampuninya."Rosa tercengang. Dia tidak menyangka meskipun mendapatkan surat pengampunan yang ditandatangani Keluarga Chandra, Yolanda tetap tidak bisa terbebas dari tuduhan.Rosa tidak sanggup menahan pukulan ini. Dia seketika terkulai lemas di lantai dan bergumam, "Bagaimana mungkin? Jelas-jelas pengacara itu bilang asalkan mendapatkan surat pengampunan dari kalian, Yolanda akan baik-baik saja."Satya menimpali dengan suara rendah, "Sejak aku masuk, kalian nggak menanyakan keadaan putraku. Kalian hanya peduli pada surat pengampunan!""Aku tegaskan aku nggak akan menandatangani surat pengampunan. Keputusan ada di tangan putraku! Nggak ada gunanya kamu berlutut," tegas Satya.Rosa tidak bis
Marcella ingin menyangkal, tetapi mata merahnya tidak bisa disembunyikan. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk menyangkal.Marcella hendak menarik kembali telapak tangannya, tetapi Joe meraihnya dan meletakkan tangan Marcella di wajahnya dengan lembut.Kata-kata menjadi tidak penting. Mereka berdua saling menatap dalam-dalam.Joe memegang tangan Marcella dengan lebih erat. Kemudian, dia menuntun tangan Marcella dari wajahnya turun ke dadanya. Telapak tangan Marcella merasakan detakan. Itu adalah detak jantung Joe.Tatapan Joe makin dalam. Dia mengucapkan hal-hal yang bisa membuat wanita tersentuh."Aku tahu bahwa pernikahan dan hubungan ini nggak adil bagimu. Aku punya pengalaman cinta yang sangat panjang, sedangkan kamu baru pertama kali. Apalagi, aku juga menyakitimu saat kita bercerai," tutur Joe."Tapi Marcella, aku mohon berikan satu kesempatan untuk hidup bersamaku lagi. Menurutku, setelah gagal dalam pernikahan, aku akan lebih dewasa dan memahami kebutuhanmu. Aku ju
Marcella merasa bahwa temperamen Joe telah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sehari sebelum Joe keluar dari rumah sakit, Marcella pulang ke rumah untuk mengambil susu formula untuk Olivia. Marcella mengendarai mobil sendirian. Saat mobilnya berhenti di bawah apartemen, sepasang suami istri mengadangnya begitu dia turun dari mobil. Mereka adalah orang tua Yolanda.Marcella tidak pernah berhubungan dengan mereka sebelumnya, jadi dia tidak mengenal mereka. Namun setelah Rosa memperkenalkan diri, Marcella langsung mengerti maksud kedatangan mereka. Marcella berucap dengan nada lembut, "Masalah Yolanda nggak ada hubungannya denganku. Kalian sebaiknya bicarakan dengan jaksa."Orang tua Yolanda sebenarnya paham akan hal itu. Namun, mereka membutuhkan surat perjanjian damai yang ditandatangani oleh Joe.Lantaran keluarga Joe menolak bertemu dengan mereka, mereka akhirnya datang mencari Marcella. Tidak peduli seberapa benci mereka pada Marcella, saat ini mereka tidak punya pilihan lain selain
Marcella menggeleng pelan sambil membalas, "Nggak memikirkan apa-apa!"Joe meraih tangannya dengan lembut, lalu berkata dengan suara serak, "Masih bilang nggak memikirkan apa-apa? Lihatlah susunya, sudah hampir meluap."Marcella menunduk, ternyata memang benar begitu. Joe mematikan aliran air dengan cekatan. Kemudian, dia memeluk pinggang Marcella yang ramping sejenak sebelum berujar pelan, "Aku dengar dari pengawal, orang tua Yolanda pergi mencarimu?"Marcella pun mengangguk pelan. Dia teringat apa yang dikatakan Septi waktu itu. Sebagai sesama orang tua, Marcella seharusnya bisa mengerti perasaan mereka dan memaafkan Yolanda demi kebaikan anaknya sendiri.Meski memahami perasaan mereka, Marcella tahu bahwa kecelakaan itu melibatkan Joe. Jadi, dia merasa tidak berhak untuk memberikan pengampunan, apalagi meleraikan mereka.Joe yang pernah menjadi suaminya, bisa membaca pikiran dan gerak-geriknya dengan mudah. Namun, dia tidak mengungkit hal itu.Mereka berdua saling berpelukan dalam k
Tasya tidak percaya. Benar saja setelah Olivia selesai minum susu, dia mengulurkan tangannya ke arah Tasya dan meminta untuk digendong.Menghadapi bayi kecil yang wangi dan lembut ini, mana mungkin Tasya tega menolak? Setelah menggendongnya, dia tidak bisa melepaskannya lagi.Malam harinya, Tasya harus menempelkan beberapa plester di tubuhnya untuk meredakan rasa pegal.....Keesokan harinya, Satya dan Clara datang untuk menjemput mereka keluar dari rumah sakit. Setelah semua urusan selesai, Joe membawa istri dan anaknya pulang ke apartemen mereka.Olivia yang sudah bangun pagi, kini tertidur lagi di pelukan ibunya. Joe membungkuk untuk menyentuh putrinya, tetapi ucapannya ditujukan pada Marcella. "Aku akan keluar sebentar. Kita akan terbang jam 2 siang."Marcella menduga dia akan menemui Yolanda. Tanpa sadar, dia memanggil, "Joe."Joe memegang gagang pintu, lalu berbalik dan berujar sambil tersenyum padanya, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan."Cahaya matahari musim g
Sinar matahari dari luar jendela yang sempit merembes jatuh ke tubuh Yolanda, memberinya setitik kehangatan. Namun, hal ini kian menonjolkan sikap acuh tak acuh Joe padanya.Yolanda tahu bahwa Joe bersedia mengampuninya karena Marcella. Dia tahu mereka hendak kembali ke Kota Brata.Mengampuni Yolanda hanyalah hal kecil bagi Joe. Pria itu masih memiliki masa depan yang cerah bersama Marcella. Ya, mereka akan hidup bahagia.Yolanda melihat tatapan Joe padanya yang tenang dan tanpa emosi, seolah-olah dirinya hanyalah sebuah masalah bisnis yang harus ditangani. Benar juga, tadi Joe juga berkata bahwa hubungan mereka adalah transaksi.Yolanda tertawa kecil, terlihat sedikit lega. Sekarang dia sudah bisa berpikir jernih. Tidak ada artinya dia menyerahkan dan menghancurkan hidupnya sendiri demi pria yang tidak mencintainya.Untungnya, semua belum terlalu terlambat. Meski Yolanda tidak bisa kembali menjadi pengacara, keluarganya masih kaya dan memiliki banyak koneksi.Masih ada masa depan inda
Apa lagi yang bisa Marcella katakan? Satya pun mengalah dan meminta pelayan membawakan empat gelas.Semua orang mengangkat gelas dan bersulang untuk merayakan keluarnya Joe dari rumah sakit sehingga mereka bisa berkumpul bersama sekarang.Sayangnya, Joe tidak boleh minum terlalu banyak. Jika tidak, Satya pasti akan mengajaknya minum hingga teler hari ini. Kebahagiaan putranya benar-benar memuaskan hati Satya.Joe dan Alaia sudah memiliki rumah tangga masing-masing, Ivander seharusnya juga tidak akan menjadi masalah. Kini, satu-satunya yang membuat Satya pusing adalah Vloryne.Vloryne tinggal jauh dari rumah. Gadis itu bahkan tidak tahu bahwa Joe sempat terluka serius. Setelah menghabiskan segelas anggur, Satya merasa lebih tenang. Vlori akan pulang setahun lagi!Gelas Joe juga sudah bersih. Dia mendongak, memperlihatkan wajahnya yang memerah.Tahu Marcella mencemaskannya, Joe pun menggenggam tangan wanita itu dan berbisik, "Aku nggak akan tumbang hanya karena segelas anggur ini."Joe s