Setelah Marcella selesai berkemas, Joe menghampirinya dan membantunya menutup koper. Kemudian, dia menatap Marcella sambil berkata, "Aku akan menjemputmu di bandara nanti."Sepertinya, ini adalah kalimat paling romantis yang pernah ada di antara mereka dalam waktu dekat ini.Marcella mengelus koper sambil melamun. Joe tidak mengganggunya. Sesaat kemudian, Marcella mengiakan. "Oke."Joe masih menatapnya. Mereka bersikap dingin terhadap satu sama lain selama setengah tahun ini. Sementara itu, Alaia sudah melahirkan anak Xavier.Joe ingin memperbaiki hubungan mereka. Bagi pebisnis seperti Joe, dia tentu tidak ingin bercerai. Tidak mudah untuk menjalankan pernikahan, jadi sebaiknya mempertahankan Marcella.Cahaya lampu kristal membuat wajah Joe terlihat makin menawan. Dia duduk di sofa, lalu meraih istrinya dengan lembut untuk duduk di pangkuannya. Kulit putih Marcella terlihat sangat menggoda.Joe menunduk dan mencium Marcella, lalu memberitahunya bahwa dia menginginkannya. Marcella tidak
Tiba-tiba, mata Joe menjadi sedikit basah karena teringat pada Marcella. Apabila istrinya menjadi seorang ibu, Joe pikir dia pasti akan hangat dan penyayang seperti ini juga. Sayangnya, anak pertama mereka keguguranSaat Alaia menyusui bayinya, orang lain meninggalkan kamar. Hanya suaminya yang tinggal untuk menemaninya.Di kamar tidur yang suhunya nyaman, Alaia membuka bajunya untuk menyusui Arnold. Bayi kecil itu terlahir kuat dan sangat lahap saat menyusu.Mata Arnold yang hitam pekat terus menatap ibunya tanpa berkedip. Meskipun belum bisa melihat dengan jelas, dia sangat fokus.Xavier yang mengenakan kemeja putih seperti biasa bersandar di tepi ranjang. Pria itu terlihat gagah dan tampan, tetapi wajahnya menunjukkan sedikit kelelahan.Xavier mengajak main putranya yang masih kecil, lalu berbicara dengan istrinya menggunakan nada sangat lembut, "Gimana keadaan Vlori akhir-akhir ini?"Alaia bersandar di bahu suaminya sambil menjawab pelan, "Dia baik-baik saja, tapi aku tahu dia belu
Keesokan harinya, di Rumah Tahanan Brata.Selvy menjemput Marcella. Ketika keluar dari balik tembok tinggi itu, Marcella berdiri di samping sebuah mobil hitam dengan wajah yang terlihat sangat lelah.Marcella segera mendekat, lalu bertanya, "Kak, gimana keadaan Ibu?"Selvy mengusap rambut adiknya dengan lembut. Setelah beberapa saat, dia berucap pelan, "Aku sudah konsultasi dengan pengacara. Dalam kasus ini, kamu dianggap melakukan pembelaan diri yang sah ... tapi Ibu dianggap melakukan pembelaan diri yang berlebihan dan terlambat."Marcella terdiam beberapa saat. Suara Selvy menjadi serak ketika berucap, "Aku sudah minta pengacara terbaik di Kota Brata, Hanna, untuk membela Ibu. Tapi Marcella, kamu harus siap secara mental. Mungkin Ibu akan dipenjara setidaknya empat tahun."Empat tahun .... Ibu mereka sudah tidak muda lagi. Bagaimana keadaannya setelah empat tahun di penjara? Marcella tidak berani membayangkannya.Marcella mencengkeram lengan kakaknya dan berucap cemas, "Aku bisa men
Satya dan istrinya tidak tahu tentang apa yang terjadi pada Marcella. Ketika Joe mengatakan bahwa dia ingin pulang ke Kota Brata, mereka baru menyadari bahwa sesuatu telah terjadi.Hari itu, Satya dan Joe pulang bersama. Namun saat Joe tiba, semuanya sudah terlambat.....Ketika Joe kembali ke Kota Brata, Gibson sudah dimakamkan.Senja harinya, mobil yang membawa Joe tiba di vila. Begitu pintu mobil dibuka, dia langsung turun dan berjalan masuk.Para pembantu mendapati Joe yang berekspresi aneh. Tanpa menunggu Joe bertanya, salah satu dari mereka langsung memberi tahu, "Nyonya baru saja pulang. Dia lagi menyulam di lantai atas ...."Pembantu itu melanjutkan, "Selama beberapa hari ini, selain sibuk mengurus masalah di rumahnya, Nyonya hampir nggak beristirahat. Dia terus menyulam siang dan malam. Kami khawatir kesehatannya akan terganggu. Tuan, sebaiknya kamu menghiburnya."Joe hanya menjawab dengan gumaman singkat. Dia membawa koper dan naik ke lantai dua. Apa yang mengejutkannya adala
Kemudian, Joe ikut campur dalam urusan Keluarga Orlando. Namun masalahnya sudah selesai, tidak ada yang bisa mengubah akhirnya. Dia secara khusus mentraktir Hanna untuk makan. Sebagai pengacara dengan bayaran termahal di Kota Brata, Hanna hanya bersedia meluangkan waktu satu jam. Joe sendiri yang mengundang Hanna untuk makan bersama.Tahun ini, Elvaro masih belum kembali dari luar negeri. Hanna masih menjadi pengacara terkemuka yang elegan.Di dalam ruang VIP yang paling mewah di klub, Joe dan Hanna duduk di sisi yang berbeda. Joe memegang gelas anggur sembari memandang pengacara wanita yang kompeten di hadapannya.Treven dan Krista selaku orang tuanya Hanna telah memberikan putrinya paras yang cantik dan kecerdasan yang luar biasa. Joe yang berkecimpung di dunia bisnis juga sering mendengar pencapaian besar pengacara wanita ini.Semua orang dari dunia hukum dan dunia hiburan sangat kagum dengan Hanna, baik pria maupun wanita. Hanna mengenakan pakaian profesional. Meskipun sedang dudu
Marcella menjawab tanpa menengadah, "Aku nggak punya nafsu makan.""Kamu tetap harus makan sedikit." Joe berjalan menghampiri Marcella. Dia mengambil buku dari tangan istrinya, lalu bertutur dengan sangat lembut, "Aku minta pembantu untuk antarkan makanan ke kamar. Setidaknya makan sedikit."Marcella bertanya kepada Joe apakah dia sudah makan.Joe melepaskan jasnya, lalu duduk berhadapan dengan Marcella. Dia tidak menceritakan dirinya sudah makan di luar, apalagi mengenai dirinya menemui pengacara.Kala ini, Joe ingin lebih sering menemani istrinya. Meskipun pernikahannya telah berada di ambang kehancuran, dia masih ingin berjuang untuk mempertahankannya.Namun, Joe tahu jelas bahwa penebusan ini tidak ada hubungannya dengan cinta. Dia hanya merasa bersalah pada istrinya. Mereka berdua tidak keberatan.Joe turun sebentar. Ketika dia kembali ke kamar utama lantai dua, Marcella masih membaca buku. Kali ini dia tidak mengambil buku dari tangan istrinya, melainkan berucap, "Kalau kamu mau
Marcella tidak menuruti permintaan Joe. Pernikahan mereka sudah mencapai titik akhir. Perasaan Marcella pada Joe telah lama pudar.'Jangan takut, aku akan selalu ada untukmu!' Joe mengatakan ini saat di telepon. Ucapan ini hanya sebuah harapan palsu. Kenyataannya, semua hanya angan-angan Marcella. Joe sama sekali tidak pernah mencintainya!Marcella tetap pada keputusannya untuk tidur di kamar tamu. Dia meninggalkan Joe di kamar utama. Suasana hati mereka berdua sedang tidak baik. Tidak ada yang tidur sepanjang malam.Keesokan harinya, Joe dan Marcella menikmati sarapan bersama untuk terakhir kali. Pagi ini sama seperti biasanya. Joe duduk di kursi utama dengan pakaian rapi. Gerakannya menunjukkan pesona seorang pria berwibawa. Sementara itu, Marcella terlihat memakai riasan tipis.Setelah hening beberapa saat, Joe memandang Marcella seraya bertutur, "Butuh waktu agar perusahaan tahu. Kita tinggal terpisah selama sebulan dulu. Mengenai kompensasi perceraian ...."Marcella menyela, "Aku
Marcella memiliki sifat introvert. Dia tidak pernah mengungkapkan perasaan dan kekecewaannya. Namun, Joe ingat betapa menawannya Marcella saat merasa jatuh cinta.Joe bertanya pada diri sendiri. Apakah dirinya tidak pernah jatuh cinta selama pernikahan ini?Pembantu mengetuk pintu sambil bertanya, "Tuan, sudah mau makan?"Joe menyahut dengan datar, "Sajikan semangkuk mi polos saja."Pembantu tahu bahwa suasana hati Joe sedang buruk karena akan bercerai, jadi dia tidak berani mengganggu. Ketika pembantu berbalik dan hendak pergi, Joe memanggilnya, "Apa istriku mengatakan sesuatu sebelum pergi?"Pembantu berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala seraya menjawab, "Nyonya nggak mengatakan apa-apa."Joe memberi isyarat kepada pembantu untuk pergi. Begitu pintu kamar tertutup, dia terbaring lemas di tempat tidur. Seprai telah diganti karena hubungan intim yang dilakukan kemarin malam. Tercium aroma detergen yang harum, tidak ada aroma Marcella yang tertinggal.Joe memalingkan wajahnya. Dia