Masih belum bisa menerima alasan Dahayu, selama ini Golden Jay selalu menggunakan website perusahaan saja sebagai sarana pemesanan barang dari konsumen.Mereka takut metode promosi yang digunakan Dahayu tidak akan mencapai target market yang di tuju.Produk mewah biasanya dipromosikan dengan cara eksklusif agar terlihat elegan dan berkelas.Membuatnya bisa dilihat di semua platform online, di mana semua kalangan bisa menjangkau, bukankah seperti sedang mengobral barang murahan dan kehilangan keeleganan dari produk tersebut?"Kalian meragukanku?" tanya Dahayu setelah melihat semua orang terdiam.Sebenarnya iya, tapi strategi Dahayu sebelumnya telah mencapai kesuksesan, hingga Golden Jay meningkat pesat hanya dengan waktu singkat.Semua anggota rapat menggelengkan kepala meski ragu. Berharap strategi Dahayu bukan untuk membuang waktu dan biaya karena tujuannya tidak tepat sasaran."Baiklah, susun rencana dan mulai pembuatan iklan headline yang menarik." Dahayu bersuara datar tapi juga a
"Apakah dia mengganggumu?" tanya Aksa dengan suara dingin dan datar. Dahayu bisa melihat, raut wajah Aksa saat ini sama sekali tidak baik, dia tidak ingin ada ketegangan. Jadi Dahayu menjawab, "Tidak. Kami hanya tidak sengaja bertemu, aku juga tidak kenal siapa dia.""Bagus, lebih baik kamu tidak mengenal siapa dia," ucap Aksa tanpa ada kehangatan sedikitpun sembari menatap laki-laki yang bernama Satya.Dahayu langsung bisa melihat perubahan sikap dari laki-laki yang tadinya terlihat sangat ceria dan konyol, tiba-tiba berubah menjadi pria elegan, dingin, dan sangat bermartabat.Dengan senyum tipis Satya berkata, "Tuan Aksa, senang bertemu denganmu. Apakah dia wanitamu?"Dahayu mengangkat kelopak mata menatap dua pria secara bergantian, kini dia tahu jika dua laki-laki tersebut saling mengenal.'Pria ini sepertinya benar-benar kacau, Bukankah dia baru saja mengatakan jika tidak punya teman?''Laki-laki semuanya sama, pembohong.'Batin Dahayu sedikit dongkol memperhatikan dua pria di d
Yesti sudah sangat gelisah memikirkan nasibnya malam ini. Dia sudah benar-benar takut bahwa akan ditendang dari keluarga Jayanta. Bahkan dia tidak berani menatap wajah Aksa yang terus memperhatikan gerak-geriknya. Sebelumnya Aksa sudah berniat menceraikannya sejak mengetahui kebohongannya perihal kejadian 10 tahun yang lalu.Sekarang mana mungkin Aksa melewatkan untuk bisa menjadikan Dahayu ratu satu-satunya di kehidupannya.Berkali-kali Yesti menatap Dahayu yang tampak biasa-biasa saja, hatinya geram karena awal mula masalahnya adalah kemunculan istri muda suaminya yang sangat menjengkelkan itu.'Lihat saja, jika Aksa sampai menceraikanku, aku juga tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang Dahayu!' sumpah Yesti dalam hati.Saat dokter tiba membawa hasil tes kehamilan. Yesti sudah bersiap untuk berlutut dan menangis, meraung, mengiba pada Aksa agar tetap mempertahankannya.Namun, sampai beberapa detik berlalu, kemarahan Aksa sama sekali tak terlihat.Pria tersebut tertegun deng
Seketika wajah Yesti terkesiap dan memucat. "Jangan coba-coba menggertakku, Lukas.""Aku tidak menggertak, Yesti. Katakan apakah kamu tidur dengan Aksa setelah malam perjamuan tiga bulan yang lalu?"Wajah Yesti sudah sangat pucat sekarang. Ingatannya merujuk pada kejadian 3 bulan yang lalu. Saat itu Aksa menolak dan mengusirnya dari ruangan gelap setelah menyebut nama Dahayu dengan sangat sensual.Yesti sakit hati dan sangat emosional, setelah memerintahkan pelayan untuk menyiksa Dahayu, dia datang ke paviliun Lukas. Berniat untuk mengeluh.Tapi nyatanya saat itu Lukas sedang mabuk berat. Dia menerkam Yesti begitu saja.Yesti yang pusing lantaran tidak mendapatkan kehangatan dari Aksa, sangat tidak bisa menolak sentuhan Lukas.Hubungan terlarang benar-benar terjadi malam itu.Sedangkan setelahnya, Aksa memang tidak pernah menyentuhnya lagi meski Yesti terus berusaha merayu dan menggodanya setiap malam.Yesti pun gemetaran begitu menyadari yang dia kandung bukanlah milik Aksa.Namun,
Elena memicingkan mata manakala melihat keterkejutan di wajah Lukas.Bahkan Elena juga menangkap Lukas yang salah tingkah meski itu segera menghilang dan digantikan dengan sikap tenang."Apa salahnya jika aku ada di sini? Ini juga rumahku," ucap Lukas dingin tanpa rasa hormat.Lantas Lukas pergi begitu saja meninggalkan Elena yang menatapnya dengan mata suram.Buka karena Lukas tidak menghargainya sebagai seorang ibu yang merawatnya sejak bayi, tapi jelas-jelas dia melihat Lukas keluar dari kamar yang baru saja dipakai Yesti untuk beristirahat.Elena menghela napas, dia tahu Lukas selalu memusuhi Aksa setelah mengetahui bahwa Aksa bukan saudara kandungnya."Semoga saja tidak seperti yang aku pikirkan."***Pagi kembali menyapa kota Zimo dengan senyuman cerah dari ufuk timur tanpa gumpalan awan.Seorang wanita cantik turun dari tangga menggenakan pakaian kerja lengkap dan tentu saja tampak menawan.Aksa tersenyum dalam binar matanya. Istri mudanya ini semakin hari semakin membuat kemaj
Dahayu pun tak ingin berlama-lama dipelukan Aksa, dia kembali duduk dengan wajah keruh. Sementara Aksa menyimpan kunci mobil tersebut dengan tenang ke dalam saku. Lantas mengambil daging dan menaruhnya di piring Dahayu. "Aku akan menyimpannya dulu. Kamu akan mendapatkankannya saat kamu menang kompetisi parfumer. Kamu mengerti," ucap Aksa sembari mengelus rambut Dahayu dengan lembut. Dahayu tidak merespon ucapan Aksa. Dia tidak suka diperlakukan seperti anak kecil seperti ini. "Makanlah," lanjut Aksa sembari menarik tangannya dengan pelan dari kepala Dahayu. Sementara semua orang hanya terdiam menyaksikan drama pagi yang belum pernah terjadi di keluarga Jayanta. Aksa belum pernah seperti ini sebelumnya. Meski dia pernah memanjakan Yesti dengan segala kemewahan. Tapi sorot matanya tak pernah menunjukkan kasih sayang yang begitu dalam seperti yang dia tunjukkan pada Dahayu. Bukan hanya Defgan yang bisa melihat, tapi semua orang juga bisa merasakan. Elena pun segera memegang tang
"Kami sudah mencoba mengkonfirmasi pada supplier terbesar kita, tapi nyatanya mereka tidak memberi keterangan yang jelas kenapa mereka tiba-tiba memutus kerja sama sepihak dengan Golden Jay."Keterangan Rivan mengundang Dahayu untuk menghela napas kasar. "Lalu bagaimana dengan kondisi barang kita yang ada di gudang?""Untuk dua minggu ke depan mungkin masih bisa mencukupi kebutuhan pasar. Tapi untuk bulan depan ...."Lagi-lagi Dahayu menghela napas panjang. "Cari supplier lain secepatnya, kita harus mempertahankan kepercayaan berbagai pihak terhadap perusahaan kita."Rivan mengangguk."Hubungi juga pengacara untuk mengurus masalah ini. Kalau kita bisa menarik supplier itu kembali ke pihak kita itu jauh lebih bagus," imbuh Dahayu tegas.Keadaan memang menjadi genting saat pemasok bahan baku utama tiba-tiba memutus kerja sama secara sepihak.Saat ini Golden Jay sedang menjadi sorotan. Jika tidak bisa memenuhi pesanan barang yang membludak, tentu saja perusahaan akan kehilangan kepercaya
Tiga jam Aksa menahan Dahayu dikantornya. Tapi kini perempuan itu sudah berada di dalam mobil menuju kedai kopi yang Aksa perintahkan. Tangannya menggenggam berkas yang sempat dilempar Aksa ke lantai yang berisi perjanjian kerjasama antara dua perusahaan yang tidak Dahayu ketahui. Dahayu sendiri tidak tahu apa maksudnya Aksa memberikan berkas itu kepadanya dan menyuruhnya pergi ke kedai kopi di siang hari. Kaki Dahayu melangkah santai memasuki kedai kopi. Lantaran tidak tahu harus menemui siapa, Dahayu hanya duduk dan memesan kopi. Disesapnya kopi tanpa gula yang begitu pahit, sembari menatap ke sekitar. Seorang pria berpakaian rapi tiba-tiba tersenyum sumringah seperti menemukan seseorang yang dia tunggu. Dahayu menelusuri arah pandang pria tersebut. Matanya sedikit melebar kala menemukan Lukas yang berjalan elegan menuju ke arah pria yang tersenyum resmi kepadanya. "Selamat datang, Tuan Lukas." "Terima kasih, maaf jika Anda sudah lama menunggu." "Tidak masalah. Anda orang
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut.Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi.Apalagi saat melihat Dahayu Yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya.Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?""Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?""Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila.""Benar, perempuan muda dan berbakat
Hari berlalu dengan cepat. Terangnya matahari kini telah berganti dengan keanggunan malam.Pukul tujuh malam waktu setempat, Aksa sudah duduk tenang di dalam mobil.Memandang secarik kertas perjanjian perceraian sebagai hadiah ulang tahun istri kecilnya.Aksa mendengkus samar setelah tersenyum ironi dari bibir yang manis.Mungkin baru kali ini dia memberi hadiah ulang tahun dengan menyakiti hatinya sendiri."Jalan," titahnya pada Ethan yang sejak tadi memang menunggu dia memerintah.Mobil itu sekarang sudah melaju menelusuri jalanan kota Zimo yang basah akibat guyuran hujan sepanjang sore.Dingin, layaknya hati Aksa yang melangkah untuk melepaskan peri kecil yang sempat memberi senyum hangat setelah hampir lima tahun menjadi seorang istri.Ini adalah ulang tahun istrinya, tapi digelar dia kediaman Mantila. Cukup menegaskan jika istri kecilnya telah berpaling pada hati yang lain, tapi dengan bodohnya dia malah datang untuk memberi hadiah dengan tangannya sendiri.Ramai dan sangat megah
Sesuai prediksi Dahayu, saat ini Yesti sudah tiba di kediaman Jayanta. Niatnya menghindari Lukas, nyatanya tak bisa terealisasi. Siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan selain Lukas? Adik ipar sekaligus selingkuhannya.Gegas Yesti berjalan menuju paviliun milik Lukas dan mendapati laki-laki itu tengah terbaring di kamarnya.Begitu melihat Yesti, Lukas sedikit melengos dengan senyum mencela. "Baru ingat aku, sekarang?" ucapannya sinis.Yesti pun segera tahu jika saat ini Lukas sedang marah lantaran dia tidak menanyakan kabarnya setelah Aksa menembaknya.Wanita itu langsung tahu apa yang harus dilakukan. "Lukas, aku mohon mengertilah posisiku. Kamu tahu betapa sulitnya aku agar Aksa tidak curiga. Aku sungguh sangat mengkhatirkanmu, lihat, aku langsung datang ke sini setelah Aksa pergi entah ke mana?"Lukas tahu Aksa pasti sedang mencari Dahayu. Dia sangat ingat saat saudaranya itu mengamuk lantas menembak dadanya dua hari yang lalu. Beruntung pengawal ayahnya segera membantu, jika t
Yesti terkesiap karena itu. Memang benar, Aksa sudah tidak mempunyai respek terhadap orang tuanya. Tidak mungkin meminta bantuan pada suaminya. Terlebih yang dianiaya adalah Dahayu, pasti suaminya tidak akan segan-segan untuk membunuh orang tuanya.Namun, mendengar Dahayu mengatakan jika Aksa tidak tahu kejadian ini, sudah pasti sekarang laki-laki itu tidak ada di kota Zimo. Melihat Dahayu berkeliaran di hotel sendirian, dia pun mulai berpikiran picik."Mungkin memang terjadi kesalahpahaman dengan orang tuaku, tapi pikirkan jika Aksa mengetahui bahwa kamu berkeliaran di hotel sendirian, Dahayu. Kamu telah membuat semua orang khawatir setelah menghilang selama satu pekan. Ternyata kamu malah ada di sini. Laki-laki mana lagi yang tengah kamu rayu setelah tahu cinta Aksa hanya untukku dan bayiku?"Lagi, Dahayu tergelak ringan mendengar desakan Yesti. Jelas perempuan itu kembali ingin mempermalukannya melihat pengunjung hotel lain sekarang tengah menonton di a
Di kota Zimo, Yesti sedang duduk manis menikmati kudapan yang baru saja disajikan para pelayan. Tapi tiba-tiba dia membanting apa yang dia pegang ke atas piring dengan kesal. Dia berdiri, lantas mematut diri di depan cermin. Tubuhnya sudah tak secantik dulu setelah perutnya mulai menggembung, lengan dan kakinya juga mulai membengkak. Benar-benar tidak sedap dipandang, menurutnya. Teringat tadi malam Aksa mengusirnya dari ruang baca dengan sangat kasar, hatinya pun menjadi sangat sedih. Dia mengira bahwa tubuhnya sudah tak menarik lagi hingga Aksa sudah tak terpikat dengan kecantikannya. Terlebih ketika ingat Ethan mengatakan bahwa Dahayu sudah ditemukan. Pikirannya pun semakin kesal membayangkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Di kolam renang Dahayu memperlihatkan betapa indah tubuh ramping yang dia miliki beserta begitu banyak jejak cinta yang melukis tubuhnya di dekat area sensitif. Yesti mengira saat ini Dahayu pasti sedang menggoda Aksa dengan tubuh indah yang dia mili
"Tuan ...." Suara Ethan yang menyapa mengundang Aksa yang baru saja membuka mata perlahan menoleh. Asistennya juga tampak buruk, ada luka lembam yang menodai wajahnya. Ketika Aksa menunduk, perban sudah membalut dadanya yang tertembak. Tapi saat menilik ruangan asing ini. Dia menghela napas kasar dan mendongak pasrah di bantalnya yang empuk. "Nyonya baru saja pergi, Tuan." Seakan tahu apa yang dipikirkan Aksa, Ethan kembali bersuara. Namun, itu justru membuat Aksa tersenyum samar. Dia tahu Dahayu tak bisa membencinya meski hatinya tersakiti. Terbukti wanita itu tak mampu menembaknya meski dia ingin. Jika bukan karena Satya, dadanya tak mungkin terluka seperti ini. Aksa tahu istri kecilnya ini mempunyai hati yang baik, dia hanya ingin hidup tenang dengan meninggalkan gelar pelakor yang selama ini terus merunjam dari segala arah. Dia lelah terus menyandang gelar menjijikkannya itu sepanjang waktu, meski bukan keinginan Dahayu untuk menjadi orang ketiga. Aksa semakin menyes
Sama seperti halnya Aksa di masa lampau, saat ini Dahayu sangat ingin menyakiti laki-laki itu, tapi ternyata justru malah menyakiti hatinya sendiri. Tangannya mengepal kuat acap kali tendangan terus menghantam tubuh tak berdaya di bawah sana, hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang menusuk.Namun, membiarkan Aksa menikmati kemenangannya dengan mudah juga membuat Dahayu marah. Laki-laki itu harus merasakan apa yang dia rasakan saat itu.Membohongi dan membuatnya kedinginan sepanjang malam, setelah mendapatkan pukulan berkali-kali dari dua pelayan yang menyiksanya. Itu mana mungkin Dahayu lupakan."Apa yang terjadi?" tanya Satya pelan membuat Dahayu mengembuskan napas samar, meski dia enggan menjawab pertanyaan Satya.Melihat kebisuan Dahayu, hidung Satya mengembang menghirup udara dengan emosi yang kuat. "Dia juga memperlakukanmu seperti itu?"Dahayu masih membisu, matanya terus menatap laki-laki tak berdaya di bawah sana.
Lampu mercusuar berkelip kala helikopter terbang mengitari pulau dengan kastil kecil di tengahnya. Langit yang tadinya tampak kelabu kini pun menjatuhkan jutaan rintik hujan yang menghantam permukaan lautan.Sepatu boots hitam nan gagah jatuh menapak di pasir putih pada malam gelap bersama tiupan angin laut yang mencekam.Aksa bejalan cepat menembus hujan deras, langkahnya sama sekali tak terhenti ketika suara tembakan bergema di udara.Di kejauhan, dia melihat kastil kecil dengan benteng batu kokoh yang menonjol di atas bukit. Sekelompok orang dengan senjata api berjaga di sana, siap mempertahankan diri dari serangan.Suara tembakan terus berlanjut, mengiringi perjalanan Aksa yang semakin mendekat ke arah kastil.Aksa memaksa diri untuk bergerak meski basah kuyup, pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Dahayu, istrinya yang hilang.Sejak awal dia sudah menebak bahwa Satya yang membawa Dahayu pergi, tapi tidak menyangka jika laki-laki itu akan menyembunyikan istrinya di pulau terpenc
Di tempat tidur yang sangat nyaman, perlahan Dahayu membuka mata dengan berat. Dia melihat cahaya terang yang jatuh menimpa retinanya yang belum siap, hingga mata itu kembali menyipit untuk menilik keadaan sekitar.Ruangan asing ini sudah pasti tidak dia kenal, selain itu aroma amis khas lautan tercium pekat pada indera penciumannya yang tajam. Seorang parfumer andal pasti tidak sulit untuk mengenali aroma ini.Kepalanya yang diperban masih sangat berat untuk bisa bergerak, tapi matanya mulai bisa menangkap dengan jelas beberapa wanita muda berseragam pelayan mendekat padanya."Nona sudah sadar?"Dahayu tak lantas menjawab, dia masih terlihat linglung menyesuaikan diri dengan keadaan asing ini.Tapi ingatannya tentang penyerangan mendadak itu, sedikit demi sedikit kembali pada otak Dahayu, hingga dia mulai bersikap waspada meski tubuhnya masih lemah."Cepat panggil dokter, beri tahu juga tuan muda, dia akan sangat senang melihat nona muda sudah bangun."Alis Dahayu mengernyit. 'Nona m