Trevor semakin tak karuan rasa hatinya.Di satu sisi dia ingin melempar ponsel di tangannya akibat dia emosi memikirkan kenapa Tamara tak juga menyambut panggilan teleponnya.Di sisi lain, sebagian hatinya melarangnya untuk terus menelpon.Seperti tidak ada harga diri lagi.Mau apa dia menelpon Tamara terus-terusan?Prinsipnya selama ini seperti kerja sama bisnis. Jika salah satu pihak sudah tidak menginginkan lagi, jika salah satu pihak sudah merasa tak nyaman, lebih baik hentikan kerja sama itu.Apalagi jika pihak lain sudah berusaha melanggar kontrak dengan cara yang kekanakan, seperti Tamara! Pergi melarikan diri, diam-diam, dan tanpa sepengetahuannya.Itu semua sudah menunjukkan bahwa wanita itu sudah tak berniat lagi untuk bekerja padanya. Dia bahkan rela meninggalkan semua fasilitas nyaman yang telah dia berikan.Jika sudah begitu, untuk apa lagi dia mencari Tamara?Harusnya seperti itu.Tapi sudut kecil di benaknya berbisik, bagaimana jika Tamara bukan melarikan diri? Bagaimana
Travish berusaha tetap tenang dan menjawabnya, “Itu suara-” diliriknya Thea yang sudah pucat pasi dan menggeleng-gelengkan kepala, tidak mau bicara pada si penelpon.Dan tiba-tiba saja ponsel di tangan Travish berbunyi dua kedipan dan ...Ponselnya mati ... kehabisan daya.“Oh, batrenya habis. Sayang sekali!” ujar Travish sambil menyerahkan ponsel pada Thea.Gadis itu cepat-cepat mengambil dan menyimpannya kembali di dalam tas sebelum mommy mereka menemukannya bersama ponsel itu.“Kenapa kau membawa ponsel itu? Padahal mommy menyuruhmu meninggalkannya di mansion?”“Biar saja! Aku masih ingin menonton yutube di sana.”“Hah! Akan kuadukan pada Mommy!”“Jangan! Mommy kan tidak tahu, tidak perlu kau adukan juga!” Thea melotot pada Travish.Dengan ketenangan yang berkelas, Travish mendeliknya. “Sekarang ponsel itu mati, kehabisan daya. Sedangkan paman itu tadi masih belum selesai berkata-kata.Cepatlah kau cas sana! Kita harus menelpon balik paman itu. Kasihan dia kebingungan mencari Momm
Seperti janjinya, Tamara mengajak triplets jalan-jalan keesokan harinya. Tentu saja Bibi Beatrice ikut bersama mereka.Planning hari ini, mereka harus membeli pakaian. Setidaknya beberapa potong agar cukup untuk pergantian pakaian mereka dalam beberapa hari ke depan.Namun, untuk menghindari Trevor dan antek-anteknya, yang menurut insting Tamara kemungkinan akan mencarinya, Tamara pun mengajak mereka semua ke pertokoan biasa.Pilihan Tamara jatuh pada pertokoan klasik yang berada tak jauh dari rumah sewaannya yang lama.Lagipula, Tamara juga berencana jika rumah sewaan yang lama belum ada penyewa baru, dia bisa menyewanya kembali.Setelah urusan pakaian dan tempat tinggal beres, Tamara pun berencana akan mencari pekerjaan baru.Sudah pasti dia harus mendapatkan pemasukan lagi sesegera mungkin. Uang muka dari Laurensia akan habis dalam waktu singkat jika dia tak lekas bekerja.“Tamara?” sapa sebuah suara rendah yang begitu
***Kepala Trevor terasa cenat cenut ditambah lagi suara Lady El yang seperti penyanyi seriosa bernada tinggi.Melengking, membuatnya tambah pusing.Untuk sesaat Trevor diam, tak menjawab.Karena itulah, Lady El menambahkan dengan kemarahan yang menggebu.“Tamara yang membereskan kamarku, padahal aku tidak menyuruhnya! Aku hanya memintanya menungguiku selesai mandi.Dia bahkan terlihat jelas dalam rekaman CCTV. Sayang, bantu aku untuk menggerebek tempat tinggalnya.Bantu aku menekannya agar dia mengaku! Perhiasan itu sangat penting bagiku!” rengeknya lagi tanpa memikirkan bagaiamna kondisi fisik dan hati suaminya.Pagi yang sudah bagaikan dilanda topan badai bagi Trevor malah diperparah dengan suara aduan Lady El yang melengking tinggi.Kepala yang sudah terasa berat sontak menjadi bagai siap meledak j
“Kalian lucu sekali!” Logan tak hentinya menatap Thea, Tilly, dan Travish bergantian.Mata teduhnya berbinar-binar melihat dua gadis kecil itu sedang menyantap arancini di hadapan mereka dengan begitu lahap.Sedangkan Travish menyantap dengan ketenangan yang seperti biasanya.Selepas dari toko pakaian anak-anak tadi, Logan mengajak mereka semua untuk singgah di cafe yang ada di dekat sana.Sembari merehatkan kaki yang pegal, mereka memesan camilan untuk mengisi perut.“Terima kasih, Paman. Ini enak sekali!” sahut Thea sebagai balasannya. Dan Thea tersenyum lebar membuat wajahnya tampak sangat lucu dan ceria.Logan makin tersihir oleh pesona Thea dan Tilly. Mereka benar-benar gadis kecil kembar yang sangat menggemaskan.Yang membuat Logan lebih takjub lagi adalah bahwa wajah Thea, Tilly, serta Travish, yang sebenarnya mirip dan serupa, jika dilihat secara sekilas.Tapi ketika diperhatikan lekat-lekat, maka akan terlihat bahwa Thea dan Tilly mewarisi cetakan wajah Tamara, kecuali warna
Sisa hari itu, Logan mengajak triplets ke pantai. Mereka menghabiskan waktu di sana sampai sore menjelang. Triplets tampak riang, tapi Tamara gelisah dalam hatinya. Dia seperti menghitung hari dengan jumlah saldo rekeningnya.Jika terus-terusan hanya berjalan-jalan dan bersenang-senang, saldonya akan habis.Tapi untuk menceritakan pada Logan pun Tamara merasa mereka belum sedekat itu.Lagipula, ini bukan masalah kedekatan, tapi memang masalahnya tidak perlu diumbar pada siapapun. Dia harus bisa mengatasinya sendiri.Selesai menikmati hari di pantai, Logan mengantar mereka semua untuk pulang.Di saat inilah, Tamara baru tersadar dia tak bisa menyembunyikan lagi kebutuhannya dari Logan.“Antar ke penginapan Colazione? Kenapa kalian tinggal di sana?” tanya Logan terheran.“Kan kami liburan, Paman,” jawab Tilly dengan polosnya.“Oh, liburan? Tapi kan kalau tidak ke luar kota, kalian bisa tetap kembali ke tempat tinggalnya boss nya mommy kalian?”Pertanyaan spontan Logan sontak membuat The
Dalam tujuh puluh menit berikutnya, driver yang mengetahui letak penginapan Colazione mengantarkan Trevor hingga tiba di pekarangan penginapan.Pria itu turun dari mobil hitamnya dengan aura mengancam yang memancar kuat. Kedua matanya menatap dan memandang sekelilingnya seakan-akan penginapan kecil itu sangat berbahaya baginya.Aura yang dipancarkan Trevor meskipun belum mengeluarkan suara satu patah kata pun telah membuat setiap pelayan di sana sontak memandanginya dengan gentar.Tapi hatinya menggeram marah.‘Tempat seperti ini? Dia lebih memilih bersembunyi di tempat sampah seperti ini?’Harga diri Trevor tertusuk melihat kondisi penginapan yang jauh dari standar kebersihan dan fasilitas yang selalu diagungkan Trevor selama ini.Tapi kali ini, dia datang bukan untuk menikmati penginapan ini. Melainkan untuk mencari Tamara dan menyeret wanita itu beserta anak-anaknya kembali ke mansion.Dua tangan Trevor sudah terasa gatal untuk mendobrak pintu kamar Tamara dan rasanya dia pun sudah
Dalam hidup Trevor, prinsipnya adalah jika dia menginginkan sesuatu, maka dia harus mendapatkannya, sekalipun jika untuk mendapatkannya dia harus menempuh segala cara.Itu prinsip yang selalu dia terapkan dalam berbisnis.Begitu juga dalam kehidupan pribadinya.Itu juga yang membuatnya menjadi sosok yang dominan dan menuntut. Sosok yang harus mendapatkan apa yang dia inginkan.Namun kali ini, entah kenapa, saat melihat ponsel yang diberikannya pada Tamara telah ditinggalkan begitu saja di penginapan yang berdasarkan penilaiannya sangat di bawah standar, Trevor merasakan hatinya bagai dicabik-cabik dengan gigi macan kemudian cabikan kecil itu masih dicincang lagi hingga menjadi remahan yang kemudian ditabur ke dasar laut yang penuh sampah.Sebegitu tak bersedianya Tamara menggunakan fasilitas darinya?Sebegitu tak sudinya Tamara untuk menyimpan pemberiannya sehingga untuk membawa serta ponsel mahal yang dia berikan itu saja wanita itu tak sudi!Tamara memilih untuk meninggalkan ponsel
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini