Tamara bangun saat matahari belum bertugas di angkasa.
Rasanya begitu gugup dengan perintah dan ancaman hukuman dari Signor Trevor, sampai-sampai Tamara tidak bisa tidur nyenyak malam harinya.
Begitu bangun, wanita itu langsung mandi dan bersiap-siap. Meskipun udara terasa dingin menusuk di fajar buta seperti ini, Tamara tetap bertahan.
Waktu baru pukul 04.10 ketika Tamara hendak meninggalkan paviliunnya dengan mantel panjang menutupi tubuhnya.
Thea dan Tilly masih tidur nyenyak, terlalu lelah karena semalaman ikut menungguinya. Travish yang biasanya bangun pagi pun masih tertidur.
Tapi Tamara yakin, setengah jam kemudian, Travish sudah akan bangun.
“Aku pergi dulu, Bibi. Kalau ada bahan makanan yang habis, bisa dicatat. Kita akan mencari waktu untuk berbelanja,” kata Tamara.
Bibi Beatrice mengangguk.
“Juga untuk mendaftarkan sekolah anak-anak,” lanjut Tamara lagi.
“Tentu, Tamara. Kau pergil
Bruno hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.Dia tak tahu harus menjawab apa.Memang sudah tak heran jika boss-nya suka keterlaluan dalam memerintah pekerjaan.Tapi siapapun yang bekerja di sana sudah tahu jelas, mereka betah di sana karena gaji yang besar.Jadi, tak pernah dalam sejarah ada yang pernah mengomel seperti Tamara.Baru kali ini.Padahal ... bukankah Boss sudah memberikan kompensasi? Libur lima hari, plus disediakan mobil dan driver untuk mengajak keluarga jalan-jalan?“Err ... Tamara ... aku rasa lebih baik kita kembali ke dapur. Sarapan ini bisa kau makan saja supaya tidak mubazir. Dan ya ... setidaknya dengan berangkatnya Tuan ke luar negeri, kau bisa pergi mengajak anak-anakmu jalan-jalan. Ya, kan?So ... nikmati saja ...”Bruno berusaha menghibur Tamara, walau dia tidak mengerti kenapa Tamara harus kesal.Dan beruntung bagi Bruno, Tamara sepertinya memahami apa yang disamp
Saking marahnya, Lady El menyuruh Tamara membuatkan dia sarapan yang lezat.Tapi dia tidak mau menyebutkan menu apa yang dia inginkan.“Pikirkan sendiri! Kau kan koki, harus tahu apa yang diinginkan pelangganmu!”Yaelaaah ...Tamara ingin mendengus kesal, tapi dia masih memiliki stok sabar yang banyak kali ini.Dia pun mengiyakan, lalu kembali ke dapur.Dia berpikir sejenak, menu sarapan apa yang cocok untuk Lady El.Sekalipun dia tidak menyukai Lady El, Tamara tetap menganggap serius permintaan Lady El tadi.Anggaplah ini tantangan baginya untuk bisa membuatkan menu yang sesuai seleranya tanpa diberi tahu apa yang dia inginkan.Beruntung Chef Fredericco sudah memberinya clue.Lady El suka yang manis.Tamara memutuskan untuk membuat pancake cokelat molten lava.Tapi setelah pancake selesai dibuat, Tamara baru menyadari cokelat molten lava sedang habis.Tamara pun berpikir lagi sehingga dia memutuskan mengganti topping dengan stroberi.Pancake stroberi adalah kesukaan Thea dan Tilly.“
Tamara menghela napasnya jauh-jauh, berusaha sabar menghadapi istri boss-nya yang begitu sulit disenangkan.Rasanya seperti baru saja terbebas dari mulut singa, tapi langsung mendarat di depan kucing rewel yang suka menggeram.Entah apa yang merasuki Lady El hingga terus merasa ingin mempersulitnya. Tamara sungguh tak mengerti.Tapi dia sempat heran, kenapa alasan Lady El tidak menyukai stroberri seperti mirip dengan Darla.Dia ingat Darla pernah mengatakan bahwa kulit stroberi seperti ada pasir kecil-kecil yang tajam.Dan tadi juga sepertinya Lady El sempat ingin mengatakan hal seperti itu.Sambil mencuci Tamara memikirkan semua itu.Dia jadi teringat bahwa sudah tidak tahu lagi kabar Darla. Apakah Darla akhirnya tetap bersama Vicco?Tapi media tidak pernah membahas Vicco mengenai wanita yang bersamanya.Jika Darla tidak dengan Vicco lagi, lalu di mana Darla dan bagaimana hidupnya sekarang.Tamara jadi bertanya-tanya. Apakah mungkin Darla pun berakhir seperti dirinya, yang dijadikan p
Kriiiingg kriiiiiinggg!!!Telepon di paviliun Tamara berdering ketika hari baru satu jam melewati jam makan siang.Kebetulan saat itu Bibi Beatrice yang mengangkatnya.Dari ujung telepon terdengar suara Betty yang mencari Tamara.“Sebentar, kupanggilkan,” kata Bibi Beatrice.Tamara yang sedang rebahan di sofa sambil berbincang dan bersenda gurau dengan triplet pun dipanggil.Ketika Tamara menyambut panggilan dari Betty, ternyata Betty menelpon hanya untuk memberitahukannya bahwa Lady El sudah memanggilnya lagi.‘Jangan bilang dia sudah lapar lagi dan ingin makan malam,’ batin Tamara kesal.Tapi dia tetap menjawab,“Fiuuuuh. Oke, aku akan ke sana.”Sebelum pergi, Tamara lalu menemui triplet untuk memberitahukan pada mereka bahwa dia akan kembali bekerja.“Apaaa? Mommy sudah harus balik bekerja? Tapi mommy kan baru aja selesai makan,” protes Thea yang masih tak rela harus melepas mommy nya kembali bekerja.Apalagi bayangan bibi jutek yang bermunculan di benaknya sedang memerintah Mommy
Lady El dan Tamara turun dari mobil menuju pintu.Begitu pintu dibuka, dua teman Lady el langsung berseru dengan penuh binar.“Daaaarl- Aww!”Wanita di depan Lady El mengernyit kesakitan karena kakinya diinjak Lady El.Sedetik kemudian, wanita itu berseru aneh, “Darling! Darling, akhirnya kau datang juga!”Dua wanita itu memeluk Lady El, lalu mereka mulai melirik Tamara.Dan dua pasang mata itu pun membelalak, sama halnya dengan Tamara yang sudah terdiam sedari tadi.“Tamara?” sapanya penuh tanya.Tamara pun tak kalah terkejut. “Oh, hai, Laura.”Saat ini Tamara merasa tak percaya diri.Laura dan Grisselda tampak begitu modis, elegan, dan glamor. Berbagai aroma parfum yang semerbak pun sudah mengisi udara di sekitarnya.Belum lagi entah berapa banyak wanita lain di dalam rumah itu. Sudah bisa Tamara bayangkan bagaimana penampilan tamu-tamu yang lain. Pastilah tak jauh berbeda dari Grisselda dan Laura.Penyesalan merayapi Tamara. Harusnya dia tidak mengikuti Lady El. Sungguh tiba-tiba d
Trevor melihat punggung Tamara berjalan melewati water fountain kemudian melewadti jembatan melengkung.Dia heran melihat Tamara yang baru akan pulang di jam selarut itu.Sudah lewat tengah malam. Apa yang dia perbuat hingga larut begini baru pulang?Seharusnya dengan ketiadaan dirinya di mansion, Tamara bisa bebas dari pekerjaannya. Tapi wanita ini malah tetap berkeliaran sampai larut malam.Apa dia tidak memikirkan anak-anaknya?Begitu Trevor tiba di paviliun pohonnya, dia langsung menghubungi dapur dan mencari Bruno.“Ya, Signor?”“Apa yang terjadi? Kenapa aku melihat Tamara baru pulang beberapa menit lalu?” tanya Trevor dengan nada tak acuh, tapi juga terdengar tak sabaran.“Itu ... sepertinya Tamara baru kembali bersama istri Anda, Tuan. Sore tadi Lady El mengajak Tamara pergi keluar.”“Dari sore keluar dan baru pulang sekarang?” tanyanya lagi dengan nada terheran-hera
Thea dan Tilly saling berpandangan.Teringat semalam, saat mommy mereka pulang, mereka berdua memang sudah berada di atas tempat tidur.Tetapi mereka tetap terjaga, dengan telinga yang bersiaga mendegnarkan tanda-tanda kepulangan mommy mereka.Ketika sang mommy berhasil mencapai lantai di mana mereka berada, Thea dan Tilly langsung keluar dari kamar mereka.“Mommy kenapa pulang nya malam sekali? Padahal kami menunggui strawberry pie yang mommy janjikan lho.”“Maaf, ya. Mommy terpaksa lembur tadi. Besok saja ya baru buat. Ini sudah terlalu malam. Mommy sudah cape.”“Iya, Mommy. Kita tidak memaksa kok. Ayo sini, cepat, mommy baring sini biar aku pijitin!” kata Thea menarik tangan Tamara untuk rebahan di atas tempat tidur.Meskipun pada akhirnya Tamara membersihkan tubuhnya dulu, Thea dan Tilly akhirnya tidur bersama mommy mereka.Dan pagi ini, mereka sengaja bangun terlebih dahulu dan membiarka
“Hei, bocah kecil! Jaga bicaramu!” seru Lady El yang naik pitam pada salah satu dari triplets di ujung teleponnya.Dia begitu marah, sudah diperlakukan tak dianggap oleh suaminya sendiri, sekarang bocah yang dia perkirakan merupakan anak tidak sah dari suaminya itu malah mengatainya bermacam hal.Namun yang paling menusuk hatinya adalah saat dia dikatakan bibi yang hampir tua.Haloooo ... wajah operasian nya ini sangat kencang dan dia sudah menjadi cantik paripurna, masa iya dibilang bibi tua?! Lihat nanti bocah-bocah tengik!Tapi ternyata, menghadapi bocah tidak lebih mudah daripada menghadapi orang dewasa.“Idiiiiih, Bibi kok cepat marah sih? Jangan marah-marah dong, Bibi. Nanti tambah cepat tua lho!” Terdengar lagi suara cempreng bocah itu.“Apa kau bilang? Aku ini baru 26 tahun, tahu! Sama usianya dengan mommy kalian!”Lady El menderu marah, sampai melupakan fakta bahwa sebagai Lady El dia seharusnya tidak tahu tentang usia Tamara.Terdengar lagi suara terkesiap Tilly yang super c
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini