Maaf semuanya, ada kesalahan publish di bab sebelumnya (102).
Bab itu kepotong tanpa sengaja.
Jadi yang terpublish hanya setengahnya.
Juga ada kesalahan nama.
Semua akan direvisi. bagi yang sdh unlock bab isi bab akan terevisi otomatis di esok siang hari.
Terima kasih atas pengertiannya.
Mohon maaf dan semoga dimaklumi karena author tadi terburu-buru publish.
“Apa yang sedang kau pikirkan, Sayang?”Rodrigo memasuki kamar dan melihat di pangkuan sang istri terdapat album foto tebal yang berisi foto-foto masa kecil Trevor juga foto-foto lama mereka.“Aku sedang mmperhatikan ini,” katanya seraya menunjukkan foto masa kecilnya pada sang suami.“Kau imut dan cantik dari kecil,” ujar Rodrigo saat melihat foto itu, tapi ketika akan melanjutkan kata-katanya, dia terperangah.“Ini ... gadis kecil yang mendapatkan buket bunga di pernikahan Bryan, sedikit banyak seperti ini wajahnya. Kalau aku tidak salah ingat.”“Iya, kau benar, Sayang. Aku juga terkejut ketika melihat fotoku ini. Bagaimana bisa gadis kecil itu sangat mirip denganku saat kecil.Dan yang lebih mengejutkannya lagi ... warna matanya, Sayang. Kau tidak melihatnya dari dekat. Jika kau melihatnya dari dekat, warna matanya persis warna mataku.”“Benarkah?” Rodrigo ikut berlutut di hadapan Rosemary sambil mengamati foto yang dipegang Rosemary lebih intens lagi.“Jika wajahnya benar-benar mir
“Bukan begitu, Signor. Tapi ayah Anda memanggil.” Bruno menjawab selembut mungkin.Tapi Trevor seperti kaki di kepala, kepala di kaki.“Untuk apa dia memanggilku?” raungnya lagi.“Saya tidak tahu.”“Kenapa tidak kau tanyakan padanya sekalian?”“Pastinya Tuan besar ingin bicara empat mata dengan Anda, Signor.”“Hah!” Trevor berbalik badan lalu mengambil botol bourbon dan meneguknya. Lalu ... Brak!Botol dihentakkan ke meja lalu Trevor menghadap Bruno dengan tatapan tajamnya.“Kenapa tidak kau katakan padanya, beritahukan saja padamu agar kau menyampaikannya padaku. Atau ... sekalian kirim saja lewat chat, aku bisa membacanya. Tidak perlu bertemu tatap denganku.”“Tapi kan ...”“Aku lapar ... aku ingin masakan Tamara ... aku ingin spageti buatannya ... aku ingin beef steak-nya yang lezat ... aku ingin ... semuanya. Termasuk ... dia.”Trevor lalu berjalan sedikit sempoyongan memasuki rumah.Dia tak memedulikan lagi Bruno di sana.Sehingga pria itu pun hanya bisa menghela napasnya.Sepert
Rodrigo dan keponakannya pulang dengan hati hampa.Tadinya, mereka sudah mengharapkan akan segera menemukan setidaknya ibu dari triplets, atau jika beruntung – dan mereka berharap tinggi untuk beruntung – mereka bisa menemukan sang ibu sekaligus the triplets.Tapi ternyata, mereka malah mendapati kenyataan yang lain.Trevor sudah lama tidak mendatangi club miliknya. Apalagi membawa sang istri.Trevor rupanya tidak pernah membawa Lady El mengunjungi club malamnya.Malam di peraduan masing-masing, terutama bagi Rodrigo dan Rosemary menjadi malam yang panjang karena kekecewaan mereka menemukan Triplets.Harapan mereka sudah setinggi langit, antusias mereka sudah membayangkan berbagai hal seru dengan tiga balita itu, kini harus terhempas pada kenyataan sedalam jurang.Sementara itu, Darla yang berusaha keras menjawab tantangan Trevor untuk membuktikan benihnya lewat tes DNA saat kehamilan 10 minggu pun kelabakan.Dia berusaha keras untuk mencari jawaban.Dia menelpon Vicco. Tapi Vicco se
Darah di tubuh Trevor terasa meletup-letup ketika dia membayangkan akan segera menjelajah isi ponsel Tamara dan menemukan sesuatu, sekalipun saat ini dia belum tahu apa sesuatu itu yang akan dia temukan.Tapi Trevor sudah tak sabar untuk menyalakan ponsel Tamara.Sayangnya, dia harus mencari charger ponsel terlebih dahulu.Upaya pertama Trevor, dia mencoba charger ponselnya. Namun lebar kabel tidak pas.Trevor berdecak kesal sampai mengacak-acak rambutnya.Di mana dia bisa menemukan charger untuk ponsel ini?‘Shit!’ gerutunya kesal dan saat itu tiba-tiba terasa perutnya berbunyi.Untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu ini dia merasakan lapar yang benar-benar menusuk.Selama mengidamkan masakan Tamara, Trevor sudah menahan dirinya. Perasaan kesal dan menyesal datang silih berganti memenuhi rongga dadanya sehingga rasa lapar itu tersamarkan.Hingga saat ini.Trevor menuju mansion utama dan menuju ruang makan.Kebetulan di sana ada Lucas dan Lorenzo yang baru saja mengantar pulan
Trevor menjadi marah. Dia bangkit dari kursinya dan beranjak keluar dari ruang makan.Tak dihiraukannya panggilan dari keluarganya yang menanyakan kenapa dia harus marah?Siapa yang bisa menduga bakalan bertemu bocah yang wajahnya sangat mirip dengan saudara kita?Siapa juga yang bisa terpikir untuk mengambil fotonya, padahal saat bertemu bocah bernama Travish itu kejadian begitu cepat, mendadak, dan singkat.Lalu Travish langsung dipanggil oleh saudara perempuannya dan bocah itu pergi dari hadapan Lucas. Bagaimana Lucas bisa teringat untuk mengambil fotonya?Trevor sungguh mengada-ngada.Logikanya sudah tercecer entah di mana.Andai dia mau berpikir jernih, seharusnya dia berharap saja jika bocah bernama Travish itu adalah benar darah dagingnya. Dengan begitu dalam sekejap saja dia sudah menjadi seorang ayah bagi tiga anak kembar.Bukankah itu luar biasa?Tapi Trevor malah marah dan setelah menggebrak meja dan mengatai Lucas, dia pergi dari mansion utama. Kembali ke paviliun rahasiany
“Kenapa lamban sekali? Kau merayap seperti siput?” raung Trevor begitu Percy sudah berada di hadapannya.Pengawalnya itu semakin gemetar sampai-sampai dia tak berani menatap dan tak sanggup memberikan jawaban.“Aku sudah tid-”Belum selesai kata-katanya, raungan Trevor memotongnya langsung.“Aku mau kalian mencari Tamara sampai dapat! Jangan sampai ada alasan bahwa kalian tidak bisa menemukannya!Pokoknya, bawa Tamara dan anak-anaknya ke hadapanku hidup-hidup dan tidak boleh lecet segores pun!”Trevor menyuruhnya langsung pergi setelah perintahnya itu.Helaan napas Percy pun terasa lega.Tapi begitu dia memberitahukan rekan lainnya atas perintah Signor mereka, Percy kembali terperanjat.“Iya juga ya ... kita harus mencari Tamara ke mana?”“Sial! Bagaimana kita bisa mencari Tamara lagi? lagi-lagi Tamara dan Tamara, boss kita ini ada apa ya? Seperti eror saja otaknya!”“Sstt! Jangan sampai terdengar orang lain. Bisa-bisa disampaikan pada boss dan langsung dorr di kepalamu ini!”“Huh! Ha
“Mommy dan paman baik, sedang bicarain apa? Mommy sampai tersenyum tersipu begitu?”Thea menatap ibunya dan Logan berganti-gantian.“Ah, hanya bicara biasa saja, Thea. Mana ada mommy tersipu? Kamu ini!”Tamara berusaha menepis komentar asal Thea, tapi Logan sudah terlanjur percaya.Pria itu menelisik wajah Tamara mencari kebenaran kata-kata Thea.Tentu saja degnan senyum lebar di wajahnya.Logan tampak berbinar dan berseri-seri.“Aku tidak tersipu! Jangan termakan omongan Thea yang asal. Sudah sana nyetir, lihat ke depan.”Logan terkekeh lagi mendengar himbauan Tamara. Tapi dia melakukannya.Dia kembali menatap jalanan di depannya. Sementara itu, Thea memelototi Tamara.“Siapa bilang omonganku asal, sih??! Dasar mommy tuh ya! Masa bilang omonganku asal?” dan gadis kecil itu mulai cemberut.Tamara yang baru menyadari telah salah bicara hanya bisa memasang wajah memelas pada Thea.“Urgh! Awas ya mommy bilang aku ngomong asal lagi!”“Iya deh, mommy janji tidak begitu lagi.”Thea akhirnya
Mendapati pertanyaan dari Logan, Tamara kebingungan. Apa yang harus dia katakan?Berusaha keras memikirkan apa yang harus dia beritahukan Logan, tiba-tiba tak jauh dari mereka terdengar suara teriakan, “AKU TIDAK MENDORONGMU!”“KAU YANG MENDORONGKU!”“BUKAN AKU! KAU TERPELESET SENDIRI! AWWW!”Tak lama kemudian ...Byuurrrr!Baik Tamara maupun Logan sontak berdiri mendengar teriakan dua bocah itu.Tadinya, Logan mengira Thea dan Tilly sedang bertengkar.Tapi ternyata, yang bertengkar adalah Thea dengan anak perempuan lain, yang tidak mereka kenal. Anak perempuan itu bertubuh nyaris dua kali lipat dari Thea.“Ada apa ini? Thea!” seru Tamara dengan hatinya yang berdegup khawatir.Terlebih lagi ketika melihat yang terjatuh ke air adalah Thea.Baik Thea dan Tilly tak bisa berenang.“Mommy! Selamatkan Thea!” seru Tilly dan tanpa pikir panjang Logan langsung melompat ke kolam dan menarik Thea dari air.Kolam itu setinggi dada Logan. Terlambat sedikit saja, Thea sudah akan menelan banyak air.
“Apa tidak salah kau memberitahunya tentang penculikan anak-anaknya? Apa otakmu masih waras?” raung Percy pada Lorry.Rasanya Percy tak percaya rekan kerjanya bisa melakukan tindakan seblo-on itu.Tapi di hadapannya, Lorry malah tersenyum bangga dan mengangguk. “Tentu saja aku masih waras. Aku juga cerdas dan baik hati. Tiga hal itu haruslah ada bersamaan. Baru lengkap!”“Tapi untuk apa?” bentak Percy tak habis pikir.Lorry tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak percaya pertanyaan itu bisa datang dari Percy.“Kalau aku tidak memberitahukannya, saat pagi ini dia bangun dan mendapati tripletsnya tidak ada di apartemen, bisa-bisa dia histeris dan ketakutan. Apa kau tidak kasihan padanya?”Percy merasakan kepalanya ditusuk ribuan jarum. Entah kepalanya yang eror atau Lorry yang eror.Tapi dilihat dari raut wajahnya, Lorry terlihat tidak eror.“Kita ini pengawal seorang boss mafia. Lalu kau masih kasihan pada wanita seperti Tamara? Yang menjadi target operandi kita? Atau kau ada perasa
Suara garang dan berat tadi seketika melunak, menyisakan suara yang serak seakan menampung penyesalan Trevor dari dalam hati.Tatapan berang itu pun telah berubah menjadi sendu.Di matanya sekarang ini, dua gadis kecil itu menjelma menjadi bocah yang tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya selama lima tahun.Tak pernah sekalipun Trevor pernah membayangkan selama ini bahwa anak-anaknya akan hidup dalam kondisi berkekurangan seperti ini, yang harus berjuang untuk diri mereka sendiri, tanpa ada sosok ayah selama lima tahun, bahkan sosok ibu pun harus meninggalkan mereka di pagi hingga sore hari demi mencari nafkah.Anak-anaknya ... darah dagingnya ... harus melalui kehidupan seperti itu! Sedangkan dia sebagai ayah mereka ...?Sulit untuk merelakan atas segala hal yang mereka alami. Dan lebih sulit lagi memaafkan dirinya sendiri.Selama ini dia tak pernah berkekurangan. Dia bahkan menggaji banyak orang untuk melakukan segala hal untuknya!Waktu luangnya bahkan diisi dengan penuh kesen
Dengan hati tercubit secuil ... Trevor mendelik tajam pada Tilly, wajah itu mulai menggelap dan kepala itu mendongak tinggi untuk menatap dua bocah itu dari atas.Dua tangan nya pun sudah berkacak pinggang. Tarikan napasnya sangat dalam dan akhirnya keluar sangat amat perlahan.Untuk pertama kalinya, dia berhasil mengendalikan kekesalannya dan berhasil menyingkirkan ke sudut lain yang tak terpakai. Setidaknya untuk saat ini.Trevor memilih untuk mengalihkan pertanyaan mereka.“Kenapa kalian sampai memanggang roti sendiri pakai kompor pula?Apa kalian tidak takut terkena api dari kompor?” tanya Trevor dengan nada galak tapi hangat. Siapapun bisa mendengar dengan jelas kepedulian dari nada suaranya itu.Ada rasa tak rela membayangkan dua putrinya yang begitu menggemaskan berkutat dengan kompor di usia sekecil ini.Dirinya sendiri saja baru setelah dewasa menyentuh kompor dan membuat roti bakar sendiri. Itu pun sangat jarang dia lakukan. Hanya di moment-moment terpaksa.“Ck, paman macam
Tilly jelas tak puas jika dia disuruh mempercayai apa yang Trevor ucapkan. Jadi, dia menanyakannya pada Thea dan Travish.“Aku juga tidak percaya. Apa yang dikatakan paman menyeramkan tadi itu tidaklah mungkin terjadi.” Thea sudah menyuarakan pikirannya.Kini Tilly memandangi Travish meminta pendapatnya.“Paman itu berkata jujur. Hanya saja ... tentu saja kejadiannya tidak persis seperti itu, bodoh!Paman menyeramkan hanya menceritakan setengah bagian saja. Yang sebenarnya terjadi adalah kita pastilah diculik oleh pengawal-pengawal paman menyeramkan itu. Jadi, saat ini kita adalah tahanan paman menyeramkan.”Mendengar penuturan Travish, dan kata diculik dan tahanan, sontak Tilly dan Thea membelalak ketakutan.“Aku tidak mau menjadi tahanan paman menyeramkan!”“Aku juga tidak!”Tilly dan Thea berseru bergantian.Tapi Travish menjawab dengan santai. “Aku juga tidak mau. Tapi ini sudah terjadi. Kita sudah menjadi tahanan paman menyeramkan. Tak ada gunanya kau berseru tidak mau!”Wajah Til
Sedang berpikir keras, tiba-tiba semerbak bau roti panggang dengan selai cokelat yang manis menguar di udara dan merasuk di penciuman mereka.Thea dan Tilly segera memegangi perut mereka.“Aku lapar ...” kata Thea dengan wajah memelas dan perut itu seakan mengiyakan ucapannya dengan mengeluarkan bunyi krucuk ... krucuk ...“Ayo makan kalau begitu!” kata sebuah suara bariton rendah secara tiba-tiba.Tiga bocah menoleh ke arah pintu kamar dan membelalak lebar seketika itu juga. “Paman menyeramkan?!” seru Tilly benar-benar tak percaya dengan penglihatannya. ***Trevor secara tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Pria itu berdiri dengan bahu bersandar pada kusen pintu. Tatapannya menyorot fokus ke arah triplets, tapi bibir tipisnya itu, sedikit terangkat di setiap ujungnya.Wajah yang biasanya sangar, keras, dan tajam, kini terlihat tenang, damai, dan ... mendamba.“Paman menyeramkan?” Tilly memandangi sekelilingnya, kemudian berlabuh di wajah Travish dan Thea berganti-gantian.“S
Trevor melirik jam di dinding lalu melirik dinding kaca di ruang tidurnya.Langit sudah terang. Pagi sudah tiba dan matahari mulai meninggi.Giorgio juga sudah datang dan berupada mengurangi efek bius pada triplet.Hanya saja, triplet masih belum tersadar.“Mereka tidak akan kenapa-kenapa, Signor. Biarkan dulu, nanti mereka akan sadar sendiri. Setelah sadar, perhatikan mereka. Jika ada ketidak beresan di tubuh mereka, atau cara bicara mereka, baru panggil aku lagi.”Trevor mengangguk sembari kedua matanya tetap terpaku pada triplet.Sungguh, hari ini benar-benar hari yang di luar nalarnya.Tak pernah terbayangkan olehnya dia akan mendapatkan triplet dan bocah-bocah yang diperkirakan sebagai hasil benih nya itu ada di atas tempat tidurnya.Hidupnya yang semula datar dan kelam, tiba-tiba berubah drastis ketika dia mulai teringat perawan enam tahun lalu.Lalu hanya dalam beberapa bulan, statusnya tiba-tiba berubah dari seorang suami rasa pria lajang, menjadi seorang daddy beranak tiga!Tr
“Bagaimana?”Suara Arnold bergema menatap Lorry yang baru saja menelpon boss mereka.Dia cukup was-was setiap kali Lorry yang memutuskan untuk menelpon Boss. Sudah beberapa kali Lorry ketika selesai menelpon malah seperti nge-blank dengan apa yang diperintahkan boss mereka.Pernah juga Lorry malah mengartikan lain dari perintah boss mereka.Lorry masih bisa bekerja seperti ini, bersama mereka, semua hanya karena boss mereka masih memberikan Percy kesempatan.Mungkin karena boss juga merasa Lorry cukup kasihan, tidak lagi memiliki keluarga dan tidak memiliki keterampilan lain untuk bisa membuatnya memiliki pekerjaan lain jika dipecat dari jajaran bodyguard Trevor ini.Tapi sungguh, setiap kali boss mereka sedang murka, Arnold selalu berpikir Lorry hanya tinggal menunggu saatnya saja dia untuk dipecat.Sungguh keberuntungan masih berpihak di diri Lorry hingga sampai saat ini dia belum dipecat.“Perintah Boss masih sama. Boss mau kita menangkap Tamara dan anak-anaknya lalu bawa mereka ke
Udara cukup dingin dan kencang membuat Tamara menyesal tidak meraih mantel yang tebal.Tapi tadi dia buru-buru dan pikirannya sedikit kacau melihat kondisi Thea seperti itu.Tamara tak mengingat lagi jika udara malam sekarang sudah mulai lebih dingin dari satu bulan yang lalu.Menghalau dingin sebisanya, Tamara terpaksa mengurai lagi rambut cokelat gelap panjang yang diikatnya asal tadi, kemudian merapatkan cardigannya saat dia hendak menyeberangi jalan.Hatinya kembali sesak memikirkan apa yang baru saja Thea alami hari itu.Jujur saja, Tamara senang ada Logan di sana yang sigap menyelamatkan Thea.Andai pria itu tidak ada di sana, Tamara belum tentu segesit itu langsung melompat ke kolam untuk menyelamatkan Thea. Tamara tidak terlalu pandai berenang.Meski demikan, Tamara sedikit kecewa atas Logan yang membiarkan anak yang mendorong Thea pergi begitu saja.Seharusnya, anak itu dituntut untuk meminta maaf pada Thea. Itu yang Tamara harapkan.Gadis kecilnya tidak boleh diperlakukan de
Demento melakukannya tanpa banyak tanya.Pria itu merupakan programmer handal dan terpercaya Trevor. Jenius dalam teknologi itu mampu menyelinap dalam jaringan resmi pemerintah.Dengan bantuan Demento, Trevor bisa bergerak mudah mencari keberadaan musuh dan informasi-informasi rahasia.Sedangkan Darrio yang ada di sampingnya, dengan tampilan kaku, pendiam, dan begitu dingin, merupakan sniper andalan dan terpercaya Trevor.Dua orang itu menjadikan gudang rahasia sebagai markas mereka.“Ini, Boss. Apa yang dicari?”Demento memperlihatkan dengan satu kali klik dan tampak di layar TV besar di hadapan Trevor berbagai tampilan CCTV jalan raya.Trevor memperhatikan dengan seksama.‘Sial! Sebanyak ini. Harusnya tadi aku mengajak Bruno! Biar dia yang memperhatikan semua ini!’Kemudian Trevor menunjukkan ponsel Tamara pada Demento.“Aku hanya ada foto anak-anaknya. Ibunya tidak ada foto.” Trevor pun mneunjukkan foto triplets yang ada di ponsel Tamara.Demento mengambilnya, melihat, kemudian kem