Share

Bab 4

last update Last Updated: 2021-06-16 19:54:18

Kulangkahkan kaki menyusuri koridor kantor yang mulai sepi. Jam memang sudah menunjukkan pukul 17.30, yang artinya sebagian banyak karyawan sudah pulang, yang tersisa hanya beberapa karyawan yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Aku sendiri memang belum pulang karena harus menyelesaikan laporan yang sempat terhenti pengerjaannya karena pergi ke roof top. Bukan sebuah kesalahan pergi ke sana, karena aku memang membutuhkan ketenangan dan menghindar dari Pricilia. Namun, keputusan itu nyatanya kurang tepat mengingat apa yang terjadi di sana.

“Kenapa?” tanya seorang pria yang membuatku menoleh ke arahnya, dan dia adalah Aries. “Setelah menghilang selama beberapa saat dan sekarang muka ditekuk seperti itu.”

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan menghitung waktu yang aku habiskan percuma. Tidak, bukan berada di roof top karena di sana hanya sampai gadis itu ditarik turun dan mendengar sedikit ungkapan hati Mr. Thomas, tapi setelah itu aku memilih untuk melipir ke sebuah caffe yang ada di seberang kantor. Ketenangan, hanya itu yang aku butuhkan tadi. Bagaimana pun, perkataan Mr. Thomas sangat mengganggu pikiran. 

“Malah diem,” kata Aries sambil menjentikkan jari di depan wajah.

“Hhhmm ... tadi aku butuh secangkir kopi, jadi ke caffe seberang,” jawabku sambil tersenyum.

Aries sedikit mengerutkan dahi sebelum akhirnya berkata, “Di kantor gak ada kopi ya, Gab? Apa karena di sana jauh lebih enak?”

“You know my favorite,” kataku sambil berjalan menjauh untuk kembali ke ruanganku dan menyelesaikan semua pekerjaan. Besok ada meeting bersama Mr. Thomas dan beberapa client, jika laporan serta pekerjaan hari ini tidak selesai, maka sudah barang pasti menjadi sasaran kemarahan sang big boss.

“Gab, ikut gak nanti?” tanya Aries sambil berteriak dan aku hanya menjawab menggunakan lambaian tangan jika aku tak ikut mereka. “Ok, aku pun gak ikut kalau gitu.”

Seperti yang dikatakan Pricilia, Aries tidak akan pergi jika aku tidak pergi. Sempat bertanya alasannya kepada Aries, tapi dia hanya tersenyum. Aku sendiri tidak ingin terlalu jauh ikut campur urusan mereka dengan bertanya secara detail.

Aku masih berkutat dengan beberapa file saat tiba-tiba sebuah ketukan mengagetkan. Sesosok lelaki bertubuh tinggi dan tegap tengah berdiri di ambang pintu. Senyuman tersungging dari bibir yang memang terkenal dengan keramahannya. Biasanya bertemu dengan dia tidak akan membawa efek apa-apa bagiku, tapi kali ini berbeda. Setelah kejadian tadi siang, ada sedikit takut menyapa dalam jiwa hingga membuatku menarik napas beberapa kali.

Mr. Thomas, lelaki yang kusangka sudah meninggalkan kantor sejak tadi, tapi nyatanya pria itu justru sedang berjalan dengan begitu santai ke arahku. Ingin kabur tapi tidak memiliki alasan tepat untuk melakukannya. Menghindar pun sama saja tak akan bisa.

“Ehm ....” Sebuah deheman terdengar saat dia mulai menarik kursi yang ada di hadapanku kemudian mendudukinya. Apakah dia minta izin? Bukan seperti itu cara tepat minta izin, tapi sudahlah toh semua yang ada di kantor ini adalah miliknya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanyaku yang masih berusaha tenang meski hati ini sudah meronta tidak karuan dan bibir rasanya ingin menjerit frustasi.

“Ini sudah malam, kenapa belum pulang?” tanyanya sok perhatian.

Kutatap jam yang melingkar di tangan yang menunjukkan angka delapan. Kemudian kuedarkan pandangan ke sekitar ruanganku, lampu masih nyala menandakan ada beberapa karyawan yang belum pulang, lalu kenapa sang CEO memutuskan untuk mampir ke sini? Padahal biasanya jika ada karyawan yang lembur, dia tak akan menghampiri secara spesial seperti saat ini. Dia paling sekedar menyapa sambil lalu—mungkin hanya sopan santun saja.

“Iya, Pak, masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan,” jawabku tanpa mengalihkan pandangan darinya. Andai boleh jujur, kehadirannya justru membuat pekerjaanku semakin lama selesai karena harus menemaninya ngobrol dan jelas itu tidak bisa dilakukan sambil bekerja. ‘Bos tidak tahu diri’, itu kata yang ingin aku ucapkan andai tidak sadar akan posisiku.

“Sudah, selesaikan besok saja, saya tidak ingin kamu sakit,” ucapnya yang membuatku terdiam seketika.

Siapa pun, tolong cubit aku untuk memastikan jika Mr. Thomas barusan mengkhawatirkanku. Jika dia hanya khawatir sebagai atasan, sebelumnya tak pernah ada kata seperti itu, tapi kali ini ... rasanya bagai mimpi buruk dan membuatku mual seketika. Sikapnya sungguh berbeda dengan kejadian di roof top tadi siang, dia seolah memiliki dua kepribadian.

“Ehm ... maksudnya, saya tidak ingin salah satu pekerja terbaik saya sakit,” ralatnya yang kini terlihat mengalihkan pandangan, “terlebih besok kita ada meeting bersama di mana semuanya tergantung dengan presentasimu dan saya jelas tidak ingin mengalami hal buruk setelah hal buruk lainnya.”

Aku semakin mengerutkan dahi saat mendengar alasannya. Terdengar begitu aneh dan sangat tidak biasa. Tiga tahun bekerja bersama di perusahaan ini, baru sekarang dia begitu perhatian—bahkan sangat berlebihan. Kutarik napas panjang sebelum akhirnya mengembuskannya perlahan—hanya hal itu yang bisa kulakukan untuk menetralisir semua rasa yang mulai membuat tangan bergetar.

“Jadi, sebaiknya kamu pulang dan menyelesaikan semuanya besok,” ucapnya sambil menatapku.

Aku berdehem sejenak hanya untuk menetralkan suara yang kuyakini sedikit bergetar jika tak melakukannya. “Sebentar lagi saya pulang, Pak,” ucapku sambil kembali menatap layar datar yang masih menyala dan menunjukkan barisan kata, “jika Bapak tidak mengajak saya mengobrol terus.”

“Ah, maaf,” ucapnya, “silakan dilanjut!”

Aku kembali mengerjakan pekerjaan yang tadi sempat terhenti, tapi kini berada di bawah pengawasan sang bos. Mr. Thomas masih saja duduk di hadapanku dan tidak menunjukkan sedikit pun akan pergi. Dia memang hanya diam, tapi rasanya tidak nyaman bekerja sambil diawasi seperti ini. Konsentrasi sedikit buyar karena sesekali melihat ke arahnya yang masih saja menatapku dengan seksama.

“Maaf, ada apa Bapak sampai mengawasi saya bekerja?” tanyaku yang mulai risih karena sudah tiga puluh menit Mr. Thomas tidak juga beranjak dari hadapanku.

Tidak ada jawaban yang kudapatkan, dia benar-benar tidak mengajak ngobrol—mungkin agar pekerjaanku cepat selesai. Namun, hal itu justru membuat konsentrasiku semakin lama semakin hilang, aku adalah tipe orang yang suka bekerja dalam keheningan dan sendiri, tidak bisa jika diawasi. Dulu memang tidak seperti ini, tapi sejak kejadian itu, kesendirian menjadi hal yang selalu aku sukai.

“Saya tidak sedang mengawasimu, Gabriela Armand,” ucap Mr. Thomas sambil menyunggingkan seulas senyum.

“Lalu, kenapa Bapak duduk di hadapan saya dan memerhatikan saya yang sedang bekerja? Jika Anda takut saya akan melakukan kesalahan, tenang saja karena saya adalah orang yang profesional.”

“Saya percaya dengan profesionalisme kerjamu. Saya di sini bukan mengawasi, hanya menemanimu,” ucapnya sambil mengambil pulpen berwarna gold yang ada di atas meja, “bukankah kamu sangat suka jika ditemani saat lembur?”

Kata-kata terakhirnya membuatku terdiam dan tidak percaya dengan hal itu. Bagaimana dia bisa tahu mengenai sesuatu yang berusaha kulupakan dan menghilangkannya dari hidup ini? Siapa sesungguhnya Mr. Thomas?

Related chapters

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 5

    “Biar saya antar,” kata Mr. Thomas saat kami sudah berada di depan kantor dan kali ini sukses membuat kilasan-kilasan masa lalu kembali menghantui. Aku mundur selangkah dan tubuh mulai bergetar hebat. Ingin berteriak tapi lidah ini kelu. Ada bagian di dalam diri yang menolak kisah berulang, suatu ketakutan yang berusaha kuhindari sejak dulu. Pandangan sedikit kabur karena air mata yang siap meluncur tanpa tahu malu. Tangan berusaha menggapai apa pun yang berada di dekatku untuk dijadikan pegangan agar tubuh ini tidak ambruk. “Ayo!” ucap Mr. Thomas saat sebuah sedan berwarna hitam sudah terparkir tepat di hadapan kami. “Ti ... tidak perlu, Pak,” jawabku setelah berusaha untuk mengendalikan diri agar terlihat biasa di hadapan sang bos. “Ini sudah malam dan saya tidak mungkin membiarkanmu pulang sendiri,” ucapnya sambil membukakan pintu penumpang, “kamu tidak membawa kendaraan bukan?” Antara takut dan kaget, itulah rasa

    Last Updated : 2021-07-14
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 6

    Angin malam berembus dengan begitu perlahan menyapa kemeja yang sedari pagu kukenakan. Blazer yang menjadi lapisan terluar telah kulepaskan sejak beberapa saat lalu. Air mata masih saja mengalir tanpa mau ditahan meski hanya sejenak saja. Langkah kaki mulai sempoyongan bagai orang mabuk, tapi terus kupaksa untuk melewati jalanan yang mulai sepi. Malam begini cukup sulit untuk mendapatkan taksi, tapi aku juga tidak mungkin menerima tawaran Aries, ini bukan aib tapi aku tidak ingin orang lain mengetahui semuanya. “Taksi, Mbak?” tawar seseorang yang baru saja kulewati. Sejenak aku melihat tampilannya dari atas ke bawah, kemudian melirik sebuah mobil sedan yang terparkir di sampingnya. Keadaanku memang sedang tidak baik-baik saja tapi otak ini masih bisa berpikir secara jernih, tidak ada taksi tanpa keterangan. Jangan bilang soal taksi online, karena aku tidak memesannya jadi tidak mungkin tiba-tiba ada menawarkan diri. Tanpa mengindahkan perkataan lelaki i

    Last Updated : 2021-07-29
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 7

    “Aku di mana?” tanyaku saat mulai membuka mata dan menyadari jika kini tidak berada di kamarku. Sebuah kamar bercat putih dengan beberapa pernak-pernik yang sangat feminin seperti gorden bergambar bunga, hiasan dinding yang juga bercorak bunga. Beberapa kali mengedarkan pandangan—melihat apakah ada orang di sini—tapi nihil karena tidak ada siapa pun selain diriku. Kubereskan rambut dan tempat tidur sebelum akhirnya melangkah ke luar kamar mencari sang pemilik kamar. Saat ke luar, terpampang sebuah rumah yang cukup mewah dengan interior bergaya classic, sangat berbeda dengan kamar yang begitu modern. Aku kembali mengedarkan pandangan tapi masih saja tidak menemukan siapa-siapa hingga akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai dasar rumah. Tangga kayu membentuk setengah lingkaran menjadi penghubung lantai dasar dan lantai dua rumah. Perlahan aku melewatinya bagai seorang pencuri yang takut ketahuan si empunya rumah. “Kamu tahukan siapa dia?” Terdengar suar

    Last Updated : 2021-07-30
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 8

    Mama, wanita yang sejatinya adalah orang yang akan selalu memberikan apa pun yang diinginkan anak-anaknya menjadi sebuah ketakutan tersendiri. Bagian dari masa lalu yang ingin dihindari tapi aku sepenuhnya sadar bahwa tidak akan bisa melakukannya. Mama masih menjadi orang masa kini dan akan selalu ada dalam hidup sekeras apa pun aku menghindar. Bertahun memutuskan tidak pulang, tapi wanita yang telah melahirkanku itu terus datang mengusik meski kadang hanya bertemu beberapa jam saja.Kuenyahkan semua pemikiran mengenai mama dan memilih untuk menatap mobil yang hampir lima tahun tidak kugunakan. Sejak kejadian itu, aku memang memilih untuk menggunakan kendaraan umum, daripada di tengah jalan semua masa lalu itu hadir hingga akhirnya menyebabkan kecelakaan. Baik jika hanya aku saja yang mati, bagaimana jika orang lain yang mati sedang aku selamat? Andai itu terjadi, maka seumur hidup aku tidak akan bisa memaafkan diri sendiri.“Non, mau ...,” kata

    Last Updated : 2021-07-31
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 9

    “Non,” kata Mbok Nah membuatku kembali dari bayangan masa lalu yang indah tapi menjadi awal petaka dari semuanya. Hal yang seharusnya menghilang dari ingatan tapi sudah bertahun masih juga bersemayam dengan indahnya. “Ah, ada apa, Mbok?” tanyaku sambil melepaskan gantungan dari tempatnya semula. “Non melamun ya tadi?” tanya Mbok Nah dengan begitu perhatian. Perempuan berusia setengah abad itu memang sangat perhatian, tidak jarang dia memberlakukanku seperti anak kecil. Buatku, dia seperti ibu yang sesungguhnya jika dibanding mama. “Tidak apa, Mbok,” ucapku sambil tersenyum agar dia tidak lagi khawatir dengan keadaanku, “ini tolong dibuang ya, Mbok!” Membuang semua benda yang akan mengingatkan kepadanya adalah hal terbaik yang harus dilakukan. Aku sadar betul, semua yang terhubung dengan dia adalah sebuah petaka dan harus dienyahkan dari hidup. Dia yang menyuguhkan cinta begitu indah, tapi dia pula yang memberikan luka begitu dalam hing

    Last Updated : 2021-07-31
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 10

    Aku menarik napas dalam saat tiba-tiba ponsel Mr. Thomas berbunyi, setidaknya kali ini terselamatkan dari pertanyaan yang sangat tidak penting. Mr. Thomas berlalu dari ruang rapat setelah menjawab teleponnya meninggalkanku seorang diri. Beberapa kali kuhirup napas dalam hanya agar diri ini sedikit lebih tenang. Sikap Mr. Thomas tadi membuatku sedikit takut, kilasan masa lalu pun kembali menyapa hingga membuat tubuh bergetar dan keringat mulai bercucuran.“Kenapa obat itu tidak berpengaruh apa-apa sekarang? “ tanyaku bermonolog. “Bukankah seharusnya membuatku lebih tenang dan bisa mengendalikan diri?”Kuremas kertas yang ada di hadapan tanpa peduli apakah itu bagian dari file penting atau hanya sebuah kertas biasa. Saat ini yang aku butuh kan adalah pelepasan dari semua keadaan yang menyelimuti diri. Aku terus meremasnya hingga terdengar suara robek tapi tidak dihiraukan. Rasa yang menyelimuti jiwa perlahan mulai membaik hingga akhirn

    Last Updated : 2021-08-01
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 11

    Suasana kantin siang ini sama seperti biasanya, ramai dan penuh dengan para karyawan yang sedang menyantap makan siang mereka sebagai bekal tenaga untuk kembali bekerja. Aku duduk berdua dengan Pricilia, dan obrolan kami seperti biasanya mengenai Aries. Bahasan mengenai lelaki yang satu itu tidak akan pernah ada habisnya jika bersama Pricilia. Mulai dari outfit yang dipakai hingga kegiatan Aries akan dia bicarakan secara detail, dan aku jelas sudah bosan membicarakan hal itu. Kenapa? Terlalu sering dan Aries sendiri tidak pernah merespons Pricilia padahal dia tahu kalau gadis itu menyukainya.Berulang kali aku sudah mengatakan kepada Pricilia mengenai perasaan laki-laki yang satu itu, tapi dia tidak peduli. Menurutnya, selama janur kuning belum melengkung maka masih bisa diusahakan. Padahal, mana ada janur kuning melengkung di kediaman mempelai laki-laki, Pricilia memang terkadang tidak beres pemikirannya. Namun, di balik sifatnya yang ceplas-ceplos dan terkadang sepert

    Last Updated : 2021-08-01
  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 12

    “Jelaskan, Gab!” desak Aries saat aku hanya bungkam mengenai maksud dari kata-kataku sebelumnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan, karena kenyataannya memang hanya di alam baka kami bisa bicara, jika Tuhan mempertemukan,” terangku sambil membuka laptop dan tidak lagi menghiraukan apa yang dikatakan Aries hingga akhirnya dia pergi.Sepeninggal Aries, aku terdiam menatap pintu yang kini telah tertutup rapat. Bayangan-bayangan mengenai Arnold bermain-main di dalam otak. Bagaimana lelaki yang dulu menghiasi hari-hari dengan keindahan kini mendengar namanya saja aku sudah sangat enggan. Apalagi jika harus bertemu dengan dia meski bukan lagi raganya.***“Non,” kata Mbok Nah di hari di mana aku baru saja kembali dari seorang psikiater, “ada Polisi di bawah ingin bertemu dengan Nona.”Polisi, sebuah instansi yang dalam mimpimu tidak ingin aku berurusan dengan mereka, tapi

    Last Updated : 2021-08-02

Latest chapter

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 15

    Dilema, itu yang aku rasakan saat ini, bagaimana tidak, satu sisi ingin pergi meninggalkan tempat yang menurutku adalah neraka, tapi di sisi lain ada seorang ibu yang memohon demi kelangsungan masa depannya. Bukan hanya soal perempuan tadi, tapi juga anak-anaknya yang masih kecil. Apakah aku harus belajar egois saat ini demi masa depan diri sendiri atau diam begitu saja?“Saya mohon, Nona,” katanya sambil menangkupkan tangan di depan dada bahkan kini dia sudah berlutut memohon belas kasihku. Aku kembali menatapnya sekilas dan kemudian menatap pintu yang masih tertutup. Melangkah atau tetap diam di sini?Sejenak aku menunduk memikirkan semuanya, masalah hidup yang jauh dari kata sedikit dan ringan selama ini membebani, aku mampu untuk berdiri di atas kakiku sendiri. Namun dia, seperti apa hidupnya sampai memohon hingga berlutut tanpa memikirkan lagi harga dirinya. Aku, apakah akan mampu berperilaku seperti itu jika hal berat menghampiri? Tentu sa

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 14

    “Ada apa, Non?” tanya seorang perempuan yang diperkirakan berusia sekitar 45 tahun. Aku tidak menjawabnya hanya memandang dengan kewaspadaan tinggi—khawatir jika dia berniat tidak baik. “Saya pembantunya Tuan Thomas.” “Saya tidak apa-apa, hanya mimpi buruk,” ucapku setelah yakin dengan jawaban yang dia berikan, “saya mau pulang!” Aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil blazer serta tas yang teronggok di atas meja rias. Perempuan yang tadi masuk berusaha untuk

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 13

    “Tidak bisakah kamu istirahat saja di sana tanpa harus mengusik hidupku lagi?” tanyaku yang baru tersadar akan kenangan itu saat sebuah panggilan masuk ke ponselku. “Gabriela di sini, ada yang bisa saya bantu?”“Kamu ke ruangan saya, sekarang!” Sebuah perintah yang tidak bisa ditawar dari sang bos yang entah kenapa memilih untuk menghubungi melalui ponsel pribadi daripada telepon kantor.Setelah menutup panggilan, aku mengambil file yang tadi diserahkan Pricilia sesaat sebelum istirahat. Setiap lembar aku periksa dengan teliti untuk memastikan tidak ada hal yang terlewat meski satu kata. Setelah yakin semuanya sempurna, aku langsung beranjak ke ruangan Mr. Thomas di lantai atas gedung.Sebuah pintu kayu besar kini ada di hadapanku dalam kondisi terbuka. Di dalam sana ada sepasang kekasih yang sedang memadu kasih, ingin beranjak dari tempat ini tapi tidak mungkin karena akan membuang waktu. Tetap berada di sini pun bu

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 12

    “Jelaskan, Gab!” desak Aries saat aku hanya bungkam mengenai maksud dari kata-kataku sebelumnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan, karena kenyataannya memang hanya di alam baka kami bisa bicara, jika Tuhan mempertemukan,” terangku sambil membuka laptop dan tidak lagi menghiraukan apa yang dikatakan Aries hingga akhirnya dia pergi.Sepeninggal Aries, aku terdiam menatap pintu yang kini telah tertutup rapat. Bayangan-bayangan mengenai Arnold bermain-main di dalam otak. Bagaimana lelaki yang dulu menghiasi hari-hari dengan keindahan kini mendengar namanya saja aku sudah sangat enggan. Apalagi jika harus bertemu dengan dia meski bukan lagi raganya.***“Non,” kata Mbok Nah di hari di mana aku baru saja kembali dari seorang psikiater, “ada Polisi di bawah ingin bertemu dengan Nona.”Polisi, sebuah instansi yang dalam mimpimu tidak ingin aku berurusan dengan mereka, tapi

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 11

    Suasana kantin siang ini sama seperti biasanya, ramai dan penuh dengan para karyawan yang sedang menyantap makan siang mereka sebagai bekal tenaga untuk kembali bekerja. Aku duduk berdua dengan Pricilia, dan obrolan kami seperti biasanya mengenai Aries. Bahasan mengenai lelaki yang satu itu tidak akan pernah ada habisnya jika bersama Pricilia. Mulai dari outfit yang dipakai hingga kegiatan Aries akan dia bicarakan secara detail, dan aku jelas sudah bosan membicarakan hal itu. Kenapa? Terlalu sering dan Aries sendiri tidak pernah merespons Pricilia padahal dia tahu kalau gadis itu menyukainya.Berulang kali aku sudah mengatakan kepada Pricilia mengenai perasaan laki-laki yang satu itu, tapi dia tidak peduli. Menurutnya, selama janur kuning belum melengkung maka masih bisa diusahakan. Padahal, mana ada janur kuning melengkung di kediaman mempelai laki-laki, Pricilia memang terkadang tidak beres pemikirannya. Namun, di balik sifatnya yang ceplas-ceplos dan terkadang sepert

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 10

    Aku menarik napas dalam saat tiba-tiba ponsel Mr. Thomas berbunyi, setidaknya kali ini terselamatkan dari pertanyaan yang sangat tidak penting. Mr. Thomas berlalu dari ruang rapat setelah menjawab teleponnya meninggalkanku seorang diri. Beberapa kali kuhirup napas dalam hanya agar diri ini sedikit lebih tenang. Sikap Mr. Thomas tadi membuatku sedikit takut, kilasan masa lalu pun kembali menyapa hingga membuat tubuh bergetar dan keringat mulai bercucuran.“Kenapa obat itu tidak berpengaruh apa-apa sekarang? “ tanyaku bermonolog. “Bukankah seharusnya membuatku lebih tenang dan bisa mengendalikan diri?”Kuremas kertas yang ada di hadapan tanpa peduli apakah itu bagian dari file penting atau hanya sebuah kertas biasa. Saat ini yang aku butuh kan adalah pelepasan dari semua keadaan yang menyelimuti diri. Aku terus meremasnya hingga terdengar suara robek tapi tidak dihiraukan. Rasa yang menyelimuti jiwa perlahan mulai membaik hingga akhirn

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 9

    “Non,” kata Mbok Nah membuatku kembali dari bayangan masa lalu yang indah tapi menjadi awal petaka dari semuanya. Hal yang seharusnya menghilang dari ingatan tapi sudah bertahun masih juga bersemayam dengan indahnya. “Ah, ada apa, Mbok?” tanyaku sambil melepaskan gantungan dari tempatnya semula. “Non melamun ya tadi?” tanya Mbok Nah dengan begitu perhatian. Perempuan berusia setengah abad itu memang sangat perhatian, tidak jarang dia memberlakukanku seperti anak kecil. Buatku, dia seperti ibu yang sesungguhnya jika dibanding mama. “Tidak apa, Mbok,” ucapku sambil tersenyum agar dia tidak lagi khawatir dengan keadaanku, “ini tolong dibuang ya, Mbok!” Membuang semua benda yang akan mengingatkan kepadanya adalah hal terbaik yang harus dilakukan. Aku sadar betul, semua yang terhubung dengan dia adalah sebuah petaka dan harus dienyahkan dari hidup. Dia yang menyuguhkan cinta begitu indah, tapi dia pula yang memberikan luka begitu dalam hing

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 8

    Mama, wanita yang sejatinya adalah orang yang akan selalu memberikan apa pun yang diinginkan anak-anaknya menjadi sebuah ketakutan tersendiri. Bagian dari masa lalu yang ingin dihindari tapi aku sepenuhnya sadar bahwa tidak akan bisa melakukannya. Mama masih menjadi orang masa kini dan akan selalu ada dalam hidup sekeras apa pun aku menghindar. Bertahun memutuskan tidak pulang, tapi wanita yang telah melahirkanku itu terus datang mengusik meski kadang hanya bertemu beberapa jam saja.Kuenyahkan semua pemikiran mengenai mama dan memilih untuk menatap mobil yang hampir lima tahun tidak kugunakan. Sejak kejadian itu, aku memang memilih untuk menggunakan kendaraan umum, daripada di tengah jalan semua masa lalu itu hadir hingga akhirnya menyebabkan kecelakaan. Baik jika hanya aku saja yang mati, bagaimana jika orang lain yang mati sedang aku selamat? Andai itu terjadi, maka seumur hidup aku tidak akan bisa memaafkan diri sendiri.“Non, mau ...,” kata

  • Tragedy of Love indonesia Version   Bab 7

    “Aku di mana?” tanyaku saat mulai membuka mata dan menyadari jika kini tidak berada di kamarku. Sebuah kamar bercat putih dengan beberapa pernak-pernik yang sangat feminin seperti gorden bergambar bunga, hiasan dinding yang juga bercorak bunga. Beberapa kali mengedarkan pandangan—melihat apakah ada orang di sini—tapi nihil karena tidak ada siapa pun selain diriku. Kubereskan rambut dan tempat tidur sebelum akhirnya melangkah ke luar kamar mencari sang pemilik kamar. Saat ke luar, terpampang sebuah rumah yang cukup mewah dengan interior bergaya classic, sangat berbeda dengan kamar yang begitu modern. Aku kembali mengedarkan pandangan tapi masih saja tidak menemukan siapa-siapa hingga akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai dasar rumah. Tangga kayu membentuk setengah lingkaran menjadi penghubung lantai dasar dan lantai dua rumah. Perlahan aku melewatinya bagai seorang pencuri yang takut ketahuan si empunya rumah. “Kamu tahukan siapa dia?” Terdengar suar

DMCA.com Protection Status