Chapter 82
***********
"Hi guys welcome back on mytube channel. Aku lagi ada di kedai mie terbaru yang namanya Mie ayam Mamamia. Sumpah enak banget loh."
Seorang selebgram kenalan dari Abi yang bernama Kania terus menerus mereka kegiatannya melalui kamera smartphone yang di genggam oleh asistennya. Dia berada di pembukaan kedai mie ayam milik Abi dan ibunya.
"Mie Ayam Mamamia"
Banner dengan aneka gambar mie ayam lengkap dengan bakso dan pangsit goreng maupun pangsit kuah itu terpampang di depan kedai tersebut.
"Nah, jangan lupa pada mampir sini ya. Jangan lupa juga follow akun aku
Chapter 83"Kamu mau bilang kalau itu anaknya …."Desi menganggukkan kepalanya lalu terucap sebuah nama yang sangat takut untuk Delina dengar."Abi, Mbak. Ini anaknya Abi," ucapnya.Mendadak dunia berputar bagi Delina. Namun, Nyonya Mia lah yang tak sadarkan diri seketika. Sementara Delina masih mencoba bertahan. Abi langsung menggotong ibunya menuju rumah."Kamu ikut saya!" pinta Delina menarik tangan Desi.Kedua perempuan itu saling bertatapan duduk satu meja. Jenny memberikan teh hangat pada Delina.
Chapter 84Hari itu, Delina pergi bersama ibunya ke pasar tradisional untuk menyiapkan bahan-bahan kedai mie ayam milik Abi dan Nyonya Mia. Pada saat dirinya hampir selesai dan hendak pulang, sebuah motor menyerempet Delina.Wanita yang sedang hamil dengan usia kandungan menginjak tiga belas minggi itu jatuh ke sekolah. Delina jatuh duduk dan perut bagian depan terbentur pagar dengan cukup kencang.Delina mengalami jatuh atau yang disebut dengantrauma, dan Ibu Susi langsung khawatir jika yang terjadi pada putrinya dapat menyebabkan keguguran. Risikonya sangat dipengaruhi oleh usia kehamilan dan tingkat keparahan kecelakaan.Di tengah para warga sekitar pasar yang berkerumun itu, Ibu Susi meminta dipanggilkan ambulans. Sebuah mobil sedan yaris melintas. Seorang pria turun dari dalamnya."Ibnu?" Bu Susi men
Chapter 85Keesokan harinya, Delina pulang. Nyonya Mia dan Ibu Susi sangat khawatir pada keadaannya. Mereka juga khawatir pada keadaan Abi. Pria itu terus mengurung diri di kamar dan belum juga mau makan.Delina masuk ke kamar dan membuka tirai jendela tersebut. Abi terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang langsung mengenai tubuh dan matanya membuat ia harus mengerjap beberapa saat.Mata setengah ngantuknya menangkap siluet seorang wanita yang tangannya tengah bersedekap di dekat jendela. Tubuh wanita itu bersandar ke dinding. Tubuh itu gemulai, parasnya cantik, terlihat begitu segar dengan balutan dress sebawah lutut warna hijau muda dengan motif garis vertikal putih berlengan panjang. Kaki kecil itu melangkah mendekat, senyuman terukir di bibir Abi.
Chapter 86Delina bertemu Abi di sebuah minimarket. Pertemuan yang tak sengaja itu berlanjut ke sebuah meja makan di salah satu rumah makan."Bagaimana persiapan pernikahan mu?" tanya Abi."Hah? Aku menikah? Dengan siapa?" Delina berjengit saat menunjuk dirinya sendiri."Ibnu datang ke padaku dan meminta izin padaku untuk menikahimu.""Oh, begitu rupanya. Aku sendiri belum menerimanya sih. Lalu bagaimana dengan pernikahanmu?" tanya Delina."Hmmm … minggu depan. Aku akan menikahinya minggu depan sesuai maumu. Tapi jika bayi itu lahir dan tes DNA kami tidak cocok, maka aku akan menceraikannya.
Chapter 87Delina tinggal bersama ibunya. Dia menumpang di rumah bertipe 36/70 yang disewa oleh Ibnu. Sebenarnya dia menyesal dalam hati, kenapa ia tak mencari sebuah kontrakan kecil saja? Tapi, dirinya sadar karena keterbatasan uang.Dirinya juga masih tak mengerti, kenapa ia malah bertumpu pada Ibnu? Harusnya ia segera mandiri. Tapi ibunya bilang dia akan segera menikah dengan Ibnu dan sebentar lagi mereka akan tinggal bersama.Delina teringat malam saat dia pertama kali kabur dari rumah. Dia menunggu Pak Indra di sebuah kafe. Kopi di cangkir sudah habis, dia kembali memesan kopi pada pelayan. Sudah dua cangkir kopi yang ia teguk, sampai kapan dirinya bertahan di sini?Delina melirik arloji yang menghiasi lengan kirinya, baru pukul delapan malam. Berarti sudah dua jam ia duduk di sana tanpa melakukan apapun. Haruskah ia pulang ke apartemen
Chapter 88"Aku sedang berusaha untuk melupakan cinta, dan aku sedang berusaha untuk menjadi wanita pemaaf. Bagaimanapun juga wanita itu tidak salah. Yang salah hanyalah takdir dan keadaan," jawab Delina tersenyum kecil."Kenapa kau sekarang menyalahkan takdir? Kenapa kau tak percaya padaku? Bukan aku yang menghamili wanita itu," ucap Abi masih berusaha keras membela diri."Aku tak akan pernah menceraikan mu, hingga nanti kita punya anak lagi, dan sampai kapanpun juga," kata Abi ikut tersenyum."Jadi, apa kau mengabulkan keinginanku?" tanya Delina."Sulit sekali, tapi aku akan berusaha jika memang itu maumu," jawab Abi.
Chapter 89Delina sampai di lantai dua puluh. Semua karyawan tampak berbeda. Sepertinya semua karyawan yang berada di bawah naungan We Coorporation sudah digantikan dengan karyawan lain.Delina masuk menuju meja resepsionis, menanyakan ruangan Ibnu dan memperkenalkan diri sebagai teman dekat pria itu. Wanita itu akhirnya sampai di sebuah ruangan, ruangan yang dipakai saat dia bekerja dulu bersama Abi.Ruangan besar itu masih terlihat sepi, seperti tak ada kehidupan di lantai tersebut. Delina mengetuk pintu ruangan itu sebelum dia masuk. Sesuatu yang menjadi kebiasaan meski tak ada sahutan yang menjawab."Maaf, Anda siapanya Bos Ibnu, ya?" tanya seorang pria gemulai yang terlihat tampan tetapi sifatnya seperti peremp
Chapter 90Hari itu, Delina dan Abi kembali bersama tanpa ada gangguan. Ibu Susi juga meminta maaf pada Nyonya Mia. Tetapi, Nyonya Mia yang malah menangis meminta maaf pada ibunya Delina.Hari itu, Abi yang sudah berubah menjadi bos yang lebih baik dan mendapatkan kembali harta miliknya setelah Ibnu di penjara, dia mengadakan jamuan pertemuan dengan rekan bisnisnya. Saat menuju pulang, pria itu mengalami kecelakaan bersama Indra. Saat mereka pulang dari pertemuan dengan rekan bisnis pukul dua siang. Kecelakaan terjadi karena ada pengguna jalan yang lalai dan tiba-tiba menyebrang, Indra terpaksa banting stir sampai menabrak tiang listrik.Mendapat telepon dari rumah sakit, Delina, Nyonya Mia, dan Ibu Susi langsung menuju rumah sakit bersama. Mereka sangat kh