Fajar menyingsing. Sinarnya tegas menghangatkan bumi. Sedikit memanas di setiap detiknya. Kiranya, musim panas membawa banyak perubahan untuk London. Tak ada lagi yang akan kedinginan. Suhu memanas, menghangatkan hingga membakar kulit orang-orang yang beraktivitas tanpa pelindung yang tepat di luar ruangan.
Alexa mencintai suasana ini. Terang, sinar sang surya menerpa masuk menembus jendela kaca besar ruangannya. Teknologi Puncak Camaraderie dimatikan, sebab jika pagi menjelang siang begini, cahaya indah di puncak Camaraderie tak akan benar-benar bisa menyayangi agungnya sang surya.
Di sebuah sudut ruangan, seorang pria tampan datang bersama perlengkapan kerja yang memadai. Khas seorang pengacara kalau sedang menemui kliennya. Sejak kemarin, tepat saat Alexa dibebaskan, Harry belum menyapa, juga belum datang untuk memberikan ucapan yang tepat. Selamat juga meminta maaf. Dirinya menjadi korban utama dari kejahilan milik Harry Tyler Lim.
"Awak media menunggumu di
Shan Entertainment, gedung hiburan terbesar di London dengan reputasi berbaik. Membawa banyak bintang-bintang besar yang membanggakan. Semua yang berlabel Shan Entertainment adalah orang-orang berhasil yang tak pernah mengecewakan. Di sini, katanya semua mimpi dan harapan dibangun, masa depan ditata dengan baik dan benar. Tak ada yang gagal kalau sudah ada di bawah naungan Shan Entertainment"Nona Xena ...." Seorang pegawai memanggilnya. Seorang wanita cantik menoleh, mengarahkan pandangan matanya pada orang yang baru saja datang dan mengetuk pintu kayu yang sengaja di buka separuhnya untuk membiarkan cahaya dan udara masuk ke dalam ruangan."Ada yang ingin bertemu dengan Anda," tuturnya dengan nada ringan. Tersenyum pada wanita yang hanya menganggukkan kepalanya ringan. Tak ada suara, diam membisu adalah respon yang diberikan oleh wanita muda itu. Anggukan kepala ringan datang kemudian. "Bolehkah dia masuk?""Tentu saja boleh ...." Seorang pria menyela. Membuat
"She is your mother, Alexa!" Suara berat itu akhirnya meninggi. Ia tak sanggup lagi dengan pemikiran bodoh sang putri. Selama ini, Alexa terlalu bodoh dalam menyimpulkan keadaan. Putrinya terlalu egois dan terburu-buru, ia bisa benar-benar menjadi dewasa."Dia adalah ibumu, Alexa," ulang Mr. Aric dengan nada melirih. Kedua tangan itu meraih pundak sang putri. Mencoba untuk membawa tubuh Alexa mendekat padanya. Ia ingin kedamaian, dirinya pun yakin, bahwa Alexa juga begitu. Impian sang putri hanyalah menjalankan gedung ini dengan damai dan tenang. Tak ada yang menghalanginya, itulah yang diidamkan oleh seorang Sherina Alexander Lansonia selama ini."Suruh pria itu keluar dan kita berbicara empat mata," ucapnya memohon. Ia melirik ke arah Harry yang masih menonton semua ini dengan bisu. Dirinya enggan berbuat apapun sekarang. Jujur saja, dirinya penasaran seperti apa Mr. Aric yang digadang-gadang oleh pamannya adalah pria yang baik yang
Laju mobil tegas membelah padatnya jalanan kota. Membawa tubuh seorang wanita cantik yang baru saja keluar dari dalam bangunan kantornya. Ia membenci suasana di sana, selepas mengusir sang ayahanda dengan kasarnya, Alexa pun enggan berbicara pada Harry. Meksipun pria jangkung itu terus saja mencoba untuk menghentikan langkah kakinya, tetapi percayalah, Alexa benar-benar malas untuk bersua dengan siapapun selepas sang ayah menghancurkan mood baiknya. Pria tua bangka itu memang kadang menyebalkan, ingin rasanya, ia menghancurkan pria itu berkeping-keping dan lebur hingga tak berbentuk. Namun, kembali lagi, Mr. Aric Joy adalah ayah kandungnya. Ia juga yang masih memegang kendali penuh dari Joy Group. Jika pria itu hancur, maka Joy Holding's Company pun lambat laun akan begitu, sebab hampir 50 persen, relasi dan kolega milik perusahaannya berasal dari Joy Group."Rumahmu sudah siap, Nona." Mr. Chloe menyela hening. Tak ada musik yang dimainkan. Alexa melarang
Sebuah bingkai foto indah dan rapi membungkus sebuah rekam gambar yang cukup menyita perhatian Alexa sejak tadi. Wanita muda itu enggan menatap ke arah lain selepas Liana mengijinkan Alexa untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Liana menolak untuk menjamu Alexa di taman kecil sisi rumahnya. Kata Liana, tak pantas jika tamu datang ke rumah tak diajak masuk dan tak diberi jamuan yang pas. Kiranya, harus benar-benar menjadikan tamu sebagai raja."Itu suamiku, Nona." Liana menyela keheningan. Bahkan sampai sekarang, ia belum punya waktu yang tepat untuk bertanya siapa wanita cantik yang datang dengan buah tangan yang membuat dirinya tercengang. Tak ada tamu yang datang dengan membawa barang semahal itu. "Kalau putra kecil itu adalah anak kandungku," imbuhnya lagi. Ia berjalan mendekat ke arah Alexa sembari membawa nampan berisi teh herbal untuk tamunya."Ngomong-ngomong, kau datang untuk mencari suamiku?" tanyanya dengan lembut sembari meletakkan satu persatu jamuan yang dit
Aku tak bisa menerima pemberianmu, Nona.." Ia menyerahkan kembali buah tangan yang diberikan oleh Alexa. "Apapun tujuanmu, aku tak bisa menerimanya."Alexa tersenyum aneh. "Aku tak ingin menyogok dirimu dengan ini, Mrs. Liana. Aku hanya ingin memberi tahu padamu bahwa aku adalah gadis yang baik. Bukan gadis jahat seperti apa yang ada di dalam cerita suami," pungkasnya menutup kalimat. Ia membuat Liana menaikkan pandangan dan menatap ke arahnya."Apa yang kau maksudkan, Nona Alexa?" tanya Liana sembari mengerutkan dahinya. Kepribadian wanita ini jauh lebih dari dugaannya. Benar kata sang suami, Alexa adalah wanita yang sulit untuk ditebak."Apa yang kau ketahui tentang diriku? Apapun itu pasti hanya hal buruk saja, bukan?" tanyanya berkelit, enggan untuk menuju pada poin pembicaraan mereka. Alexa ingin menikmati semua kunjungan ini. Toh juga, belum tentu kalau ia datang lagi, Liana akan memberikan celah dan membukakan pintu lalu mengijinkan dirinya masuk ke dalam
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka