Tempat yang asing untuk Ace Brancroft. Ia melangkahkan kakinya dengan sedikit ragu sesekali berhenti dan memastikan bahwa jalannya sudah benar sekarang ini. Untuk pertama kalinya ia datang ke dalam bangunan Joy Holding's Company dan memasuki area pribadi milik para black worker yang bekerja di bawah bangunan Joy Holding's Company. Harry menepati janjinya. Ia mendapatkan akses dari Alexa untuk masuk dan mengendalikan black worker jika diperlakukan untuk membantunya keluar dari dalam penjara. Kalau sudah selesai kasus ini, maka Alexa akan kembali mencabut akses itu. Sebab tak semua bisa mendapatkan anugerah sebesar ini. Black worker adalah tempat rahasia yang hanya bolah didatangi oleh orang-orang tertentu saja.
"Mencari seseorang?" tanya seorang pria tua yang baru saja datang dari bilik yang ada di sisinya. Jujur saja, Ace tak menyangka kalau tempat bahwa tanah ini memiliki area yang cukup luas juga bangunan bilik ruangan yang lumayan banyak. Kiranya ia mulai mengerti mengapa
"Nona Zia, ada yang ingin bertemu denganmu." Kalimat itu menjadi pemecah fokus untuk gadis yang baru saja mengambil minuman kaleng di dalam mesin minuman yang ada di sudut ruangan. Ia menatap ke arah pria tua yang berdiri di ambang pintu utama. Mencoba untuk mencari tahu siapa yang datang mencarinya.Alexa? Tidak, jika pun wanita itu keluar dari penjara lebih cepat dari dugaan, maka ia tak perlu meminta ijin kepala tim untuk datang menemuinya sekarang ini. Begitu juga dengan Mr. Chloe. Ia punya wewenang penuh untuk keluar masuk dan menemui siapapun yang dibutuhkan di dalam ruangan ini.Zia mengambil dua minuman kaleng yang datang dari dalam mesin minuman. Bukan ingin menyuguhkan itu pada si tamu yang entah siapa gerangan, itulah kebiasannya. Kalau hanya satu kaleng soda, tak akan benar-benar bisa melegakan tenggorokannya yang kering kerontang."Kau bisa berbicara dengannya dan meninggalkan pekerjaanmu sejenak. Nona Alexa yang memberikan pria ini akses untuk masu
Zia tertawa lepas. Ia menarik kasar kursi yang ada di depannya lalu kembali duduk dengan kasar. Pandang mata ia tujukan pada pria yang ada di depannya saat ini. Jujur saja, Zia masih tak bisa mengerti dengan jalan pikiran pria tampan yang ada di depannya itu. Bertahun-tahun lamanya sudah, tetapi Ace Brancroft masih saja bodoh dengan pemikiran konyolnya itu. Zia tak bisa bersama dengan pria yang punya alur juga jalan pikiran yang berbeda dengannya seperti ini."Jika kau merindukanku, mengapa tak mencariku? Sudah nyaman dengan Harry Tyler Lim?" tanyanya sembari tersenyum seringai. Ia terus saja menatap pria yang ada di depannya saat ini. Sesekali dirinya mendengus untuk Ace. Ingin marah, ingin memaki habis-habisan, itulah yang dulu direncanakan oleh Zia Eleanor kala dirinya diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan pria yang dulu sempat mencuri hatinya ini. Namun, naas! Ia hanya bisa terus merengek bak bocah sok kuat dengan memberikan kalimat tegas bernada tinggi. Zia masih t
"Alexa pergi ke luar negeri tanpa ada catatan penerbangan yang resmi?" Wanita tua itu memutar tubuhnya. Ia menatap pria dengan keadaan wajah yang sudah tak sehat lagi. Mr. Chloe ditangkap oleh anak buah milik Nyonya Lucy Samantha. Ia tak mau mengaku dimana perginya Alexa dua hari terakhir ini. Benar-benar hilang! Tak ada catatan apapun yang ada di dalam aktivitas kerja milik wanita muda itu. Selepas membuat konferensi pers mendadak dengan menggunakan topeng terbaik, Alexa menghilang begitu saja. Bahkan ponselnya dimatikan dan tak ada titik lokasi yang bisa membuat Nyonya Lucy Samantha melacak keberadaan anak tirinya.Hanya Mr. Chloe yang selalu wara-wiri juga keluar masuk bangunan Joy Holding's Company. Jika pun, Alexa benar-benar berangkat ke luar negeri, pasti pria itu akan mengekorinya. Alexa tak bisa benar-benar pergi dan mengurus semuanya sendirian. Toh juga, Harry Tyler Lim ada di London saat ini."Kau pikir aku akan percaya dengan kebohongan itu, Mr. Chloe?" Kem
Harry adalah penyelamat untuk Mr. Chloe sekarang ini. Untung saja pria itu melihat Mr. Chloe berjalan tergopoh-gopoh tanpa alas kaki yang membalut jari jemarinya. Pria itu berjalan di tepi jalan yang sepi dengan aspal panas yang menjadi alas pijakannya. Suhu di London kalau siang hari tepat di musim panas datang tak pernah mau diajak bersahabat. Mentari yang menurunkan sinarnya di tengah hari, sungguh keterlaluan kadang kala. Seakan-akan tak lagi hanya ingin membuat bumi menjadi lebih terang dan cerah dari malam hari, raja siang yang datang memanggang semua komponen yang ada di bawahnya saat ini. Ingin membakar sampai hangus kiranya."Kita terlalu banyak tamu belakangan ini, Harry!" Seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu mulai memprotes kala tahu siapa yang sedang duduk dan menyandarkan tubuhnya ke belakang sembari sesekali mengerang merasakan tubuhnya yang tak hanya panas, tetapi juga perih dan sakit. Lukanya tak kunjung mendapat obat. Har
"Aku berharap banyak padamu, Harry. Hanya ini yang bisa aku katakan sekarang. Aku terlalu menyayangi Nona Alexa seperti diriku menyayangi putriku sendiri meksipun aku belum menikah," tuturnya dengan lembut. Ia melirik pria yang ada di sisinya saat ini. Mencoba untuk bersahabat dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Mr. Chloe tak bisa berbuat banyak. Ia tak bisa langsung pergi menemui Alexa sekarang ini. Alasannya hanya ada dua, pertama Nyonya Lucy Samantha pasti akan mengirimkan anak buah untuk mengikuti dan mengawasinya sekarang ini. Kedua, ia tak bisa bertemu dengan Alexa dalam keadaan yang mengenaskan. Wanita itu pasti akan berbuat nekat kalau tahu Nyonya Lucy Samantha sudah melukai wajah dan menyiksa tubuh tua milik Mr. Chloe. Ia tak akan tinggal diam dan tak akan menerima semua perlakuan ini begitu saja. Mr. Chloe mengenal baik siapa itu Sherina Alexander Lansonia. "Jujur saja, Mr. Chloe. Awal kali aku mengira kau jatuh cinta pada bosmu sendiri. Aku mengi
Kicauan burung gereja membelah kesunyian pagi. Cahaya kuning keemasan dari sang mentari mulai merambah masuk ke dalam celah bangunan yang rapat oleh tembok-tembok besar nan kokoh. Sinarnya datang menandingi cahaya kuning dari lampu yang berada di bawah string gantung tua nan kotor itu. Alexa duduk dengan pandangan mata yang tajam. Ia tak berkedip selepas si sipir penjara meninggalkan dirinya di ruang interogasi. Sebuah baca besar dua arah menjadi fokus untuk mata bulatnya itu. Sedikit kesal, sebab Mr. Chloe tak bisa dihubungi. Namun, mau bagaimana lagi? Pria itu pasti sibuk dengan urusannya di luar sana. Mengurus Joy Holding's Company seorang diri bukankah hal yang mudah. Ditambah, ia pasti harus menjawab ribuan pertanyaan dari orang-orang yang menyadari bahwa Alexa tak terlihat selama beberapa hari terakhir. Kiranya jawaban dengan mengatakan bahwa Alexa pergi ke luar negeri tanpa ada catatan yang jelas, pasti tak akan bisa membungkam media begitu saja. Orang-orang yang harus akan i
"Kau mengancam diriku, Mate?" Alexa kembali menampilkan senyum yang mengerikan. Perlahan-lahan jari jemarinya mulai mengepal seiring dengan pandangan mata yang terus saja kokoh menatap pria jangkung di depannya itu.Mate kembali memakai penutup matanya. Ia masih diam enggan untuk berucap sepatah katapun untuk saat ini. Alexa benar-benar tak berubah. Tatapan mata itu tetap sama. Hanya penuh dengan kebencian dan amarah yang membara di dalam dirinya. Perihal kematian sang ibunda, tentunya."Alice sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku turut berduka cita atas kematian kakakmu, Alexa." Pria itu berbasa-basi. Tak mau langsung pergi pada pointnya. Terus saja mencoba untuk mencuri segala emosi yang dipunyai oleh Alexa. Ia ingin wanita di depannya itu mulai mengamuk."Kau masih dendam dengan apa yang dilakukan oleh Alice pada ibu kandung kalian? Aku bisa membuka kasus itu kembali jika kau memenuhi syaratku," ucapnya tiba-tiba. Mencoba membuat penawaran bagus untuk pria yan
"Terus selidiki apapun yang berhubungan dengan Mr. Mate sampai sidang dua hari lagi digelar. Aku harus tahu semuanya tentang musuhku." Pria itu menepuk ringan pundak Ace. Ia tersenyum tipis lalu memutar tubuh dan berjalan menjauh dari hadapan pria yang sudah bertahun-tahun menemani hidupnya itu. Jika saja Ace adalah seorang wanita, mungkin saja Harry sudah menikahinya."Kau mau pergi ke suatu tempat sekarang?" tanya Ace menyela langkah kaki pria yang baru saja ingin meninggalkan dirinya. Harry kembali dipaksa untuk berbalik badan dan kembali menatap paras tampan milik Ace.Untuk"Menemui Dion Julio," sahutnya dengan tegas. Ia tersenyum ringan pada pria yang mulai mengerutkan dahinya."Untuk apa? Kalian akan menjadi musuh nantinya."Harry diam sejenak. Ia menarik sisi bibirnya untuk mengembangkan senyum ringan penuh makna. Di balik mata itu, Ace bisa membaca arti dan maknanya dengan benar. "Janga