Namanya Xena Alodie Shan. Pemilik gedung tertinggi yang bergerak di bidang hiburan dan entertainment. Ia adalah wanita yang cantik. Parasnya memukau dengan sepasang mata indah berbentuk hooded eyes yang rapi duduk di bawah sepasang alis cokelat tua yang apik melengkung bak pelangi di atas langit selepas hujan turun menghantam bumi. Bibirnya ranum. Merah menyala sebab polesan lipstik di atasnya terlalu tebal untuk memberi penekanan. Tubuh Xena tinggi menjulang. Berbentuk bak biola di sebuah akademi musik yang menarik. Suaranya lembut. Namun, kalau didengar lebih baik lagi ia akan terkesan lebih tajam dari wanita biasanya. Pembawaan yang tenang. Langkah kaki yang anggun dan pandai menguasai suasana di sekitarnya. Mata dunia tertuju pada wanita setara usia dengan Alexa ini. Menyanjung Xena dengan terus mengelu-elukan kecantikan dan kesuksesan wanita satu itu.
Xena bukan tipe wanita seperti Alexa. Ia lebih berhati-hati dalam mengulurkan tangannya. Katakan saja derajat wanitanya le
"Jaga bicaramu, Nona Alexa. Banyak mata yang sedang melihat kita. Aku tidak seperti dirimu yang bisa menyingkirkan semua hama dengan cara menginjaknya sampai mati." Xena mendorong tubuh ramping milik lawan bicaranya. Tersenyum tipis seakan sedang memberi hinaan untuk penampilan Alexa malam ini.Sepersekian detik berlalu. Suasana hening terpecah kala kerumunan wartawan dan awak media datang menyambangi keduanya. Mulai menyalakan lensa kamera, mendekatkan alat perekam suara pada dua wanita yang masih diam sembari saling melempar tatapan satu sama lain. Pertanyaan demi pertanyaan mulai menghujani Xena. Sesekali tertuju pada Alexa yang masih kokoh dalam diamnya. Ia mengabaikan fakta bahwa penampilannya benar-benar tak senonoh untuk seorang Sherina Alexander Lansonia malam ini. Gaun tidur ini memang mahal. Harganya fantatis sebab dijahit langsung oleh tangan-tangan desainer ternama. Namun, tetap saja. Ini adalah gaun tidur bukan gaun bergemerlap dengan manik dan berlian di at
"Kalau tak bisa mempercayai diriku mengapa mau datang dan menjadi pengacaraku?" Suara itu memecah alunan musik yang samar berdendang mengiringi setiap aktivitas kecil yang ada di dalam ruangan ini. Alexa menghela napasnya. Harry menyeret dirinya masuk ke dalam tempat yang begitu asing untuk Alexa. Bukan penjara bawah tanah, bukan juga tempat gelap di sisi lorong jembatan besar Kota London. Tempat ini wajar. Bagi orang-orang yang sedang menyantap makanan khas olahan ikan ini pasti lah tempat yang dibangun di salah satu sisi jalanan Kota London ini adalah surga bagi rasa laparnya. Namun, Alexa tak demikian. Ini terasa asing dan aneh. Dirinya tak pernah datang ke tempat seperti ini apalagi duduk bersama seorang pria dengan penampilan aneh dan tak layak untuk dipandang.Katakan saja, Alexa selalu datang di tempat mewah dengan harga cocktail dan red wine yang fantastis. Alunan biola alih-alih piringan hitam dari mesin kuno seperti itu. Lampu yang menggantung tak terbuat dari
Pagi datang. Sinar sang surya mulai merambah masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Suasana khas pagi yang sepi, hanya ada tubuh gadis yang menguasai satu ranjang besar di tengah ruang kamar. Ia menggeliat kasar. Sigap tangannya menyembul keluar selepas dering alarm digital masuk ke dalam lubang telinganya. Kasar selimut itu turun. Bersama dengan tubuhnya yang mulai bangkit menatap langit-langit kamar mewahnya. Alexa lelah, tak benar-benar ia memuaskan dirinya kemarin malam. Harry menghantar wanita itu tepat pukul sebelas malam. Larut datang dengan suasana sepi yang mencekam. Alexa adalah wanita yang tahu aturan, ia menawarkan Harry untuk menginap sebab malam yang larut dan pria itu tak bisa mengemudi di dalam keadaan kantuk yang mulai menyerang dirinya. Harry menolak. Katanya ia akan mampir ke rumah teman hingga nanti tengah malam. Alexa tak bisa banyak menolak. Semua murni keputusan dari pria jangkung bermantel tebal itu."Good morning, Nona Ale
Tuan Gill Ambrosius. Pria tua berusia akhir kepala empat yang akan menjadi kakak iparnya jikalau Alice benar-benar meresmikan hubungannya di atas altar pernikahan. Pria ini memang tampan jikalau dilihat dengan benar. Di usianya yang semakin tua, tak ada satu pun komponen di atas fisiknya yang termakan oleh usia. Tubuhnya sedikit gempal berisi, membuatnya terkesan jangkung dan kekar. Ia pandai mengenakan setelan jas yang melekat di atas tubuh tuanya itu hingga terlihat begitu rapi dan mempesona. Wajahnya tak menua, meskipun dirinya hanyalah manusia biasa berwatak iblis dari neraka terdalam tempat penghakiman para anak Tuhan yang membangkang. Tuan Gill bisa dikatakan mirip dengan putranya, ah tidak! Namun, Luis Ambrosius lah yang terlihat begitu mirip dengan sang ayahanda. Mungkin Luis adalah representasi dari Tuan Gill kala muda. Tubuhnya kekar dan sehat dengan wajah tampan yang mempesona.Di London, hampir semua mengenal Tuan Gill. Ia adalah rajanya kuliner. Semua makana
Shan Entertainment adalah gedung hiburan terbesar di Britania Raya. Tempat ini dibangun begitu megah dan mewah. Tingginya menjulang. Hampir menyamai puncak Camaraderie kalau ada pembangunan lanjutan setinggi lima lantai lagi. Di tempat ini semua berkumpul untuk menjemput impian mereka masing-masing. Sebuah slogan besar terpampang nyata di atas pintu masuk. Setiap orang yang membacanya akan tertarik dan terperangah tak percaya. Shan Entertainment akan mendukung mimpimu dan menjadikannya sebagai bagian dari masa depanmu. Semua ingin datang dan bergabung menjemput impiannya di tempat ini!Surga dunia bagi para pemuda. Menjadi seorang publik figur yang dikenal baik oleh khayalak umum. Semua yang datang dan menjadi bagian dari Shan Entertainment tak akan pernah merasa kecewa. Karier mereka akan melejit tinggi. Naik daun bisa diraih dalam sekejap mata. Nama Shan Entertainment bukan hanya familiar untuk wilayah Britania Raya, tetapi juga untuk turis asing dari berbagai macam negara.
"Tuan Shan yang aku kenal tak menyukai pengkhianatan. Ia akan menyingkirkan hama kotor dan murahan seperti itu, bukan?" paparnya berbisik.Ia menarik kembali wajahnya. Menjauh dadi telinga pria tua yang mulai meliriknya tajam. Memang, Shan Entertainment adalah representasi bentuk kasih sayang sang ayahanda kepada dirinya. Namun, pria itu tak benar-benar ingin memberikan Shan Entertainment untuk digenggam oleh Xena. Pria itu selalu mengulur waktu. Ia tak kunjung mundur dan melepas jabatannya. Xena memang pemimpin Shan Entertainment yang diakui oleh dunia. Kedudukannya tak kalah terhormat dari Sherina Alexander Lansonia. Akan tetapi, dirinya bukan pemilik sah gedung ini. Sebelum pria tua berambut abu ini meninggal, Shan Entertainment tak akan benar-benar jatuh ke tangannya.Membunuh sang ayahanda? Tidak, Xena bukan Alexa. Ia memang membenci keegoisan pria tua berbadan sedikit gempal itu. Namun, Tuan Shan tetaplah ayah kandungnya. Xena memang bisa menyuruh seorang pem
Sepasang Stiletto berwarna merah tua dengan ujung meruncing kini tegas menapaki satu persatu ubin bersih yang samar memantulkan bayangan tubuhnya. Wanita dengan setelan kemeja must have item yang apik di padukan celana panjang yang menampilkan kaki jenjangnya mulai mengarahkan pandangannya menatap suasana luar bangunan Shan Entertainment yang dipenuhinya oleh para awak media. Kiranya mereka ingin mendapat berita hangat tentang Mr. Joe pagi ini. Entah berita baik ataupun sebuah kabar duka dengan menyebutkan bahwa seseorang sudah menemukan jenazah pria malang itu. Mata dunia sedang memandang ke arah Shan Entertainment. Menunggu sebuah perkembangan perihal kasus yang sedang menjeratnya sekarang ini."Beri mereka satu kabar dan suruh mereka pergi dari bangunanku. Hari ini aku terlalu sibuk untuk meladeni tikus-tikus lapar itu." Xena menyela langkahnya. Ia melirik pintu masuk dengan sekat kaca buram yang menampilkan orang-orang asing sedang berjajar di depan sana. Ia menungg
"Xena yang membunuh Mr. Joe?" Suara itu lantang menggema di ruangan. Memberi kesan betapa terkejutnya wanita cantik berbalut gaun merah paham dengan beberapa aksesoris pendukung yang mempercantik penampilannya siang ini. Alexa menatap langit-langit ruangannya. Menghela napasnya kasar sembari sesekali berdecak untuk mengekpresikan betapa anehnya keadaan yang sedang terjadi di sekitarnya sekarang ini. Ia akan menerima fakta jika seseorang pejabat kaya pemegang saham terbesar di bangunan tinggi pencakar langit yang menghabisi nyawa Mr. Joe. Pria itu licik, jadi ia pantas mendapatkan ganjarannya. Terkadang bukan Tuhan yang memberikan sanksi paling besar, akan tetapi seorang pendosa lainnya."Itu kata Harry?" Seseorang menyela dirinya. Melirik Alexa yang terus saja tersenyum aneh untuk menanggapi kalimat itu. Ia belum bisa mengerti keadaannya. Semua terjadi begitu cepat dan mengubah semua situasi hanya dalam waktu satu malam saja. Mr. Joe menghilang. Ia tak bisa ditemukan kab