Di sebuah butik mewah, Alexa tengah memilih pakaian dengan wajah yang terlihat lebih cerah dari biasanya. Bukan karena suasana hatinya yang benar-benar baik, melainkan karena harapan yang mulai tumbuh di hatinya. Ia berpikir tentang masa depannya dengan Kevin, suaminya yang dingin dan selalu mengedepankan kepentingan keluarga dan nama baiknya. Meski Kevin tak pernah benar-benar mencintainya, Alexa berusaha menjadi istri yang baik, bahkan bersedia mencoba untuk hamil demi memenuhi keinginan Kevin.Di saat ia sedang sibuk memilih gaun hamil, seseorang yang tak asing muncul di hadapannya. Nora. Wanita itu melangkah masuk dengan senyum sinis terpampang di wajahnya. Tanpa basa-basi, Nora mendekati Alexa dengan tatapan tajam."Oh, kamu di sini, Alexa," kata Nora dengan nada penuh ejekan. "Sibuk belanja untuk menjadi istri yang sempurna bagi Kevin, ya?"Alexa hanya mengangkat alisnya, menatap Nora tanpa berkata apa-apa. Ia tahu, Nora pasti datang untuk mencari masalah, seperti biasa."Aku in
Setelah meninggalkan butik, Nora segera menuju ke mobilnya dengan langkah cepat. Amarahnya belum mereda, dan ia tahu bahwa ada satu cara untuk memenangkan pertempuran ini: memutarbalikkan fakta di depan Kevin. Setelah masuk ke mobil, Nora segera menelepon Kevin. “Kevin, aku baru saja bertemu dengan Alexa,” katanya, dengan suara gemetar seolah-olah dia sangat terguncang. “Aku datang dengan niat baik, ingin berbicara secara jujur dengannya tentang kehamilanku, tapi dia... dia sangat kejam.”Kevin, yang sedang sibuk dengan pekerjaannya di kantor, langsung merasa terganggu mendengar nada suara Nora. “Apa maksudmu, Nora?” tanyanya, dengan nada tajam. “Apa yang dikatakan Alexa?”Nora menarik napas panjang, memaksakan suara isaknya agar terdengar meyakinkan. “Dia mengejekku, Kevin. Dia bilang kau hanya akan mengambil bayiku dan membuangku begitu saja. Dia menghinaku, menyebutku wanita murahan yang hanya menjadi alat permainanmu.”Kevin mendengar dengan seksama, dan wajahnya mulai berubah. “
Setelah malam yang penuh ketegangan, Alexa sulit tidur. Perasaan kecewa dan marah terhadap Kevin terus menghantui pikirannya. Ia merasa bahwa dirinya sudah melakukan semua yang bisa ia lakukan untuk menjaga pernikahannya, namun Kevin tampaknya lebih memilih untuk percaya pada Nora, wanita yang selalu mencoba memisahkan mereka. Ia harus mencari cara untuk mengungkap kebenaran. Keesokan harinya, Alexa memutuskan untuk pergi ke kafe favoritnya, tempat ia bisa menenangkan diri. Sambil meminum secangkir kopi, ia mencoba memikirkan langkah selanjutnya. Ia tahu bahwa dia harus menemukan bukti bahwa Nora hanya mempermainkan mereka semua.Tiba-tiba, mata Alexa tertumbuk pada pemandangan yang tidak pernah ia duga. Di sudut kafe, di sebuah meja tersembunyi, ia melihat Nora sedang berbicara dengan seorang pria yang tampak akrab. Alexa memperhatikan lebih dekat, menyipitkan mata untuk memastikan bahwa yang ia lihat benar. Pria itu adalah Alex, seorang pria yang ia kenal sebagai teman dekat Kevin,
Di sudut sebuah kafe yang sepi, Nora dan Alex duduk berhadap-hadapan. Wajah Alex tampak tegang, sementara Nora memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Alex menatapnya tajam, mencari jawaban di balik ekspresi datar yang Nora coba tunjukkan.“Nora, kau harus berhenti bermain-main,” ujar Alex akhirnya, memecah keheningan dengan nada frustrasi. “Sampai kapan kau berencana menyembunyikan ini Kevin? Kau bilang ingin memutuskan semuanya denganku, tapi kau malah memanipulasi Kevin dengan kebohongan!”Nora mengangkat dagunya, menatap Alex dengan mata menyala-nyala. “Aku melakukan ini semua untuk kita, Alex,” jawabnya dengan nada tegas, namun suaranya terdengar sedikit gemetar. “Kevin punya banyak uang, dan dia bisa memberikan apa yang kita butuhkan. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, apa yang kita dapat?”Alex menghela napas panjang, mencoba meredakan amarahnya. “Kau pikir aku senang dengan semua ini? Berpura-pura seperti aku tidak ada? Melihatmu dengan pria lain, mengan
Alexa tetap duduk di dalam mobil, matanya terpaku pada pemandangan di seberang jalan. Ia melihat Alex dan Nora yang terus bertengkar saat berjalan keluar dari kafe menuju mobil Nora. Alexa menajamkan pandangannya, berusaha menangkap kata-kata yang mereka lontarkan dengan keras, namun jaraknya membuat suaranya sulit untuk didengar.Ketika mereka memasuki mobil, Alex dan Nora tampaknya masih belum menyelesaikan pertengkaran mereka. Wajah Alex tampak memerah, sementara Nora terus berteriak, memukul-mukul setir dengan frustrasi. Alexa mengernyit, hatinya berdegup kencang. Ia merasa ada sesuatu yang besar sedang terjadi di antara mereka.Nora akhirnya menyalakan mesin mobil dengan kasar, menariknya keluar dari parkiran dengan kecepatan tinggi. Dari dalam mobilnya, Alexa memperhatikan dengan cemas. "Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana?" gumamnya pada diri sendiri. Dia memutuskan untuk mengikuti mereka, rasa ingin tahunya terlalu besar untuk diabaikan.Mobil Nora melaju dengan cepat,
Alexa duduk di tepi jalan, napasnya masih tersengal-sengal setelah melihat kecelakaan yang baru saja terjadi. Ia meraih ponselnya dengan tangan gemetar, mengetik nomor Kevin. Ia tahu bahwa kabar ini akan menghancurkan Kevin, meskipun hubungan mereka sedang berada dalam situasi yang rumit. Tetapi Kevin perlu tahu. Dengan hati-hati, Alexa menekan tombol panggil dan menunggu nada sambung.Telepon berdering beberapa kali sebelum akhirnya Kevin menjawab, suaranya terdengar dingin dan tajam. “Alexa? Ada apa?” tanyanya, suaranya menunjukkan bahwa ia tidak mengharapkan panggilan dari istrinya.Alexa menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya sebelum berbicara. “Kevin… Aku harus memberitahumu sesuatu. Ini penting,” katanya dengan suara yang sedikit gemetar.Kevin merasakan ada yang tidak beres. “Apa yang terjadi?” desaknya, nada suaranya berubah menjadi lebih serius.Alexa menarik napas panjang. "Nora... dia... dia mengalami kecelakaan," katanya, suaranya mulai bergetar. "Aku melihat semuanya
Kevin memandang Alexa dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan. Tangannya bergetar saat ia memegang ponselnya, mendengar Alexa menceritakan apa yang baru saja terjadi. “Jadi, kau ingin aku percaya bahwa Nora meninggal karena kecelakaan setelah bertengkar denganmu?” suaranya dingin, penuh ketidakpercayaan.Alexa terdiam sejenak. Ia tahu betapa sulitnya ini bagi Kevin, tetapi dia harus menjelaskan. “Kevin, aku tidak bertengkar dengan Nora. Aku melihat mereka bertengkar dari jauh, dan kemudian aku mengikuti mereka karena khawatir,” katanya, suaranya gemetar.Namun, Kevin tidak mendengarkan. “Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Kau selalu memiliki masalah dengan Nora, dan sekarang dia… dia meninggal setelah bertemu denganmu!” suaranya semakin tinggi, penuh dengan amarah dan kesedihan.Alexa merasa dunia di sekitarnya runtuh. “Kevin, aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya… aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Aku bahkan mencoba menyelamatkan mereka.”“Cukup!” teriak Kevin, mem
Kevin melangkah keluar dari kantor polisi dengan perasaan campur aduk. Hatinya bergejolak, penuh dengan amarah dan kebingungan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin Nora, yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya, tiba-tiba pergi begitu saja? Dan di balik semua ini, ada Alexa, dengan segala alibi dan pembelaannya. Di matanya, Alexa selalu tampak seperti orang yang punya jawaban untuk segalanya, orang yang selalu merasa dirinya benar.Di sisi lain, Alexa masih berada di dalam kantor polisi, duduk sendirian di kursi ruang tunggu. Tangannya bergetar, hatinya dipenuhi kecemasan. Dia tidak pernah membayangkan hal ini akan menjadi sebesar ini. Dia hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja, tapi sekarang Kevin melihatnya seolah-olah dia adalah penyebab utama tragedi ini. Rasanya seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tak ada ujungnya.Sementara itu, di luar, Alex berjalan mendekati Kevin. Ia meletakkan tangannya di bahu Kevin dengan sikap penuh simpati. “K
Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d
Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me
Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti
Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde
Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang
Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku
Pernikahan kedua Kevin dan Gina yang sederhana namun penuh makna benar-benar menjadi awal baru bagi mereka. Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai ujian, mereka akhirnya bisa hidup bersama, kali ini dengan hati yang lebih terbuka dan ikatan yang lebih kuat. Mereka tak hanya memulai kembali kehidupan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua dari dua anak, Keiva dan Keanu.Minggu-minggu setelah pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Keiva, putri pertama mereka yang kini berusia lima tahun, sangat gembira dengan kehadiran adik laki-lakinya. Setiap hari, dia selalu ingin membantu Gina merawat Keanu, mulai dari menghiburnya saat menangis hingga ikut mengganti popok. Keiva tampak sangat menyayangi adiknya, dan ini membuat Kevin serta Gina semakin bahagia melihat kasih sayang yang tumbuh di antara anak-anak mereka.Suatu pagi yang cerah, Kevin dan Gina duduk di teras rumah mereka yang nyaman, mengamati Keiva bermain dengan Keanu yang masih berbaring di kere
Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup Gina dan Kevin. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh berbagai masalah, mereka akhirnya bisa bersama lagi. Gina sudah berjuang keras menghadapi masa-masa sulit, dan kini dia bisa merasakan kebahagiaan sejati. Kevin, yang selama ini dipenuhi dengan penyesalan dan rasa bersalah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan memulai kembali hubungan mereka dari awal. Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu rumah mereka, berbicara tentang masa depan, tentang rencana-rencana yang akan mereka jalani bersama sebagai sebuah keluarga. Gina tersenyum hangat sambil memegang perutnya yang sudah besar. Dia tengah hamil, dan hanya tinggal beberapa minggu lagi sampai kehamilan itu mencapai puncaknya. Kevin, yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gina dengan penuh kasih sayang, membayangkan masa depan mereka bersama dengan anak yang akan segera lahir. "Rasanya seperti mimpi, Kev," kata Gina dengan mata yang
Kevin duduk di meja kerjanya dengan senyum tipis, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan terbaru dari Gina. Sudah beberapa hari ini dia berpura-pura menjadi "Alex," sosok yang dia ciptakan untuk membuat kejutan kepada Gina. Hubungan mereka yang baru saja kembali pulih membuat Kevin ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar berkomitmen. Namun, dia tahu Gina tidak akan menyangka bahwa Alex dan Kevin adalah orang yang sama. Itu adalah bagian dari kejutan yang dia rencanakan.Gina, di sisi lain, mulai merasa aneh dengan perhatian yang diberikan Alex kepadanya. Alex, yang tiba-tiba muncul di hidupnya, selalu mengirim pesan yang hangat dan penuh perhatian, sesuatu yang sebenarnya mengingatkannya pada Kevin. Meski hatinya masih terfokus pada Kevin, kedekatan dengan Alex membuat Gina sedikit bingung dan gelisah. Dia tidak ingin memberi kesan kepada Kevin bahwa dia tertarik pada pria lain, tetapi semakin lama, perhatian dari Alex semakin sulit diabaikan